Motivasi Nabi untuk Mereka yang Terbata-bata Membaca Al-Qur’an

Hadispedia.id – Al-Qur’an sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad saw. selain tersusun dari ayat-ayat yang indah, juga berisi ajaran dan pedoman hidup umat manusia. Oleh karenanya, sudah menjadi kewajiban bagi umat Muslim untuk bisa memahaminya dengan cara mempelajari, membaca, atau menghafalnya. Dalam Al-Qur’an sendiri, Allah swt telah berkali-kali menegaskan bahwa Al-Qur’an telah dibuat mudah untuk diingat, diucapkan, dibaca, ditabburi, dan dipelajari oleh tiap-tiap orang yang mau mempelajarinya;

 وَلَقَدۡ يَسَّرۡنَا ٱلۡقُرۡءَانَ لِلذِّكۡرِ فَهَلۡ مِن مُّدَّكِرٖ ١٧

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran. (Q.S. Al-Qamar: 17)

Begitu juga dalam sebuah hadis, Rasulullah saw. telah menyebutkan adanya jaminan pahala bagi mereka yang telah pandai dan mahir membaca atau menghafal Al-Qur’an, maupun bagi mereka yang masih terbata-bata karena masih merasa kesulitan dalam membaca maupun menghafalnya:

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ الْغُبَرِيُّ جَمِيعًا عَنْ أَبِي عَوَانَةَ قَالَ ابْنُ عُبَيْدٍ: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ زُرَارَةَ بْنِ أَوْفَى عَنْ سَعْدِ بْنِ هِشَامٍ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ

Telah menceritakan kepada kami Quthaibah bin Sa’id dan Muhammad bin ‘Ubaid al-Ghubari, semuanya dari Abi ‘Awanah. Ibnu ‘Ubaid berkata, telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awanah, dari Qatadah, dari Zurarah bin Aufa, dari Sa’d bin Hisyam, dari ‘Aisyah ia berkata: Rasulullah saw. bersabda, “Orang mukmin yang mahir membaca Al-Qur’an, maka kedudukannya di akhirat ditemani oleh para malaikat yang mulia. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata, ia sulit dalam membacanya, maka ia mendapat dua pahala.

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim (w. 261 H) dalam al-Musnad al-Shahih al-Mukhtashar bi Naql al-‘Adl ‘an ‘Adl ila Rasulillah Shallallahu ‘Alayhi Wasallam, pada pembahasan ‘Shalatnya Musafir dan Penjelasan tentang Qashar (كتاب صلاة المسافرين وقصرها)’, bab ‘Keutamaan Orang yang Mahir dalam Membaca Al-Qur’an dan Orang yang Terbata-bata dalam Membacanya (باب فَضْل الماهِر في القُرآن والّذِي يَتَتَعْتَعُ فِيه)’.

Dari segi sanad, hadis ini termasuk hadis shahih karena selain diriwayatkan dalam Shahih Muslim, juga tidak ditemukan rawi yang dhaif pada sanad lain. Sanad-sanad lain tersebut, antara lain terdapat dalam: Sunan Abi Daud, pada pembahasan ‘Shalat (كتاب الصلاة)’, bab ‘Pahala Membaca Al-Qur’an (باب ثَوابُ القرآن)’; Sunan At-Tirmidzi, pada pembahasan ‘Keutamaan Al-Qur’an dari Rasulullah (كتاب فَضائل القُرآن عن رسول الله)’, bab ‘Keutamaan Pembaca Al-Qur’an (ما جاء في فَضْل قارئ القرآن); As-Sunan Al-Kubra, karya Abu ‘Abdul Rahman An-Nasa’i (w. 303 H), pada pembahasan ‘Keutamaan Al-Qur’an (كتاب فضائل القرآن)’, bab ‘Orang yang terbata-bata dalam Membaca Al-Qur’an (المُتَتَعتِع في القرآن); dan Sunan Ibnu Majah, pada pembahasan ‘Adab (كتاب الأدَب)”, bab ‘Pahala Al-Qur’an (باب ثَواب القرآن)’.

Hadis tersebut juga terdapat dalam Shahih Al-Bukhari, pada pembahasan ‘Tafsir Al-Qur’an (كتاب تفسير القرآن)’, bab ‘Surat ‘Abasa (سورة عبس)’, dengan redaksi matan yang berbeda sebagai berikut:

حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ قَالَ سَمِعْتُ زُرَارَةَ بْنَ أَوْفَى يُحَدِّثُ عَنْ سَعْدِ بْنِ هِشَامٍ عَنْ عَائِشَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهُوَ حَافِظٌ لَهُ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَمَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ وَهُوَ يَتَعَاهَدُهُ وَهُوَ عَلَيْهِ شَدِيدٌ فَلَهُ أَجْرَانِ

Telah menceritakan kepada kami Adam, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, telah menceritakan kepada kami Qatadah, ia berkata: Aku mendengar Zurarah bin Aufa menceritakan dari Sa’d bin Hisyam dari Aisyah dari Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam, beliau bersabda: “Perumpamaan orang membaca Al-Qur’an sedangkan ia menghafalnya, maka ia akan bersama para Malaikat mulia. Sedangkan perumpamaan seorang membaca al-Qur’an dengan tekun, dan ia mengalami kesulitan atasnya, maka dia akan mendapat dua ganjaran pahala.”

