Hadis tentang Islam, Iman, dan Ihsan

Hadispedia.id – Imam Nawawi di dalam kitab Al-Arbain menjelaskan hadis tentang Islam, iman, dan ihsan pada urutan kedua.

عَنْ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – اَيْضًا قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ اِذْ طَلَعَ عَلَينَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ، شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ. لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فأَسْنَدَ رُكْبَتَيهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ، وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِيْ عَنِ الْإِسْلَامِ ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَنْ تَشْهَدَ أنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَتُقِيْمَ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلًا. قَالَ: صَدَقْتَ، قَالَ : فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الْإِيْمَانِ؟ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ، وَمَلَائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ، قَالَ: صَدَقْتَ. قَالَ: فأَخْبِرْنِيْ عَنِ الْإِحْسَانِ؟ قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ، قَالَ: صَدَقْتَ. قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ السَّاعَةِ؟ قَالَ: مَا الْمَسْئُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ: أَنْ تَلِدَ الْأَمَةُ رَبَّتَها وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِى الْبُنْيَانِ. ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتَ مَلِيًّا، ثمَّ قَالَ لِيْ: يَا عُمَرُ أَتَدْرِيْ مَنِ السَّائِلُ؟ قُلْتُ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: هَذَا جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ» رَوَاهُ مُسْلِم.

Dari Umar bin Al-Khattab r.a. juga, ia berkata,

“Suatu hari, kami duduk dekat Rasulullah saw., tiba-tiba muncul seorang laki-laki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya hitam legam. Tak terlihat tanda-tanda bekas perjalanan jauh, dan tak seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia duduk di depan Nabi saw., lututnya ditempelkan ke lutut beliau, dan kedua tangannya diletakkan di atas kedua pahanya sendiri, lalu berkata, ‘Wahai Muhammad! Beritahu aku tentang Islam.’

Rasulullah saw. menjawab, ‘Islam adalah engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan haji ke Baitullah jika engkau mampu.’ Laki-laki itu berkata, ‘Benar’. Kami heran kepadanya, ia yang bertanya kepada Nabi, ia pula yang membenarkannya.

Ia bertanya lagi, ‘Beritahu aku tentang iman.’ Nabi menjawab, ‘Iman itu engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari Akhir dan takdir; yang baik atau yang buruk.’ Ia berkata, ‘Benar’.

Dia bertanya lagi, ‘Beritahu aku tentang Ihsan.’ Nabi menjawab, ‘Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, kalaupun engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.’

Laki-laki itu berkata lagi, ‘Beritahu aku kapan terjadinya Kiamat.’ Nabi menjawab, ‘Yang ditanya tidaklah lebih tahu dari pada yang bertanya.’ Dia pun bertanya lagi, ‘Beritahu aku tanda-tandanya.’ Nabi menjawab, ‘Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya, orang yang bertelanjang kaki dan tidak memakai baju (orang miskin), dan penggembala kambing saling berlomba mendirikan bangunan megah.’

Kemudian laki-laki itu pergi. Aku diam beberapa waktu. Setelah itu, Nabi bertanya kepadaku, ‘Hai Umar, tahukah kamu siapa yang bertanya tadi?’ Aku menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.’ Beliau bersabda, ‘Dia Jibril, datang untuk mengajarkan Islam kepada kalian.’ (H.R. Muslim)

Hadis ini juga diriwayatkan oleh imam At-Tirmidzi, imam Abu Daud, dan Imam An-Nasa’i di dalam kitab sunannya. Dr. Mustafa Dieb di dalam kitab Al-Wafi menjelaskan bahwa hadis ini termasuk hadis mutawatir. Hal ini disebabkan karena hadis ini diriwayatkan oleh 8 sahabat. Abu Hurairah r.a., Umar r.a., Abu Dzar r.a., Anas r.a., Ibnu Abbas r.a., Ibnu Umar r.a., Abu ‘Amir r.a., Al-Asy’ari r.a., dan Jariri Al-Bajali r.a.

Syekh Ibn Daqiq Al-‘Id di dalam Syarh Al-Arbain An-Nawawiyah berkata, “Hadis ini sangat penting, meliputi semua amal perbuatan, baik yang zahir maupun yang batin. Begitu pula ilmu-ilmu syariat mengacu kepadanya  karena ia mencakup semua ilmu sunnah. Oleh sebab itu, maka hadis ini merupakan induknya hadis/ummus sunnah. Sebagaimana surah Al-Fatihah yang menjadi ummul Qur’an/induknya Al-Qur’an karena mencakup seluruh nilai-nilai Al-Qur’an.”

Hadis ini dikenal dengan hadis Jibril, karena malaikat Jibril secara langsung datang kepada Nabi saw. dan para sahabatnya untuk mengajarkan semua aspek tentang agama. Yakni meliputi iman, islam, dan ihsan.

Dr. Ahmad Ubaidi Hasbillah di dalam kitab Al-Fawaid Al-Mustafawiyyah menjelaskan hubungan antara hadis ini dengan hadis tentang niat. Niat itu dianggap sah dengan adanya keimanan. Niat yang disertai dengan keimanan adalah dengan membenarkan di dalam hati dan mengikrarkan dengan lisan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Selanjutnya mengamalkan dengan anggota badan amal-amal shalih yang diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya. Seperti shalat, zakat, puasa, dan haji.

Selanjutnya kebenaran niat dan amal harus disempurnakan dengan berbuat ihsan kepada Allah swt. Yakni merasa diawasi oleh Allah swt. dalam melaksanakan niat dan amal itu. Dengan iman, islam, dan ihsan itulah seseorang dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi hari Kiamat.

Pada hadis tersebut sudah dapat dipastikan bahwa datangnya hari Kiamat itu tidak ada yang tahu. Bahkan Nabi saw. dan malaikat Jibril a.s. pun tidak tahu. Artinya jika ada orang yang memprediksi waktu datangnya hari Kiamat, maka jelas sekali hal itu tidak boleh dipercaya. Sejatinya kita tidak perlu meributkan kapan hari Kiamat akan datang, tetapi hendaknya kita menyibukkan diri untuk mempersiapkannya dengan amal shalih.

Namun, Nabi saw. telah menjelaskan di antara tanda-tandanya. Yakni adanya krisis moral dengan banyaknya anak yang durhaka kepada orang tuanya seperti perlakuan tuan kepada budaknya. Dan kehidupan yang jungkar balik. Banyak orang bodoh menjadi pemimpin, pemberian wewenang kepada orang yang tidak mempunyai kemampuan, manusia banyak yang sombong dan foya-foya, bahkan mereka berlomba saling meninggikan bangunan.

Hadis ini juga menunjukkan pentingnya memperhatikan penampilan, perilaku, dan kebersihan ketika mendatangi ulama dan majlis ilmu. Selain itu, hadis ini juga mengajarkan metode tanya jawab dalam menuntut ilmu. Wa Allahu a’lam bis shawab.

Annisa Nurul Hasanah
Annisa Nurul Hasanah
Penulis adalah peneliti el-Bukhari Institute

Artikel Terkait

spot_img

Artikel Terbaru