Perumpamaan Orang yang Membaca Al-Qur’an dalam Hadis Nabi

Hadispedia.id – Sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad saw., Al-Qur’an yang berisi kalamullah telah dijadikan pedoman hidup bagi umat Islam dalam segala aspek kehidupan. Oleh karenanya, sudah menjadi keharusan bagi tiap muslim untuk membaca, mentadabburi, dan mengamalkan kandungan nilai-nilanya.

Rasulullah saw. bahkan secara langsung telah menyinggung umatnya dengan memberikan perumpamaan bagi mereka yang membaca sekaligus mengamalkan Al-Qur’an, serta mereka yang bahkan tidak pernah bersentuhan dengan Al-Qur’an dalam hidupnya. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis berikut:

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ شُعْبَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمُؤْمِنُ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالْأُتْرُجَّةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌ وَالْمُؤْمِنُ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالتَّمْرَةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلَا رِيحَ لَهَا وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالْحَنْظَلَةِ طَعْمُهَا مُرٌّ أَوْ خَبِيثٌ وَرِيحُهَا مُرٌّ

Telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami Yahya dari Syu’bah dari Qatadah dari Anas bin Malik dari Abu Musa dari Nabi saw., beliau bersabda, “Seorang mukmin yang membaca Al-Qur’an dan beramal dengannya adalah bagaikan buah utrujah, rasanya lezat dan baunya juga sedap. Dan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an namun beramal dengannya adalah seperti buah kurma, rasanya manis, namun tidak ada baunya. Sedangkan perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur’an adalah seperti Al-Raihanah, aromanya sedap, tetapi rasanya pahit. Dan perumpamaan orang yang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an adalah seperti Al-Handzalah, rasanya pahit dan baunya busuk.”

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari (w. 256 H) dalam al-Jami’ al-Musnad al-Shahih al-Mukhtasar min Umuri Rasulillahi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam wa Sunanihi wa Ayyamihi, pada pembahasan ‘Keutamaan Al-Qur’an (كتاب فضائل القرآن)’, bab ‘Dosa Membaca Al-Qur’an Disertai Riya, Menjadikannya Lahan Mencari Makan, atau Sombong karenanya (باب إثم من رأى بقراءة القرآن أو تأكّل به أو فخر به)’, serta pada bab ‘Keutamaan Al-Qur’an Dibanding dengan Perkataan-Perkataan Lainnya (باب فضل القرآن على سائر الكلام)’.

Dari segi sanad, hadis yang Muttafaqun ‘Alaih ini termasuk hadis shahih karena selain diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim pada pembahasan ‘Shalatnya Musafir dan Penjelasan tentang Qashar (كتاب صلاة المسافرين وقصرها)’, bab ‘Keutamaan Penghafal Al-Qur’an (باب فضيلة حافظ القرآن)’, juga tidak ditemukan rawi yang dhaif pada sanad lain. Sanad-sanad lain tersebut, antara lain terdapat dalam: Sunan Abi Daud, pada pembahasan ‘Adab (كتاب الأدب)’, bab ‘Orang yang Layak Dijadikan Teman (باب من يؤمر أن يجالس)’; Sunan Ibnu Majah, pada pembahasan ‘Pendahuluan (مقدّمة)’, bab ‘Keutamaan Orang yang Belajar Al-Qur’an dan Mengajarkannya (باب فضل من تعلّم القرآن وعلّمه)’; Sunan al-Tirmidzi, pada pembahasan ‘Perumpamaan (الأمثال عن رسول الله)’, bab ‘Permisalan Orang Mukmin yang Membaca Al-Qur’an dan Tidak Membacanya (باب ما جاء في مثل المؤمن القارئ للقرآن وغير القارئ)’; Sunan al-Nasa’i, pada pembahasan ‘Iman dan Syari’atnya’ (الإيمان وشرائعه), bab ‘Perumpamaan Pembaca Al-Qur’an antara Mukmin dan Munafik (مثل الذي يقرأ القرآن من مؤمن ومنافق)’; Musnad Ahmad, pada bagian ‘Hadis Abi Musa Al-Asy’ari (حديث أبي موسى الأشعري رضي الله عنه)’; dan Shahih Ibnu Hibban, pada pembahasan ‘Bacaan Al-Qur’an (باب قراءة القرآن)’.