Dari segi arti matan hadis, Muhammad bin Yazid Al-Qazwini (w. 273 H) dalam Sunan Ibnu Majah menyebutkan, maksud ‘al-mahir bi al-qur’an’ adalah al-hadziq bi al-qur’an, yaitu orang yang pandai dan lancar membaca Al-Qur’an dengan tidak terbata-bata. Abu Zakariya Muhyiddin An-Nawawi (w. 676 H) dalam al-Minhaj menambahkan, bahwa maksud al-Mahir adalah orang yang telah sempurna dan mutqin hafalannya, sehingga ia tidak mengalami kesulitan dalam membaca Al-Qur’an.

Al-Safarah merupakan bentuk plural dari Safir, orang yang berpergian. Yang dimaksud dalam hadis ini adalah Malaikat, karena mereka diutus Allah untuk ‘bepergian’ dalam rangka menyampaikan wahyu kepada para Nabi dan Rasul. Hal ini sejalan dengan penafsiran Imam Bukhari (w. 256 H) pada surat ‘Abasa ayat 15. Al-Kiram al-Bararah merupakan sifat dari Malaikat yang senantiasa taat dan patuh dalam menjalankan perintah Allah.  

Adapun penjelasan makna matan tersebut adalah bahwa orang yang mahir dan lancar membaca Al-Qur’an, sepatutnya untuk selalu berusaha dalam menyampaikan, mengajarkan dan mengamalkan nilai-nilai Al-Qur’an yang telah ia baca, agar memperoleh keutamaan-keutamaan dan keikhlasan niat karena Allah swt, sehingga ia layak disandingkan dengan para Malaikat yang selalu ikhlas dalam ketaatan menjalankan perintah Allah. Al-Qadhi ‘Iyadh (w. 544 H) menambahkan, maksud dari mereka yang mahir membaca Al-Qur’an bersama Malaikat adalah dari segi kedudukannya di akhirat kelak, karena mereka sama-sama membaca, menyampaikan, dan mengamalkan Al-Qur’an.

Pada redaksi matan selanjutnya, kata yatata’ta’ berarti gagap, terbata-bata dalam membaca Al-Qur’an, karena belum lancar maupun lemahnya hafalan. Menurut hadis tersebut, orang yang demikian, di mana ia masih terbata-bata dan merasa kesulitan dalam membaca Al-Qur’an, maka ia akan mendapat ajraani, yaitu dua pahala.

Dalam kitab ‘Aun al-Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud, Muhammad Syams Al-Haq Abadi (w. 1329 H) menjelaskan, maksud dua pahala di sini adalah pahala dari membaca Al-Qur’an dan pahala karena masyaqqah atau kesulitan yang ia alami ketika membaca. Namun yang perlu menjadi catatan, bukan berarti mereka yang masih terbata-bata tersebut memperoleh pahala lebih besar daripada mereka yang telah mahir membaca Al-Qur’an.

Justru mereka yang telah mahir membaca Al-Qur’an, akan mendapatkan pahala yang lebih banyak dan lebih utama, yaitu akan disandingkan dengan para Malaikat. Bahkan kelipatan dari pahala mereka juga tidak terhitung karena telah berhasil melewati kesulitan-kesulitan hingga mampu membaca Al-Qur’an dengan hafal dan lancar.

Dengan demikian, hadis ini menjadi pengingat sekaligus motivator agar kita senantiasa bersungguh-sungguh dalam membaca, menghafal, maupun mempelajari Al-Qur’an. Maka jangan sampai berkecil hati bahkan merasa putus asa jika mengalami kesulitan dalam mempelajari Al-Qur’an, baik untuk membaca maupun menghafalkannya. Asalkan ada kemauan kita untuk terus belajar dan memperbaikinya. Hal ini dikarenakan Allah swt melalui Rasul-Nya telah memberikan garansi kepada umatnya yang telah berhasil maupun masih bersusah payah dalam mempelajari kalam-Nya, berupa kemuliaan dan pahala yang besar di sisi-Nya. Wallahu a’lam.

.

Azkiyatuttahiyah
Azkiyatuttahiyah
Alumni Ma'had Darussunnah

Artikel Terkait

spot_img

Artikel Terbaru