Beranda blog Halaman 58

Hadis No. 9 Sunan Ibnu Majah

0
Sunan Ibnu Majah
Sunan Ibn Majah

Hadispedia.id – Al-Imam Ibnu Majah berkata dalam Sunan-nya pada kitab muqaddimah bab mengikuti sunnah Rasulullah saw.,

حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ حُمَيْدِ بْنِ كَاسِبٍ حَدَّثَنَا الْقَاسِمُ بْنُ نَافِعٍ حَدَّثَنَا الْحَجَّاجُ بْنُ أَرْطَاةَ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَامَ مُعَاوِيَةُ خَطِيبًا فَقَالَ أَيْنَ عُلَمَاؤُكُمْ أَيْنَ عُلَمَاؤُكُمْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ إِلاَّ وَطَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِى ظَاهِرُونَ عَلَى النَّاسِ لاَ يُبَالُونَ مَنْ خَذَلَهُمْ وَلاَ مَنْ نَصَرَهُمْ

Ya’qub bin Humaid bin Kasib telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Al-Qasim bin Nafi’ telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Al-Hajjaj bin Arthah telah menceritakan kepada kami, dari Amr bin Syu’aib dari ayahnya, ia berkata, ‘Mu’awiyah berdiri khutbah, lalu ia berkata, ‘Di mana ulama kalian? Di mana ulama kalian? Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan terjadi hari Kiamat kecuali sekelompok dari umatku menang di atas semua manusia, mereka tidak akan menghiraukan orang yang menghinakannya, dan tidak pula orang yang menolongnya.”

Hadis No. 8 Sunan Ibnu Majah

0
Sunan Ibnu Majah
Sunan Ibn Majah

Hadispedia.id – Al-Imam Ibnu Majah berkata dalam Sunan-nya pada kitab muqaddimah bab mengikuti sunnah Rasulullah saw.,

حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا الْجَرَّاحُ بْنُ مَلِيحٍ حَدَّثَنَا بَكْرُ بْنُ زُرْعَةَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا عِنَبَةَ الْخَوْلاَنِىَّ وَكَانَ قَدْ صَلَّى الْقِبْلَتَيْنِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ لاَ يَزَالُ اللَّهُ يَغْرِسُ فِى هَذَا الدِّينِ غَرْسًا يَسْتَعْمِلُهُمْ فِى طَاعَتِهِ

Abu Abdillah telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Hisyam bin ‘Ammar telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Al-Jarrah bin Malik telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Bakr bin Zura’ah telah menceritakan kepada kami, ia berkata, “Aku mendengar Abu ‘Inabah Al-Khaulani. Ia pernah (mengalami) shalat menghadap dua kiblat bersama Rasulullah saw. ia bersabdaa, ‘Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Allah akan senantiasa menanam tanaman (ulama pembaharu) dalam agama ini, yang akan Dia arahkan mereka untuk taat kepada-Nya.”

Hadis No. 7 Sunan Ibn Majah

0
Sunan Ibn Majah
Sunan Ibn Majah

Hadispedia.id – Al-Imam Ibnu Majah berkata dalam Sunan-nya pada kitab muqaddimah bab mengikuti sunnah Rasulullah saw.,

حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَمْزَةَ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَلْقَمَةَ نَصْرُ بْنُ عَلْقَمَةَ عَنْ عُمَيْرِ بْنِ الأَسْوَدِ وَكَثِيرِ بْنِ مُرَّةَ الْحَضْرَمِىِّ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِى قَوَّامَةً عَلَى أَمْرِ اللَّهِ لاَ يَضُرُّهَا مَنْ خَالَفَهَا

Abu Abdillah telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Hisyam bin ‘Ammar telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Yahya bin Hamzah telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Abu ‘Alqamah; Nashr bin ‘Alqamah telah menceritakan kepada kami, dari ‘Umair bin Al-Aswad dan Katsir bin Murrah Al-Hadhrami, dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Ada sekelompok dari umatku akan senantiasa tegar berdiri di atas perintah Allah, tidak akan membahayakan mereka orang yang menyelisihinya.”