Dari segi matan hadis, hadis ini mengandung empat permisalan yang digunakan Rasulullah saw. dalam rangka menjelaskan keadaan seorang mukmin yang membaca dan tidak membaca Al-Qur’an. Permisalan tersebut diambil dari rasa dan aroma buah-buahan sebagai berikut:

  1. Buah Utruj

Buah utruj/utrujah termasuk dalam jenis buah jeruk atau lebih familiar disebut dengan buah limau. Muhammad bin Yazid Al-Qazwini (w. 273 H) dalam Sunan Ibnu Majah menyebutkan, bahwa buah utruj merupakan buah yang paling bagus di kalangan orang Arab. Hal tersebut dikarenakan rasanya yang enak, mengandung banyak air, sedap aromanya, teksturnya lembek dan memiliki warna keemasan yang menggugah selera. Bahkan, kulitnya bisa dibuat manisan serta bijinya dapat mengeluarkan minyak atau cairan yang memiliki banyak manfaat, seperti yang disebutkan oleh Syekh Shofiyurrahman al-Mubarakfuri dalam Minat al-Mun‘im fi Syarh Shahih Muslim.

Perumpamaan buah utruj yang lezat rasanya dan sedap aromanya ini dimaksudkan bagi orang mukmin yang membaca Al-Qur’an, bahkan hafal sebagian atau seluruhnya, serta memahami apa yang dibaca atau dihafal, lalu mengamalkan ajaran-ajaran di dalamnya. Bahkan, Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Fath al-Bari menyebutkan sebuah riwayat, bahwa seseorang yang di dalam rumahnya ada buah utruj, maka jin tidak berani mendekatinya. Begitu pula seseorang yang tertancap Al-Qur’an dalam hatinya, maka setan juga tidak berani mengganggunya.

Oleh karenanya, orang mukmin yang tidak hanya membaca atau hafal Al-Qur’an, namun ia juga memahami hukum-hukumnya, serta mengamalkan kandungan-kandungannya, maka pertanda telah baik dan kuat imannya. Orang-orang di sekitarnya juga merasa nyaman dan memperoleh pahala dengan mendengarkan bacaan Al-Qur’annya, bahkan dapat mengambil pelajaran dari bacaannya tersebut.

Maka, inilah persamaan mereka dengan kelezatan rasa buah utruj, orang-orang dapat mengambil banyak manfaat yang nampak maupun tersembunyi darinya. Begitu juga persamannya dengan Al-Qur’an yang melekat dengannya dari segi aroma, orang-orang merasa nikmat saat mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an, seperti halnya saat mereka mencium kesedapan aroma buah utruj.

  1. Buah Kurma

Jika dilihat dari jauh atau hanya sekilas mata, buah kurma tidak begitu menarik untuk dikonsumi dari segi warna dan aromanya yang tidak tercium, sehingga belum bisa diketahui juga manfaatnya. Namun jika kita memakannya, maka kita akan menemukan kelezatan rasanya yang manis dan juga manfaat yang dikandungnya.

Adapun perumpamaan ini dimaksudkan bagi orang mukmin yang tidak membaca maupun hafal sebagian atau keseluruhan Al-Qur’an, namun terdapat iman dalam hatinya dengan mengamalkan ajaran-ajaran Al-Qur’an dalam kehidupannya. Maka orang lain di sekitarnya tidak dapat merasakan kenikmatan bacaan Al-Qur’an darinya, karena memang tidak terlihat oleh mereka.

Dalam kitab Syarh al-Targhib wa al-Tarhib li al-Mundziri juga disebutkan, bahwa orang mukmin yang demikian memang beramal karena Allah swt, namun tidak ditemukan manfaat atau ‘ibrah yang dapat diambil darinya. Hal ini dikarenakan ia tidak membaca dan menghafal kitabullah, sehingga tidak bisa juga memahami hukum-hukum dan ajaran-ajaran di dalamnya. Ia pun seperti buah kurma yang lezat rasanya namun tidak tercium aromanya.

