Hadispedia.id – Tujuan hidup di dunia ini bukanlah untuk mencari popularitas atau kedudukan tinggi di mata manusia. Sebagai hamba Allah, kita tidak membenarkan jika di dunia ini hanya memikirkan kepentingan diri sendiri. Berbagi kebahagiaan dengan orang lain adalah sebuah perintah.
Selain perintah, suara hati yang tulus juga sangat menginsafi bahwa indahnya kebahagian jika dapat dirasakan banyak orang. Salah satunya adalah mendoakan orang yang sedang berjuang mencari ilmu merupakan hal yang sangat baik. Karena perjuangan orang yang berada di jalan ilmu itu tidaklah mudah. Imam Syafi’i pernah berkata, “Ta’allam falaisal mar’u yuuladu ‘aaliman. Belajarlah karena tidak ada orang yang terlahir dalam keadaan berilmu.”
Setiap insan lahir dalam keadaan sama, suci dari dosa dan tak berilmu. Akan tetapi, manusia sudah dibekali insting belajar. Contoh ketika kita masih kecil, kita diajari dari mulai belajar berjalan, berbicara, mengenal nama orang-orang terdekat yaitu bapak ibu kakak dan adik, mengetahui nama-nama benda, hingga mengenal Allah swt.
Dengan itu, belajar merupakan sifat alamiah manusia yang perlu terus diasah dan dikembangkan. Maka ada riwayat hadis yang mampu menjadikan kita akan semangat belajar yakni hadis riwayat Imam Ahmad, Ad-Darimi, Abu Daud, dan Ibnu Majah. Namun redaksi hadis yang kami kutip berikut ini adalah riwayat Imam Ibnu Majah di dalam kitab Sunannya dari sahabat Abu Darda’ r.a.
فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ، وَإِنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ يَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، حَتَّى الْحِيتَانِ فِي الْمَاءِ، وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ، إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا، إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa meniti jalan untuk mencari ilmu, Allah akan permudahkan baginya jalan menuju surga. Para Malaikat akan membentangkan sayapnya karena ridha kepada penuntut ilmu. Dan seorang penuntut ilmu akan dimintakan ampunan oleh penghuni langit dan bumi hingga ikan yang ada di air. Sungguh, keutamaan seorang alim dibanding seorang ahli ibadah adalah ibarat bulan purnama atas semua bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang sangat besar.”
Pada hadis di atas ada sabda Rasulullah saw. berikut,
وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ
“Dan sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayapnya karena ridha kepada penuntut ilmu.”
Pernyataan tersebut menunjukkan kecintaan, penghargaan, pemuliaan dan penghormatan para malaikat terhadap para penuntut ilmu, sehingga mereka –yakni para malaikat akan melebarkan sayap-sayap mereka bagi para penuntut ilmu, karena ridha terhadap penuntut ilmu.
Maksud dari meletakkan sayap-sayap nya adalah menjaga, melindungi dan membentengi para penuntut ilmu dengan izin Allah. Sungguh mulianya orang yang mampu hingga berdarah-darah dalam mendalami ilmu. Selain akal dan perilakunya yang menjadi moderat, juga mendapatkan kemulian dari Allah swt. Tentunya itu sudah merupakan kemuliaan dan kehormatan tersendiri bagi para penuntut ilmu.
Jihad tidak melulu harus mengangkat senjata melawan musuh. Akan tetapi ada banyak cara jihad, salah satunya dengan menuntut ilmu. Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin mengutip perkataan Abu Darda r.a., “Siapa yang tak menganggap bahwa menuntut ilmu bukan bagian dari jihad, maka berkuranglah akalnya”. Wa Allahu a’lam bis shawab.