Hadis No. 6 Sunan Ibn Majah

0
Sunan Ibn Majah
Sunan Ibn Majah

Hadispedia.id – Al-Imam Ibnu Majah berkata dalam Sunan-nya pada kitab muqaddimah bab mengikuti sunnah Rasulullah saw.,

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ قُرَّةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-  لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِى مَنْصُورِينَ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ

Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Muhammad bin Ja’far telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Syu’bah telah menceritakan kepada kami, dari Mu’awiyah bin Qurrah dari ayahnya, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Ada sekelompok dari umatku yang akan senantiasa mendapatkan pertolongan. Orang-orang yang menghinakannya tidak akan membahayakan mereka hingga terjadi hari kiamat.”

Hadis Wangi Aroma Mulut Orang Berpuasa

0
Wangi Aroma Mulut Orang Berpuasa
Wangi Aroma Mulut Orang Berpuasa

Hadispedia.id – Disebabkan karena tidak makan dan minum, maka mulut menjadi kering saat berpuasa. Kondisi inilah yang menjadi salah satu faktor timbulnya bau mulut. Namun, menurut hadis Nabi saw., justru bau mulut orang berpuasa itu lebih wangi dari pada minyak misk atau parfum kasturi. Benarkah hadis tersebut dapat dipahami secara tekstual ataukah ada makna lain dibalik wanginya aroma mulut orang berpuasa?

Imam Al-Bukhari di dalam kitab Shahihnya Bab Fadhl As-Shaum meriwayatkan hadis tersebut dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda,

الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ وَإِنْ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي، الصِّيَامُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا

Puasa adalah benteng. Maka, hendaknya tidak berkata kotor atau bodoh. Jika ada orang yang mengajaknya bertengkar atau mencacinya, hendaknya ia kataka, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa’, sebanyak dua kali. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh bau aroma mulut orang yang berpuasa itu lebih wangi di sisi Allah swt. dari pada aroma parfum kasturi. Ia meninggalkan makanan, minuman, dan syahwatnya karena-Ku. Puasa itu milikku dan Aku lah yang membalasnya, sedangkan satu kebaikan itu sebanding dengan sepuluh kebaikan.”

Imam Al-Bukhari juga meriwayatkan hadis yang semakna dengan hadis tersebut dengan redaksi yang berbeda dalam Bab Hal Yaqulu Inni Shaim Idza Shutima, Bab Ma Yudzkaru fi Al-Misk, Bab Qaulillahi Ta’ala “Yuriduna an Yubaddilu Kalamallah, dan Bab Dzikr An-Nabi wa Riwayatihi An Rabbihi. Semua riwayat tersebut bersumber dari Abu Hurairah r.a.

Informasi tentang hadis wangi aroma mulut orang berpuasa juga dapat dijumpai dalam kitab Shahih Muslim Bab Fadhl As-Shiyam, Sunan At-Tirmidzi Bab Ma Ja’a fi Fadhl As-Shaum, Sunan An-Nasa’i Bab Fadhl As-Shiyam, dan Sunan Ibn Majah Bab Ma Ja’a fi Fadhl As-Shiyam.

Baca juga: Hadis Palsu dan Shahih Berbahagia Menyambut Ramadhan

Imam An-Nawawi dalam kitab Syarh Shahih Muslim mengutip perkataan Al-Qadhi ‘Iyadh yang telah menjelaskan berbagai pendapat seputar makna redaksi hadis wangi aroma mulut orang berpuasa.

Pertama, menurut Al-Mazari, redaksi dalam hadis ini berbentuk majaz dan isti’arah (makna kiasan dan perumpamaan). Hal ini disebabkan karena mencari wewangian suatu aroma itu termasuk salah satu sifat makhluk yang memiliki watak menyukai sesuatu yang wangi dan menjauh dari sesuatu yang jijik. Sementara, Allah swt. Maha Suci dari semua itu. Namun, kebiasaan kita adalah mendekat pada aroma wangi yang ada di sekitar kita. Maka, hal ini dijadikan isti’arah (dipinjam perumpaannya) dalam hal puasa sebagai upaya orang yang berpuasa mendekat kepada Allah swt.

