Biografi Singkat Syaikh Al-Albani

Syaikh al-Albani adalah seorang ahli hadis kontemporer yang bernama lengkap Muhammad Nasr al-Din Ibn Nuh Najati al-Albani. Ia akrab di telinga para umat Islam dengan julukan al-Albani, nama ini dinisbatkan kepada negara tempat asalnya yaitu Albania. Albani lahir pada tahun 1914 M di kota Ashqudirah sebuah nama ibu kota yang berada di negara Albania di masa lampau.  Ayahnya bernama Haji Nuh al-Najati merupakan seorang ulama yang alim dalam bidang ilmu syari’at dan salah satu pemuka mazhab Hanafi. Pendidikan al-Albani hanya sampai tingkat Ibtidaiyyah, karena untuk pendidikan selanjutnya, Ia banyak melakukan studi intensif kepada para masyayikh yang berada di sekitar tempat tinggalnya.

Pendidikan Syaikh al-Albani

Ulama hadis yang mempunyai nama julukan syaikh Albani ini tumbuh dari keluarga kurang mampu. Meskipun dari segi ekonominya tidak baik, bukan berarti mematahkan semangat ayahnya untuk menjadikan Albani sebagai seorang yang ahli ilmu dalam agamanya. Ketika berumur kurang lebih 9 tahun, ayahnya memasukan ke madrasah Jam’iyyah al-‘Is’af al-Khairi, sampai tamat dalam menyelesaikan pembelajaran di madrasah tersebut. Selepas dari menyelesaikan sekolah dasarnya, Ayah Albani membuatkan kurikulum khusus agar putranya bisa lebih fokus dalam belajar ilmu agama. Melalui ayahnya ini, Ia belajar Al-Quran beserta ilmu tajwidnya, ilmu sharaf dan ilmu fiqh yang bermadzhab Hanafi.

Pembelajaran al-Albani tidak berhenti di situ, Ia juga belajar kepada ulama-ulama yang ada di daerah tempat tinggalnya. Termasuk belajar bahasa Arab kepada Syaikh Sa’id al-Burhaini dengan menggunakan kitab Maraqi al-Falah, serta berbagai kitab ilmu Balaghah. Selain itu, ia juga mendapatkan ijazah ilmu hadis dari ulama terkenal yang bernama Syaikh al-Tabbakh. Dari sini lah, Albani mulai mempelajari ilmu hadis. Di saat menginjak umur 20 tahun, Ia mulai berkonsentrasi terhadap ilmu hadis. Hal ini merupakan pengaruh dari ketertarikan Albani terhadap pembahasan yang ada dalam majalah al-Manar terbitan dari Syaikh Muhammad Rasyid Ridha, berupa sebuah makalah studi kritik hadis terhadap kitab Ihya ‘Ulum al-Din karangan imam Ghazali.

Kehebatan ilmu hadis yang sangat luar biasa mampu memikat hati Albani, sehingga memudarlah ideologi madzhab Hanafi yang telah lama ditanamkan oleh ayahnya. Semenjak itu al-Albani bukan lah seseorang yang mengacu kepada madzhab Hanafi. Setiap ada hukum agama yang muncul dari pendapat tertentu, pasti akan dicerna terlebih dahulu dengan berlandasan pada kesahihan hadis Nabi Muhammad saw. Di samping itu, al-Albani sering menghadiri majelis ilmu dan acara seminar-seminar ulama besar Syaikh Muhammad Bahjat al-Baitar seorang tokoh ulama yang sangat ahli dalam ilmu hadis beserta sanadnya. Melalui acara tersebut, banyak manfaat yang bisa diambil oleh al-Albani sehingga tampaklah kecerdasannya dalam bidang ilmu hadis.

Pemikiran al-Albani Terhadap Ilmu Hadis

Al-Albani sering melihat tulisan-tulisan Islami dengan menyantumkan hadis-hadis yang dinisbatkan kepada nabi Muhammad saw. tanpa menyertakan sumber kitab hadisnya, dengan alasan semua hadis itu shahih. Padahal realitinya di antara beragam hadis masih terdapat hadis yang lemah dan palsu. Melihat adanya kejadian ini, al-Albani memberikan keritikan bahwa tidak dibenarkan bagi seorang muslim yang menisbatkan suatu hadis kepada nabi Muhammad saw. melainkan setelah menemukan keontetikan hadis tersebut yang sesuai dengan kaidah para ahli hadis. Ia mengeluarkan pendapat ini berlandasan pada sebuah hadis nabi sebagaimana berikut.

عَنْ ابن عَبَّاسٍ عن النبي ﷺ قال : اِتَّقُوا الحَدِيْثَ عَنِّي إِلَّا مَا عَلِمْتُمْ، فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

Dari Ibnu Abbas dari Nabi Muhammad saw “Takutlah menyampaikan hadis dariku, kecuali apa yang telah kamu ketahui. Sebab, barang siapa dengan sengaja berdusta kepada ku, maka hendaklah Ia menyiapkan tempat duduknya di dalam neraka” (HR. Abi Syaiban dengan sanad shahih seperti yang telah disebutkan dalam kitab Faidh Al Qadir).

Pembahasan mengenai keontetikan hadis, al-Albani memberikan dua pedoman untuk mengetahui keadaan hadis tersebut. Pertama, seseorang harus meneliti sanad beserta periwayatan hadisnya dan disesuaikan dengan kaidah dasar ilmu hadis. Keshahihan atau kedha’ifan sebuah hadis bukan di sebabkan taqlid terhadap imam tertentu yang menshahihkan atau mendha’ifkan nya. Kedua, berpedoman pada kitab tertentu yang sengaja disusun secara khusus oleh penulisnya untuk mengumpulkan hadis-hadis shahih. Seperti kitab Shahihain (Shahih Bukhari dan Shahih Muslim). Atau bisa juga berpedoman pada perkataan para peneliti hadis di kalangan ulama hadis seperti Imam Ahmad, Ibnu Ma’in, Abu Hatim. Pedoman yang kedua ini masih membutuhkan sedikit kesungguhan dalam memeriksa kembali sumber hadisnya.

Karya-Karya al-Albani

Al-Albani berkecimpung dalam ilmu hadis beserta ilmu Islam lainnya kurang lebih selama enam puluh tahun dan telah membuahkan karya-karya besar di antaranya:

  1. Irwa’ al-Galil fi Takhrij al-Hadis Manar al-Sabil
  2. Tamaam al-Minnah fi al-Ta’fiq ‘ala Fiqh al-Sunnah
  3. Talkhish Shifat Shalat al-Nabawi
  4. Silsilah al-Hadis al-Da’ifah wa al-Maudu’ah wa Atsaruha al-Sayyi’ fi al-Ummah.
  5. Tahqiq Ma’na al-Sunnah karya Sulaiman al-Nadwi. Albani mentakhrij hadis-hadisnya.
  6. At-Targhib wa Tarhib
  7. Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah
  8. Shahih wa Dha’if Sunan at-Tirmidzi
  9. Sahih wa Dha’if Sunan Abu Dawud
  10. Talkhis Ahkam al-Jana’iz

 

 

 

 

 

Zubaida
Zubaida
Alumni PP. Salafiyah Putri, Pasuruan dan Mahasiswi IKHAC,Mojokerto

Artikel Terkait

spot_img

Artikel Terbaru