Biografi Imam Ahmad bin Hanbal

Hadispedia.id – Mendengar nama Imam Ahmad, tentu yang terlintas di pikiran kita adalah tokoh salah satu madzhab fikih yang digunakan hingga saat ini. Imam Ahmad selain ulama fikih pada masa Khalifah Ar-Rasyid dan Al-Ma’mun, beliau juga merupakan ulama hadis yang tersohor. Pada masa gentingnya di khalifah Al-Ma’mun, Imam Ahmad merupakan ulama yang berani dengan teguh menyampaikan akidahnya yang lurus. Karena hal tersebut, Imam Ahmad dijuluki sebagai penyelamat kedua umat Nabi Muhammad saw. setelah Abu Bakar As-Siddiq dari keyakinan sesat yang disebarkan oleh kaum Mu’tazilah pada saat itu.

Biografi

Beliau memiliki nama lengkap Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris bin Abdullah bin Hayyan bin Abdullah bin Anas bin ‘Auf bin Qasith bin Mazin bin Syaiban bin Dzahl bin Tsa’labah bin Ukabah bin Sha’ab bin Ali bin Bakar bin Wail Adz-Dzahili Asy-Syaibani Al-Marwazi Al-Baghdadi. Beliau memiliki nama kunyah Abu Abdillah. Lahir pada tanggal 20 Rabiul Awal 164 H di Marw, kota Baghdad, Irak tetapi saat ini bernama Mary, Turkmenistan.

Imam Ahmad merupakan anak tunggal. Sejak kecil, beliau telah menjadi yatim. Tak ada kemewahan dalam hidup Imam Ahmad. Ayahnya meninggal dunia dalam peperangan dan mewariskan harta yang pas-pasan. Ibunya yang bernama Shafiyyah binti Maimunah tak ada keinginan menikah lagi meskipun dikisahkan dalam berbagai sumber bahwa banyak lelaki yang melamarnya. Namun, ibunya lebih memilih fokus terhadap Imam Ahmad untuk mendidiknya dan mengantarkan ke berbagai tempat menuntut ilmu.

Keterbatasannya dalam ekonomi, tak menghalangi Imam Ahmad dalam belajar. Justru, itu menjadi motivasi untuknya semakin giat memperdalami ilmu. Beliau berusaha keras untuk bisa mengurangi beban ibunya.

Setelah kesibukannya dalam menuntut ilmu, beliau menikah di usia 40 tahun dengan perempuan bernama Abassah binti Al-Fadl dan dikaruniai beberapa anak. Di antaranya bernama Salih dan Abdullah yang kemudian tersohor pula sebagai ulama hadis dan seorang anak perempuan bernama Zainab.

Semasa hidupnya, beliau sempat mendapati penyiksaan yang dilakukan oleh pemerintahan khalifah Al-Makmun karena menentang paham yang digencarkan oleh pemimpin pada masa itu yakni paham Mu’tazilah. Saat itu, digencarkan bahwa Al-Qur’an bukanlah kalamullah melainkan makhluk. Ada banyak para ulama yang akhirnya memutuskan untuk menyembunyikan akidah lurus mereka untuk menghindari penyiksaan yang dilakukan oleh pimpinan, tetapi Imam Ahmad menyatakan dengan lantang dan tegas bahwa beliau menolak paham tersebut.

Hingga akhirnya, beliau dipenjara dan menerima penyiksaan yang cukup lama. Sejak pemerintahan Al-Makmun hingga berganti dengan pemerintahan Al-Mutawakkil terjadi pergantian pemimpin 4 kali. Selama itu penyiksaan terhadap ulama yang menentang belum berakhir. Setelah dua tahun kepemimpinan Al-Mutawakkil, kemudian dibuat kebijakan baru. Ajaran islam dikembalikan mengikuti sunah Nabi dan para ulama dibebaskan.

