Hadispedia.id – Al-Qur’an memiliki kekayaan ilmu luar biasa di dalamnya. Oleh karena itu, Allah swt. menyuruh orang-orang mukmin untuk memikirkan dan mentadabburi ayat-ayatnya. Hal ini juga didukung oleh adanya hadis Nabi saw. yang memberikan motivasi bagi para pelajar dan pengajar Al-Qur’an.
حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مِنْهَالٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ أَخْبَرَنِي عَلْقَمَةُ بْنُ مَرْثَدٍ سَمِعْتُ سَعْدَ بْنَ عُبَيْدَةَ عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّلَمِيِّ عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ وَأَقْرَأَ أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ فِي إِمْرَةِ عُثْمَانَ حَتَّى كَانَ الْحَجَّاجُ قَالَ وَذَاكَ الَّذِي أَقْعَدَنِي مَقْعَدِي هَذَا
Telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Minhal, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, ia berkata, telah mengabarkan kepadaku ‘Alqamah bin Martsad, Aku mendengar Sa’d bin Ubaidah dar Abu Abdurrahman Al-Sulami dari Utsman ra. dari Nabi saw., beliau bersabda, “Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” Abu Abdirrahman membacakan (Al-Qur’an) pada masa Utsman hingga Hajjaj pun berkata, ‘Dan hal itulah yang menjadikanku duduk di tempat dudukku ini.’
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari (w. 256 H.) dengan dua jalur periwayatan. Jalur pertama dari Syu‘bah dari ‘Alqamah, sedangkan yang kedua dari jalur Sufyan dari ‘Alqamah dengan redaksi matan sebagai berikut:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَفْضَلَكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
Nabi saw. bersabda, “Orang yang paling utama di antara kalian adalah seorang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”
Imam Al-Bukhari meriwayatkan hadis tersebut dalam al-Jami’ al-Musnad al-Shahih al-Mukhtasar min Umuri Rasulillahi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam wa Sunanihi wa Ayyamihi, pada pembahasan ‘Keutamaan Al-Qur’an (كتاب فضائل القرآن)’, bab ‘Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya (باب خَيْرُكُم مَنْ تَعَلّمَ القُرآن وَعَلَّمَه).
Dari segi sanad, hadis ini termasuk dalam derajat hadis shahih karena selain diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari juga tidak ditemukan rawi yang dhaif pada sanad lain. Sanad-sanad lain tersebut antara lain terdapat dalam: Sunan At-Tirmidzi dan As-Sunan Al-Kubra, pada bab ‘Keutamaan Mengajarkan Al-Qur’an (باب فَضْل مَن عَلّم القرآن)’.
Dengan jalur yang sama dari Syu’ban dari ‘Alqamah, hadis ini juga ditemukan dalam Sunan Abi Daud, pada pembahasan ‘Shalat (كتاب الصلاة)’, bab ‘Pahala Membaca Al-Qur’an (باب فِي ثَوابِ قراءة القرآن).’ Hadis ini juga memiliki periwayatan lain dari jalur Yahya bin Sa’id dari Sufyan Al-Tsauri, yang ditemukan pada Sunan Ibnu Majah, Sunan At-Tirmidzi dan As-Sunan Al-Kubra.
Pada Sunan Ibnu Majah, Sunan At-Tirmidzi, As-Sunan Al-Kubra, dan Shahih Al-Bukhari, jalur periwayatan dari Sufyan dari ‘Alqamah tidak menyebutkan Sa’ad bin Ubaidah di dalamnya. Hal ini yang menyebabkan hadis tersebut menjadi Hadis Hasan Shahih, menurut Abu ‘Isa At-Tirmidzi.
Baca juga: Hadis Pahala Membaca Satu Huruf Al-Qur’an
Dari segi matan hadis, Syekh Kholil Ahmad Al-Sahar Nafuri menjelaskannya dalam Badzlul Majhud fi Halli Abi Daud. Menurutnya, orang yang paling utama adalah mereka yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an dengan sebaik-baiknya. Artinya, ia berhasil mengetahui dengan baik ilmu-ilmu syariat yang pokok dan bagian-bagiannya, serta pengetahuan ilmu-ilmu Al-Qur’an lainnya.
Inilah yang dimaksud mukmin sempurna, dan Nabi Muhammad saw. lah yang menduduki posisi tersebut. Meskipun demikian, khitab hadis ini bersifat umum, bukan ditujukan hanya kepada Rasulullah saw. maupun sahabatnya saja. Hadis ini juga ditujukan kepada setiap orang mukmin, dengan syarat harus disertai keikhlasan di dalamnya.
Lebih lanjut lagi, Abu Al-Hasan Al-Sindi menerangkan dalam Fathul Wadud fi Syarh Sunan Abi Daud. Ia menjelaskan bahwa, kalimat dalam matan hadis menunjukkan orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an memang golongan orang yang terbaik, namun bukan orang yang paling baik secara mutlak. Ia menjadi ‘baik’ karena telah menyibukkan dirinya bersama Al-Qur’an. Hal ini berarti orang yang berkriteria demikian namun melakukan perbuatan-perbuatan tercela, maka otomatis tidak termasuk dalam golongan orang-orang terbaik.
Baca juga: Motivasi Nabi untuk Mereka yang Terbata-bata Membaca Al-Qur’an
Dengan demikian, hadis yang telah masyhur di kalangan masyarakat ini menjadi pengingat bahwa Al-Qur’an merupakan sebaik-baiknya kalam. Oleh karenanya, para pelajar dan pengajar Al-Qur’an termasuk dalam golongan orang-orang terbaik. Namun, tidak hanya sebatas mempelajari maupun mengajarkannya, melainkan harus disertai pengamalan nilai-nilai Al-Qur’an dalam setiap tindak-tanduknya di kehidupan sehari-hari. Wallahu A’lam.