Hadis Agama adalah Ketulusan

Hadispedia.id – Hadis ketujuh dalam kitab Al-Arbain An-Nawawiyah, imam Nawawi menjelaskan tentang hadis agama adalah ketulusan.

عَنْ اَبِيْ رُقَيَّةَ تَمِيْمِ بْنِ أَوْسٍ الدَّارِيْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ»، قُلْنَا: لِمَنْ؟ قَالَ: «لِلهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ» رَوَاه مُسْلِمٌ.

Dari Abu Ruqayyah; Tamim bin Aus Ad-Dari r.a., sesungguhnya Nabi saw. bersabda, “Agama itu ketulusan.” Kami bertanya, “Untuk siapa?” Beliau bersabda, “Untuk Allah, Kitab-Nya, Utusan-Nya, para pemimpin dan kaum muslimin.” (H.R. Muslim)

Nasihat secara bahasa berarti ketulusan. Sebagaimana arti kata taubat nasuha berarti taubat yang tulus atau murni. Nasihat juga bisa berarti menghendaki kebaikan kepada orang yang diberi nasihat.

Menurut Dr. Ahmad Ubaidi Hasbillah di dalam kitab Al-Fawaid Al-Mustafawiyah nasihat pada hadis tersebut bermakna ketulusan pada sesuatu (al-ikhlas fi al-syai’). Maka, agama adalah sebuah ketulusan. Demikianlah sabda Rasulullah saw. yang jawami’ul kalim (singkat, padat, dan jelas).

Meskipun nasihat tersebut bisa juga diartikan dengan menghendaki kebaikan kepada orang yang diberi nasihat. Artinya adalah Allah swt., kitab-Nya, rasul-Nya, para pemimpin, dan umat Islam itu memiliki kata-kata yang dapat memberikan nasihat kepada kita. Kata-kata yang mengandung nasihat itu menghendaki kita agar lebih baik dan mengindari keburukan. Namun, menurut Dr. Ahmad Ubaidi Hasbillah makna nasihat pada hadis tersebut lebih cocok dengan arti ketulusan.

Ketulusan kepada Allah swt. dapat diimplementasikan dengan bentuk iman kepada-Nya, tidak menyekutukan-Nya, tidak melanggar larangannya, melakukan hal yang diperintahkannya, dan lain sebagainya.

Baca juga: Hadis tentang Menolak Kemungkaran dan Bid’ah

Dr. Mustafa Dieb di dalam kitab Al-Wafi menjelaskan bahwa maksud kitab pada hadis tersebut adalah Al-Qur’an. Ketulusan kepada Al-Qur’an dapat diimplementasikan dengan membaca dan menghafalnya, membacanya dengan tartil dan suara yang bagus sehingga dapat masuk dan diresapi, mentadabburi kandungannya, mengajarkannya, dan memahami serta mengamalkan isinya.

Sementara itu, ketulusan kepada Rasul-Nya diimplementasikan dengan membenarkan risalahnya, membenarkan semua yang disampaikannya, mencontoh akhlaknya, dan mentaati semua perintahnya.

Ketulusan agama itu juga ditunjukkan dengan ketulusan pada para pemimpin. Yakni dengan cara menyukai kebaikan, kebenaran, dan keadilannya, bukan lantaran individunya. Ketulusan ini juga dilakukan dengan cara membantu mereka untuk senantiasa berada dalam koridor kebaikan, menaati mereka dalam kebenaran, dan mengingatkan mereka dengan cara yang baik.

Adapun ketulusan kepada umat muslim adalah dengan cara menuntun mereka kepada berbagai hal yang membawa kebaikan dunia dan akhiratnya. Bisa juga dengan cara saling mencintai dan menganggap satu dengan lainnya sebagai saudara.

Baca juga: Hadis Segala Perbuatan Ditentukan Niatnya

Jika ada orang yang melakukan amal shalih yang sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah, baik menurut umat muslim lainnya, tidak bertentangan dengan undang-undang, tetapi tidak didasari dengan niat yang tulus karena Allah, maka hal itu tidak sesuai dengan agama.

Begitu pula dengan jihad yang mengatas namakan agama, sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah. Namun, jika hal itu bertentangan dengan aturan undang-undang dan mendatangkan fitnah antara sesama muslim dan manusia secara umum, maka hal itu pun bukan bagian dari agama.

Demikianlah penjelasan hadis agama adalah ketulusan. Maka seorang mukmin sejati adalah yang tulus dalam beragama. Baik kepada Allah, kitab-Nya, utusan-Nya, para pemimpin, maupun sesama umat muslim lainnya.

Wa Allahu a’lam bis shawab.

Annisa Nurul Hasanah
Penulis adalah peneliti el-Bukhari Institute
Exit mobile version