Imam Ahmad menghembuskan nafas terakhir pada usianya 77 tahun tepatnya pada tanggal 12 Rabiul Awwal 241 H di kota Baghdad setelah jatuh sakit yang cukup parah. Beliau dimakamkan di pemakaman Al-Harb bahkan dihadiri oleh 800 ribu pelayat laki-laki dan dan 600 ribu pelayat perempuan.

Lawatan Pendidikan

Baghdad tak hanya menjadi tempat lahirnya Imam Ahmad saja, tetapi menjadi tempat beliau dalam menimba ilmu. Memulainya dengan menghafal Al-Qur’an dan Ilmu Qira’at. Hingga usianya menginjak 15 tahun, Imam Ahmad mulai melakukan lawatan ke berbagai negara dalam rangka mempelajari ilmu agama. Mulai dari ilmu hadis, ilmu fikih beserta kaidah-kaidahnya. Beberapa negara yang menjadi tempat beliau menimba ilmu adalah Kufah, Bashrah, Makkah, Madinah, Yaman, Syam, dan Al-Jazirah.

Kemahiran beliau dalam memahami kaidah-kaidah hukum fikih serta dalamnya ilmu hadis yang dimiliki oleh Imam Ahmad didapatkan dengan banyak berguru ke berbagai ratusan ulama. Di antaranya Sufyan bin ‘Uyainah, Ismail bin Ja’far, Abbad bin Abbad Al-Ataky, Umari bin Abdillah bin Khalid, Imam Syafi’I, Waki’ bin Jarrah, Ismail bin Ulayyah, Abdurrazaq, Ibrahim bin Sa’ad, dan lain sebagainya.

Setelah pengembarannya mencari ilmu yang cukup lama, nama beliau semakin terkenal dan tempatnya mengajar dihadiri oleh beribu orang. Dikisahkan dalam buku “Antara Madzhab Hanbali dengan Salafi Kontemporer” bahwa ada sekitar 500 murid beliau yang aktif dalam menulis. Sedangkan sisanya adalah murid yang pasif (duduk, diam mendengarkan) dalam belajar.

Di antara murid-murid Imam Ahmad yakni imam hadis yang juga terkenal yaitu Imam Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Abu Zu’rah Ar-Razi, Abu Hatim ar-Razi, Musa bin Harun, Hanbal bin Ishaq, Muhammad bin Ishaq Ash-Shaghani, Abu Bakar Abdullah bin Muhammad bin Abi Ad-Dunya, dan masih banyak lagi murid lainnya.

Sebagai seorang guru, Imam Ahmad kerap kali mengingatkan kepada para muridnya untuk tidak menuliskan segala yang disampaikan juga fatawa-fatwanya, kecuali yang sudah pasti berdasarkan dalil  Al-Qur’an dan sunnah. Ini karena kehati-hatian beliau dalam masalah agama.

Karya-Karya

Di antara karya-karya Imam Ahmad yaitu:

  1. Kitab Al-Musnad. Karya ini merupakan kitab yang paling populer dan memuat lebih 27 ribu hadis. Kitab ini disusun pada abad ke-3 H dan merupakan salah satu kitab yang dapat memenuhi kebutuhan muslim dalam hal agama dan dunia pada saat itu. Hal tersebut karena dalam kitab ini menghimpun kitab-kitab hadis yang ada sebelumnya.
  2. Kitab At-Tafsir
  3. Kitab An-Nasikh wa Al-Mansukh
  4. Al-Muqaddam wa Al-Mu’akkhar fi Al-Qur’an
  5. Al-Manasik Al-Kabir
  6. Al-Manasik As-Shaghir.

 

Linda Wahyuni Adam
Linda Wahyuni Adam
Linda Wahyuni Adam, Alumni Duta Gemari Baca Batch 4 dan Mahasiswa Ilmu Alquran Tafsir IKHAC.

Artikel Terkait

spot_img

Artikel Terbaru