Kedua,  ada yang berpendapat maknanya adalah Allah swt. membalas orang yang berpuasa itu dengan pahala di akhirat. Aroma mulutnya di akhirat lebih wangi dari aroma kasturi. Sebagaimana darah orang yang mati syahid, aromanya (di akhirat) seperti wangi parfum kasturi.

Ketiga, pendapat lain mengatakan bahwa orang yang memiliki aroma mulut saat berpuasa mendapat pahala yang lebih besar dari pada orang yang memiliki aroma parfum kasturi.

Keempat, ada yang berpendapat bahwa aroma mulut orang yang berpuasa di sisi para malaikat Allah lebih wangi dari pada aroma parfum kasturi di sisi kita, meskipun aroma bau mulutnya bagi kita adalah kebalikannya.

Kelima, pendapat yang paling shahih adalah apa yang disampaikan oleh Ad-Dawudi, seorang ulama dari wilayah Maghrib. Menurutnya, aroma mulut orang yang berpuasa lebih banyak pahalanya dari pada parfum kasturi yang dianjurkan untuk digunakan pada setiap Shalat Jum’at, hari-hari raya, di majelis-majelis hadis, majelis-majelis dzikir, dan perkumpulan-perkumpulan yang baik lainnya.

Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab Fathul Barinya yang juga memaparkan pendapat tersebut berkata, “An-Nawawi mengunggulkan pendapat yang terakhir ini. Kesimpulannya, beliau memahami makna thayyib (aroma wangi) sebagai penerimaan dan keridhaan Allah swt.”

Imam Ibnu Hajar juga mengutip pendapat-pendapat ulama lainnya yang mirip dengan pendapat Imam An-Nawawi. Menurut Imam Al-Khattabi, maksud aroma wangi di sisi Allah adalah keridhaan dan pujian Allah kepadanya. Menurut Imam Ibnu Abdil Barr, aroma tersebut lebih suci di sisi Allah dan lebih dekat pada keridhaan-Nya. Menurut Imam Al-Baghawi, maknanya adalah pujian Allah kepada orang yang berpuasa dan ridha pada perbuatannya.

Begitu pula dengan pendapat Al-Qaduri dari kalangan ulama madzhab Hanafi, Ad-Dawudi dan Ibn Al-Arabi dari kalangan ulama madzhab Maliki, Abu Usman As-Shabuni, dan Abu Bakr bin As-Sam’ani serta ulama lainnya dari kalangan madzhab Syafi’i. Mereka menegaskan bahwa aroma wangi itu adalah suatu ungkapan ridha dan penerimaan Allah swt.

Baca juga: Benarkah Setan Dibelenggu di Bulan Ramadhan?

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka mayoritas ulama sepakat bahwa hadis di atas memiliki makna konotatif atau majazi. Yakni aroma mulut orang berpuasa di sisi Allah lebih wangi dari pada parfum kasturi adalah sebuah ungkapan keridhaan, penerimaan, dan pujian Allah swt. kepadanya. Namun, ada pula yang mengartikan wanginya itu nanti saat berada di akhirat, seperti halnya para syuhada’ yang darahnya wangi ketika di akhirat.

Oleh sebab itu, sebagian ulama memakruhkan bersiwak (sikat gigi) setelah tergelincirnya matahari (setelah dhuhur) bagi orang yang berpuasa. Hal ini disebabkan karena dapat menghilangkan bau mulut yang merupakan menjadi poin keutamaan orang yang berpuasa. Meskipun siwakan juga utama, namun aroma bau mulut saat berpuasa itu lebih utama. Ada pula yang tidak memakruhkan bersiwak setelah dhuhur, karena ia berpendapat wangi aroma mulut orang berpuasa itu terjadi saat di akhirat. Wa Allahu a’lam bis shawab.

