Pemimpin Perempuan dalam Hadis Nabi

Hadispedia.id– Perempuan masih saja dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat. Dianggap lemah dan tidak bisa memimpin sebuah negara. Kedudukan perempuan selalu dinomer duakan di bawah laki-laki. Tanpa melihat bagaimana kemampuan dan keahlian dari perempuan.

Selain sudut pandang masyarakat yang minor terhadap perempuan, juga didukung oleh sosio historis pada saat itu. Di mana perempuan tidak boleh keluar rumah untuk membaca dan menulis. Sehingga pengetahuan perempuan di bawah laki-laki. Lantas apakah perempuan tidak layak menjadi pemimpin?

Mengenai kelayakan seorang perempuan memimpin sebuah negara, terdapat hadis Nabi yang mengatakan “Tidak akan beruntung suatu kaum jika pemimpinnya seorang wanita”. Apakah berarti perempuan dilarang atau tidak layak menjadi pemimpin? Simak penjelasan berikut ini

عَنْ أَبِي بَكْرَةَ قَالَ لَقَدْ نَفَعَنِي اللَّهُ بِكَلِمَةٍ سَمِعْتُهَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيَّامَ الْجَمَلِ بَعْدَ مَا كِدْتُ أَنْ أَلْحَقَ بِأَصْحَابِ الْجَمَلِ فَأُقَاتِلَ مَعَهُمْ قَالَ لَمَّا بَلَغَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ أَهْلَ فَارِسَ قَدْ مَلَّكُوا عَلَيْهِمْ بِنْتَ كِسْرَى قَالَ لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمْ امْرَأَةً

Dari Abu Bakrah dia berkata; Sungguh Allah telah memberikan manfaat kepadaku dengan suatu kalimat yang pernah aku dengar dari Rasulullah, yaitu pada waktu perang Jamal tatkala aku hampir bergabung dengan para penunggang unta lalu aku ingin berperang bersama mereka. Dia berkata; ‘Tatkala sampai kepada Rasulullah saw., bahwa penduduk Persia telah dipimpin oleh seorang anak perempuan putri raja Kisra, beliau bersabda, “Suatu kaum tidak akan beruntung, jika dipimpin oleh seorang wanita.” (H.R. Al-Bukhari)

Hadis ini disebutkan juga dalam kitab Musnad Ahmad no. 20940, 20977 dan Sunan At-Tirmidzi no. 2431. Di dalam Fathul Bari dijelaskan hadis turun saat Nabi mengetahui Raja Persia digantikan oleh wanita yaitu Buwaran, cucu dari Raja Kisra bin Abrawaiz. Sebab Buwaran diangkat menjadi Raja karena ayahnya (Syirawaihi) memberontak membunuh Raja Kisra dan semua saudara laki-lakinya untuk merebut kekuasaan. Namun selang beberapa waktu Syirawaihi meninggal karena racun yang telah disiapkan Raja Kisra sebelum dibunuh oleh Syirawaihi.

Sehingga tidak ada yang dapat menggantikan Raja Kisra kecuali Buwaran, putri dari Syirawaihi. Jelang beberapa dekade kerajaan Persia mengalami keruntuhan karena pemimpin yang tidak adil, bijaksana dan sifat ingin berkuasa (tamak). Sifat inilah yang Nabi Muhammad saw. katakan “Tidak akan beruntung suatu kaum yang pemimpinnya seorang wanita”. Maksudnya meskipun pemimpinnya laki-laki jika mempunyai sifat yang haus akan kekuasaan dan tidak mempunyai kepemimpinan yang adil bijaksana. Tentu tidak akan beruntung juga atau akan mengalami kehancuran.

Secara tekstual, hadis tersebut melarang perempuan menjadi pemimpin. Namun jika dilihat dari asbabul wurudnya runtuhnya sebuah negara atau suatu kaum karena pemimpin yang tidak adil dan bijaksana. Selain itu jika dilihat secara kontekstual, Islam tidak melarang perempuan menduduki sebuah jabatan atau mengurus kepentingan umum. Karena Nabi Muhammad saw. telah menyatakan bahwa kedudukan perempuan setara dalam hak dan kewajiban dengan manusia lain di hadapan Allah Swt.

Contohnya Siti Aisyah yang memimpin perang Jamal, As-Syifa binti Abdullah atau terkenal dengan nama Ummu Sulaiman seorang perempuan pandai menulis dan membaca yang ditugaskan untuk menangani pasar (qadhi hisbah) kota Madinah oleh Khalifah Umar bin Khattab. Sejarah Islam pun mencatat Syajarahtuddur sebagai Ratu Dinasti Mamluk di Mesir. Sementara di dunia pun tercatat banyak perempuan yang berhasil menjadi seorang pemimpin. Di antaranya adalah Benazir Bhutto menjadi kepala negara Pakistan, Gloriyal Makapagel Aroyo Presiden Filippina, Ratu Elizabeth yang memimpin kerajaan Inggris, dan Park Geun Hye presiden Korea Selatan.

Di Indonesia, Presiden keempat diduduki oleh seorang perempuan, Megawati Soekarno Putri. Sebelum kemerdekaan, R.A Kartini, Cut Nyak Dien, Laksamana Malahayati dan pejuang perempuan lainnya. Era sekarang tercatat Bu Risma yang mampu menjadi walikota Surabaya dan Bu Khofifah Gubernur Jawa Timur. Masih banyak lagi kiprah perempuan di dunia kepemimpinan. Mereka telah membuktikan bahwa perempuan layak menjadi seorang pemimpin.

Apakah perempuan tidak layak menjadi pemimpin? Tentu saja layak sesuai dengan syarat dan kriteria menjadi pemimpin yang mensejahterakan masyarakatnya, adil, bijaksana, dan berpengetahuan luas. Masyarakat sekarang telah banyak melihat kesuksesan kaum wanita memimpin sebuah organisasi, kota bahkan negara. Mereka pun menghormati dan menghargai perempuan menjadi seorang pemimpin. Oleh karena itu, hadis tersebut jangan hanya dipahami secara tekstual tapi juga harus dipahami secara kontekstual. Karena makna dari hadis tersebut bersifat temporal.

Rizqotul Luqi Mufidah
Rizqotul Luqi Mufidah
Rizqotul Luqi Mufidah. Alumni Ilmu Hadis UIN Sunan Ampel Surabaya

Artikel Terkait

spot_img

Artikel Terbaru