  1. Buah Raihanah

Raihanah merupakan jenis buah-buahan yang harum dan sedap aromanya namun pahit rasanya. Inilah perumpamaan bagi orang munafik yang membaca atau hafal Al-Qur’an. Ia membaca Al-Qur’an di hadapan orang-orang, hingga semuanya takjub akan indahnya bacaan dan kelembutan suaranya. Ia juga menjawab pertanyaan-pertanyaan orang lain seputar Al-Qur’an, bahkan mengajarkan mereka. Namun pada kenyataannya, ia menyembunyikan kekafiran dalam hatinya dan tidak mengamalkan sedikit pun apa yang terkandung dalam Al-Qur’an.

Maka Rasulullah saw. mengibaratkan orang munafik tersebut dengan buah raihanah yang tercium sedap aromanya, tetapi ternyata pahit rasanya. Al-Qur’an yang ia baca maupun hafal pasti ‘harum’ aromanya, namun amal perbuatan mereka buruk karena tidak ada faedah dan keberkahan Al-Qur’an di dalamnya, serta bacaannya tersebut tidak sampai ke hatinya.

  1. Buah Handzalah

Handzalah merupakan tumbuh-tumbuhan yang buahnya seperti labu atau semangka, warnanya antara hijau kekuningan, tidak beraroma, rasa dan bijinya pahit bahkan beracun, serta biasanya digunakan untuk obat-obatan. Rasulullah saw menggunakan buah ini untuk memberikan perumpamaan bagi orang munafik atau orang yang berdosa dan bermaksiat (fajir), yang tidak membaca Al-Qur’an dan tidak ada keimanan dalam hatinya.

Ia tidak mengetahui ajaran-ajaran Islam dalam Al-Qur’an, sehingga tidak menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Oleh karena itu, perbuatannya seperti buah handzalah yang buruk dan pahit rasanya serta tidak ada aroma sedap akibat tidak ada keimanan dan keberkahan Al-Qur’an dalam dirinya.

Itulah perumpamaan-perumpamaan yang dijelaskan Rasulullah saw. dalam menjelaskan keadaan orang mukmin dan keluhuran amal perbuatannya akibat pengamalan Al-Qur’an dalam dirinya, serta keburukan orang munafik dan kehinaan amalnya akibat tidak ada keberkahan dan nilai-nilai Al-Qur’an dalam dirinya. Dalam Faydh al-Qadir, Abdul Rauf al-Manawi mengutip penjelasan Ibnu ‘Arabi, bahwa perbuatan seseorang diibaratkan seperti pohon atau tanaman yang akan menghasilkan buah-buahan.

Adapun kualitas dari buah yang dihasilkan, disesuaikan dengan bagaimana baik buruk perawatannya terhadap tanaman tersebut. Orang mukmin yang ‘merawat’ dirinya dengan baik melalui penanaman nilai-nilai Al-Qur’an, maka buah yang dipanen memiliki kualitas tinggi. Sedangkan orang munafik yang tidak pandai ‘merawat’ dirinya hingga mengabaikan nilai-nilai Al-Qur’an bahkan hilang keimanan dalam dirinya, maka hasil panennya sia-sia dan berkualitas buruk.

Muhammad Syamsul Haq Abadi (w. 1239 H) dalam ‘Aun al-Ma‘bud Syarh Sunan Abi Daud menambahkan, bahwa hadis ini juga berisi anjuran untuk selalu dekat dan bergaul dengan para ulama dan orang-orang shalih karena akan membawa manfaat dan keberkahan di dunia maupun di akhirat. Selain itu juga himbauan agar berhati-hati dan menjauhi pergaulan dengan orang-orang fasik dan bermaksiat, karena akan membahayakan dirinya di dunia juga akhirat. Wallahu a’lam.

Azkiyatuttahiyah
Azkiyatuttahiyah
Alumni Ma'had Darussunnah

Artikel Terkait

spot_img

Artikel Terbaru