Hadis Pentingnya Bertakwa dan Melakukan Kebaikan

Hadispedia.id- Imam An-Nawawi di dalam kitab Al-Arbain pada pembahasan ke delapan belas menerangkan hadis tentang pentingnya bertakwa dan melakukan kebaikan. Hadis ini pada awalnya merupakan pesan Rasulullah saw. kepada dua sahabatnya, yaitu Jundub bin Junadah dan Muadz bin Jabal. Namun, pesan ini juga secara umum ditujukan kepada umatnya.

عَنْ أبِيْ ذَرٍّ جُنْدُبِ بْنِ جُنَادَةَ وَأبِيْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ » رواه الترمذي وقال: حديث حسن وفي بعض النسخ: حسن صحيح.

Dari Abu Dzar; Jundub bin Junadah dan Abu Abdirrahman; Mu’adz bin Jabal r.a. dari Rasulullah saw., beliau bersabda, “Bertakwalah kepada Allah di manapu kamu berada. Irigilah kesalahan dengan perbuatan baik, niscaya kebaikan itu akan menghapusnya. Dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. At-Tirmidzi. Ia berkata, “Hadis Hasan”. Disebagian teks disebutkan, “Hasan Shahih”)

Pada hadis tersebut, Rasulullah saw. menerangkan bahwa kita dituntut untuk memenuhi tiga hak.

Pertama, hak Allah swt. yaitu dengan bertakwa kepada-Nya. Takwa adalah melakukan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Takwa ini harus kita laksanakan dimanapun, kapanpun, dan di dalam kondisi apapun. Sebagaimana Rasulullah saw. sabdakan dengan kata “haitsuma kunta”.

Saat sendirian, orang yang bertakwa tetap takut untuk berbuat maksiat, takut korupsi, takut berbuat curang, dan perbuatan-perbuatan tercela lainnya. Saat bersama dengan orang banyak, ia pun akan menahan diri untuk tidak ikut campur dalam berbuat maksiat. Begitu pula saat ia dalam keadaan miskin, kaya, sedih, atau bahagia. Allah swt. tetap berada di dalam hatinya.

Allah swt. sendiri di dalam ayat-ayat-Nya telah menjanjikan banyak kebaikan kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa. Di antaranya, Allah swt. akan menolong mereka (Q.S. An-Nahl; 128), memberikan rezeki dan jalan keluar dari semua kesulitan (Q.S. At-Thalaq: 2-3), dan memberikan rahmat kepada mereka (Q.S. Al-A’raf: 156)

Kedua, hak diri sendiri. Al-Insan mahallul khatha’ wan nisyan (manusia tempatnya salah dan lupa). Terkadang, seorang mukmin mengalami kealpaan dan kelalaian. Sehingga, ia terbuai dalam kemaksiatan dan perbuatan dosa.

Padahal, diri sendiri memiliki hak untuk berbuat baik dan mengumpulkan amal-amal kebaikan. Oleh karenanya, hendaknya ia bersegera untuk melakukan amal-amal kebaikan yang dapat menghapus amal-amal keburukannya. Hal ini merupakan salah satu ciri orang yang bertakwa.

Hanya saja, sebagaimana disampaikan oleh Dr. Mustafa Dieb dalam kitab Al-Wafi, para ulama sepakat bahwa dosa-dosa kecil saja yang dapat dihapus dengan amal kebaikan. Sementara dosa besar, seperti durhaka terhadap orang tua, membunuh, riba, dan minum minuman keras hanya dapat dihapus dengan cara bertaubat kepada Allah swt. Jika dosanya berhubungan dengan orang lain, seperti mencuri, marah, membunuh, dan lainnya, maka tentu harus terlebih dahulu mengembalikan hak orang lain yang bersangkutan dan meminta maaf kepadanya.

Ketiga, hak orang lain. Selain kita dituntut untuk menunaikan hak Allah swt. dan hak diri sendiri, kita juga dituntut untuk menunaikan hak orang lain. Caranya adalah dengan berakhlak yang baik kepada mereka. Bergaul dengan baik serta bertutur kata dengan sopan dan tidak menyinggung perasaan.

Inilah puncak dari orang yang sudah selesai dengan Tuhannya dan dirinya sendiri. Artinya, ketika seseorang sudah bagus hubungannya dengan Tuhannya dan dirinya, maka pasti ia pun akan baik kepada setiap orang yang ada di sekelilingnya. Sebaliknya, ketika ia masih belum bisa berbuat baik kepada orang lain, maka patut dicurigai bagaimana hubungannya dengan Tuhan dan dirinya.

Demikianlah tiga pesan penting Rasulullah saw. yang harus kita jadikan pedoman kapanpun, di manapun, dan dalam kondisi apapun. Bertakwa kepada Allah swt., mengiringi keburukan dengan kabaikan, dan mempergauli orang lain dengan baik. Insya Allah, jika kita mau menjalankan pesan ini, maka kebahagiaan dunia dan akhirat akan kita nikmati. Wa Allahu a’lam bis shawab.

Annisa Nurul Hasanah
Annisa Nurul Hasanah
Penulis adalah peneliti el-Bukhari Institute

Artikel Terkait

spot_img

Artikel Terbaru