Hadis No. 40 Sunan Abi Daud

0
Sunan Abi Daud
Sunan Abi Daud

Hadispedia.id – ِAl-Imam Abu Daud; Sulaiman bin Al-Asy’ats berkata di dalam Sunan-nya pada kitab bersuci bab istinja’ dengan air,

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ، أَخْبَرَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ هِشَامٍ، عَنْ يُونُسَ بْنِ الْحَارِثِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ أَبِي مَيْمُونَةَ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: ” نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ فِي أَهْلِ قُبَاءٍ: {فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَنْ يَتَطَهَّرُوا} [التوبة: 108] “، قَالَ: كَانُوا يَسْتَنْجُونَ بِالْمَاءِ، فَنَزَلَتْ فِيهِمْ هَذِهِ الْآيَةُ

Muhammad bin Al-‘Ala’ telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Mu’awiyah bin Hisyam telah menceritakan kepada kami, dari Yunus bin Al-Harits, dari Ibrahim bin Abu Maimunah, dari Abu Shalih, dan Abu Hurairah r.a., dari Nabi saw., beliau bersabda,

“Ayat ini turun berkaitan dengan penduduk Quba’ (“Di dalamnya ada orang-orang yang suka bersuci”).” Abu Hurairah berkata, “Mereka beristinja’ dengan air, maka ayat ini turun berkaitan dengan mereka.”

Hadis No. 39 Sunan Abi Daud

0
Sunan Abi Daud
Sunan Abi Daud

Hadispedia.id – ِAl-Imam Abu Daud; Sulaiman bin Al-Asy’ats berkata di dalam Sunan-nya pada kitab bersuci bab istinja’ dengan air,

حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ بَقِيَّةَ، عَنْ خَالِدٍ يَعْنِي الْوَاسِطِيَّ، عَنْ خَالِدٍ يَعْنِي الْحَذَّاءَ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي مَيْمُونَةَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ حَائِطًا، وَمَعَهُ غُلَامٌ مَعَهُ مِيضَأَةٌ، وَهُوَ أَصْغَرُنَا فَوَضَعَهَا عِنْدَ السِّدْرَةِ، فَقَضَى حَاجَتَهُ، فَخَرَجَ عَلَيْنَا وَقَدْ اسْتَنْجَى بِالْمَاءِ

Wahb bin Baqiyah telah menceritakan kepada kami, dari Khalid yakni Al-Wasithi, dari Khalid yakni Al-Hadzdza’, dari Atha’ bin Abu Maimunah, dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah saw. memasuki sebuah kebun bersama seorang anak kecil laki-laki yang membawa tempat air wudhu’ (padasan), ia adalah orang yang paling kecil di kalangan kami, lalu ia meletakkan tempat air itu di sisi pohon bidara, kemudian Rasulullah saw. membuang hajatnya, lalu keluar menemui kami sementara beliau telah beristinja’ dengan air.

Hadis No. 38 Sunan Abi Daud

0
Sunan Abi Daud
Sunan Abi Daud

Hadispedia.id – ِAl-Imam Abu Daud; Sulaiman bin Al-Asy’ats berkata di dalam Sunan-nya pada kitab bersuci bab al-istibra’ (tuntas saat istinja’),

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، وَخَلَفُ بْنُ هِشَامٍ الْمُقْرِئُ، قَالَا: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَحْيَى التَّوْأَمُ، ح وَحَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَوْنٍ، قَالَ: أَخْبَرَنَا أَبُو يَعْقُوبَ التَّوْأَمُ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ، عَنْ أُمِّهِ، عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: بَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَامَ عُمَرُ خَلْفَهُ بِكُوزٍ مِنْ مَاءٍ، فَقَالَ: «مَا هَذَا يَا عُمَرُ»، فَقَالَ: هَذَا مَاءٌ تَتَوَضَّأُ بِهِ، قَالَ: مَا أُمِرْتُ كُلَّمَا بُلْتُ أَنْ أَتَوَضَّأَ، وَلَوْ فَعَلْتُ لَكَانَتْ سُنَّةً

