Hadispedia.id – Hafsah binti Sirin merupakan seorang ulama perempuan dari kalangan tabi’in. Beliau salah satu perempuan yang banyak meriwayatkan hadis. Namun sayangnya masih minim ditemukan referensi tentang Hafsah binti Sirin. Ulama hadis perempuan ini memiliki rekam jejak kisah yang menyedihkan dari background orangtuanya. Kisah ini diambil dari referensi yang ditulis pada lamannya About Islam yang berjudul Hafsa bint Sereen: A Remarkable Scholar in Islamic History.
Latar Belakang Hafsah binti Sirin
Hafsah dilahirkan pada tahun 31 Hijriyah pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan. Ayahnya adalah seorang budak sahabat Anas bin Malik yang telah dibebaskan. Singkat kisah, ayah Hafsah semula dijual temannya kepada Khalid bin Walid. Kemudian Khalid menjualnya kepada sahabat Anas bin Malik, lantaran kebaikan Anas bin Malik, Sirin dibebaskan dan diperbolehkan kembali kepada keluarganya.
Meskipun ayah Hafsah seorang budak, akan tetapi dia memiliki ibu sebagai seorang ulama terkemuka pada saat itu, namanya Safiyyah. Ibu Hafsah pandai memahami ilmu keislaman, lantaran belajar kepada sahabat Abu Bakar. Dan dia bisa belajar karena dulu pernah menjadi budak sahabat Abu Bakar. Perjalanan keilmuan Safiyyah (ibu Hafsah) tidak berhenti pada Sahabat Abu Bakar, dikala Abu Bakar sudah tiada, Safiyyah melanjutkan belajarnya kepada putri Abu Bakar, yaitu Aisyah r.a. Melihat ketekunan Safiyyah, ia pun berhasil mewariskan ilmunya kepada putrinya yang bernama Hafsah.
Sejak kecil, Hafsah sudah memiliki ketekunan belajar dan kecerdasan seperti ibunya. Usia 12 tahun, Hafsah sudah mampu menghafal Al-Qur’an bahkan menguasai semua qira’at. Setelah itu Hafsah juga memulai untuk belajar hadis.
Pada saat itu, Hafsah tinggal di Basra, aktivitasnya ialah mengatur halaqah untuk siswanya yang lumayan besar jumlahnya. Karena pengetahuannya yang mendalam tentang keilmuan hadis, serta aspek praktis hukum dari tradisi Islam, menjadikan ia memiliki murid yang banyak. Bahkan muridnya tidak hanya kaum perempuan, akan tetapi juga kaum laki-laki.
Pendapat Ulama Tentang Hafsah binti Sirin
Pada kitab Tahdzib al-Kamal menceritakan bahwa seorang Iyas bin Muawwiyah juga pernah berkata tentang Hafsah. Iyas mengaku tidak pernah bertemu dengan yang lebih ia sukai kecuali Hafsah. Hal yang disukainya maksudnya ialah mengagumi keilmuan ulama perempuan hadis yang bernama Hafsah ini. Selain itu, Hasan al-Basri mengungkapkan kesukaan atau kekagagumannya juga kepada Hafsah. Bahkan tidak hanya keilmuan hadis, akan tetapi juga dengan hafalan Al-Qur’an serta kemampuannya mengusai semua qira’at pada usia 12 tahun .
Selanjutnya pendapat datang dari Ibnu Hibban pada kitab al-Tsiqat. Ibn Hibban mengakui bahwa Hafsah adalah seorang muhaddisin perempuan sekaligus ahli di bidang hukum. Keilmuannya ini bisa terbilang didapatkan dari sahabat Anas bin Malik.
Kemudian pendapat lain datang dari seorang mufassir perempuan yang bernama Zainab binti Yunus. Ia pernah mengutip ucapan syeckh Muhammad Akram Nadwi tentang Hafsah yang ditulis pada kitabnya yang berjudul al-Muhaddits. Sepeti ini, meskipun Hafsah terlahir dari orangtua sebagai budak, justru Hafsah binti Sirin ini memanfaatkan keadaannya untuk belajar dengan sungguh, hingga menjadi salah satu ulama terpenting pada masanya.
Karena kegigihan Hafsah binti Sareen dalam menggiatkan keilmuan hadis, lahirlah murid yang juga mengikuti jejak giatnya Hafsah. Baik itu perempuan maupun laki-laki, mereka adalah Ummu ‘Attiyyah, Abu al-‘Aliya, dan Salman bin Amir. Mereka semua melanjutkan jejak Hafsah dengan turut menyebarkan keilmuan hadis.
Adapun buah pemikiran Hafsah yang menarik hingga sekarang adalah ia menegaskan bahkan sering mengingatkan pada muridnya, bahwa pengetahuan itu untuk laki-laki dan perempuan, tidak ada gender dalam Islam. Apalagi ketika itu perempuan dipandang rendah dengan segala skeptis yang ada. Perempuan didiskreditkan atau dimarjinalkan, namun bukan berarti perempuan tidak memiliki hak untuk meningkatkan pengetahuannya. Semangat serta keberaniannya Hafsah binti Sirin dalam menyuarakan ilmu pengetahuan sungguh menjadi teladan bagi kita semua. Semoga kita bisa melanjutkan semangat Hafsah hingga pada generasi Islam selanjutnya. Wallahu a’lam.