Rasulullah Ajarkan Sayyidah Aisyah Doa Saat Lailatul Qadar

Hadispedia.id – Rasulullah saw. menganjurkan umatnya di dalam sabda-sabdanya agar menjemput Lailatul Qadar pada 10 malam terakhir di bulan Ramadhan. Dalam riwayat lainnya, beliau lebih menganjurkan menjemputnya di malam-malam ganjil. Lalu, doa apa yang harus kita baca saat menemui Lailatul Qadar?

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ القَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا؟ قَالَ: قُولِي: اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

Dari Aisyah r.a., ia berkata, “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku mengetahui malam itu adalah Lailatul Qadar, apa yang aku ucapkan di dalamnya?” Beliau bersabda, “Ucapkanlah Allahumma Innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun yang senang memberi ampunan, maka ampunilah aku).” Ini Hadis Hasan Shahih.

Hadis tersebut diriwayat oleh Imam At-Tirmidzi dalam kitab Jami’ atau Sunan-nya. Beliau memberi keterangan bahwa derajat hadis tersebut adalah Hasan Shahih. Sekilas, istilah ini agak rancu. Bukankah Hadis Hasan itu derajatnya di bawah Hadis Shahih?. Mengapa Imam At-Tirmidzi justru menggabungkan keduanya dalam satu sanadnya?. Lalu, Hadis tersebut aslinya berderajat apa? Hasan atau Shahih?

Dr. Mahmud At-Thahhan dalam kitab Taisir Musthalah Al-Hadis menjelaskan bahwa ulama’ telah menjawab maksud dari Hadis Hasan Shahih yang dimaksud oleh Imam At-Tirmidzi dengan jawaban yang beragam. Namun, menurut Dr. Mahmud At-Thahhan jawaban yang paling bagus adalah sebagaimana dikemukakan oleh Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani dan diamini oleh Imam As-Suyuthi. Ringkasnya adalah sebagai berikut.

  1. Jika hadis yang diriwayatkan Imam At-Tirmidzi itu memiliki dua jalur sanad atau lebih, maka maknanya adalah hadis tersebut berderajat Hasan pada sanad (yang ini), sedangkan berderajat Shahih pada sanad lainnya.
  2. Jika hadis yang diriwayatkan itu hanya memiliki satu jalur sanad, maka maknanya adalah hadis tersebut berderajat Hasan menurut suatu kaum, dan berderajat Shahih menurut kaum lainnya.

Di dalam studi kajian Hadis memang tidak menuntut kemungkinan terjadi perbedaan derajat kualitas hadis pada matan/redaksi hadis yang sama. Tentu, hal ini dipengaruhi dari kualitas masing-masing perawi/periwayat hadis yang membawa hadis tersebut. Bisa jadi, pada jalur sanad yang diriwayatkan oleh Imam A kualitas perawinya bagus, sedangkan pada jalur sanad yang diriwayatkan oleh Imam B kualitas perawinya ada yang bermasalah. Padahal, konten matan hadisnya sama persis.

Kembali pada teks hadis di atas, selain diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi, hadis tersebut juga diriwayatkan oleh Imam An-Nasa’i dalam kitab As-Sunan Al-Kubra-nya, Imam Al-Hakim dalam kitab Al-Mustadrak-nya, Imam Ibnu Majah dalam kitab Sunan-nya dan Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitab Musnad-nya.

Hanya saja, ada sedikit perbedaan redaksi. Di antaranya, pada riwayat Imam Ibnu Majah tersebut redaksi matan yang digunakan adalah “Araita inwafaqtu lailatal qadar ma ad’u?“. Sedangkan pada riwayat Imam Ahmad, redaksi yang digunakan adalah “Ya Nabiyallah, araita in wafaqtu lailatal qadri ma aqulu?”.

Demikianlah doa yang Rasulullah saw. ajarkan kepada Sayyidah Aisyah r.a. saat Lailatul Qadar. Yakni permintaan ampunan kepada Sang Maha Pengampun, karena salah satu nikmat yang kita dapatkan baik di dunia maupun di akhirat adalah ampunan Allah swt. Disebabkan karena Lailatul Qadar itu masih rahasia, maka para ulama menganjurkan memperbanyak doa tersebut selama bulan Ramadhan. Oleh sebab itu, di Indonesia doa tersebut biasanya dibaca setiap malam setelah shalat Tarawih. Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni. Wa Allahu a’lam bis shawab.

 

 

Annisa Nurul Hasanah
Annisa Nurul Hasanah
Penulis adalah peneliti el-Bukhari Institute

Artikel Terkait

spot_img

Artikel Terbaru