Qutaibah bin Sa’id dan Khalaf bin Hisyam Al-Muqri’ telah menceritakan kepada kami, mereka berkata, Abdullah bin Yahya At-Tau’am telah menceritakan kepada kami, ha’ (at-tahwil). Amr bin Aun telah menceritakan kepada kami (Al-Imam Abu Daud), ia berkata, Abu Ya’qub At-Tau’am telah mengabarkan kepada kami, dari Abdullah bin Abi Mulaikah, dari ibunya, dari Aisyah, ia berkata,

“Rasulullah saw. buang air kecil, lalu Umar berdiri di belakang beliau dengan membawa wadah air. Lalu, beliau bersabda, ‘Apa ini wahai Umar?’. Ia menjawab, ‘Ini air untuk engkau gunakan wudhu’.’ Beliau bersabda, ‘Aku tidak diperintahkan setiap kali buang air kecil untuk berwudhu, dan kalau aku melakukannya, maka ia menjadi amalan sunnah.”

Keterangan: Menurut penelitian Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam Ta’liqat pada kitab Aunul Ma’bud karya Imam Abadi, hadis ini sanadnya Dhaif sebab kedhaifannya Abdullah bin Yahya At-Tau’am. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dalam kitab Sunannya.

Hadis No. 37 Sunan Abi Daud

0
Sunan Abi Daud
Sunan Abi Daud

Hadispedia.id – ِAl-Imam Abu Daud; Sulaiman bin Al-Asy’ats berkata di dalam Sunan-nya pada kitab bersuci bab istinja’ dengan batu,

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ النُّفَيْلِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ عَمْرِو بْنِ خُزَيْمَةَ، عَنْ عُمَارَةَ بْنِ خُزَيْمَةَ، عَنْ خُزَيْمَةَ بْنِ ثَابِتٍ، قَالَ: سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الِاسْتِطَابَةِ، فَقَالَ: «بِثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ لَيْسَ فِيهَا رَجِيعٌ»، قَالَ أَبُو دَاوُدَ: كَذَا رَوَاهُ أَبُو أُسَامَةَ، وَابْنُ نُمَيْرٍ، عَنْ هِشَامٍ يَعْنِي ابْنَ عُرْوَةَ

Abdullah bin Muhammad An-Nufaili telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Abu Mu’awiyah telah menceritakan kepada kami, dari Hisyam bin Urwah, dari Amr bin Khuzaimah, dari Umarah bin Khuzamah, daru Khuzamah bin Tsabit, ia berkata, “Rasulullah saw. pernah ditanya tentang jumlah batu yang digunakan untuk istinja’. Beliau menjawab, “Dengan tiga batu yang tidak ada kotoran binatang padanya.” Abu Daud berkata, “Abu Salamah dan Ibnu Numair juga meriwayatkan hadis itu dari Hisyam, yakni Ibnu Urwah.”

Hadis No. 36 Sunan Abi Daud

0
Sunan Abi Daud
Sunan Abi Daud

Hadispedia.id – ِAl-Imam Abu Daud; Sulaiman bin Al-Asy’ats berkata di dalam Sunan-nya pada kitab bersuci bab istinja’ dengan batu,

 حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ، وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، قَالَا: حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ مُسْلِمِ بْنِ قُرْطٍ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا ذَهَبَ أَحَدُكُمْ إِلَى الْغَائِطِ، فَلْيَذْهَبْ مَعَهُ بِثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ يَسْتَطِيبُ بِهِنَّ، فَإِنَّهَا تُجْزِئُ عَنْهُ

Sa’id bin Manshur dan Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami, mereka berkata, Ya’qub bin Abdurrahman telah menceritakan kepada kami, dari Abu Hazim, dari Muslim bin Qurth, dari Urwah, dari Aisyah, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian pergi untuk buang air besar, maka hendaklah ia pergi dengan membawa tiga batu untuk beristinja’, karena sesungguhnya itu mencukupinya.”