Hadis Malu Adalah Bagian dari Iman

Hadispedia.id – Malu merupakan bentuk dari rasa emosi. Rasa yang secara alami ingin menutupi kesalahan atau menyembunyikan diri dari orang lain karena tidak nyaman jika perbuatannya diketahui oleh orang lain. Hal itu merupakan pengertian secara umum. Namun pembahasan kali ini malu dalam hal melanggar yang diperintahkan oleh Allah, malu dalam melakukan keburukan, dan menjadi bertambah keimanannya karena perbuatan malu tersebut. Seperti dalam hadis berikut,

عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى رَجُلٍ مِنْ الْأَنْصَارِ وَهُوَ يَعِظُ أَخَاهُ فِي الْحَيَاءِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعْهُ فَإِنَّ الْحَيَاءَ مِنْ الْإِيمَانِ

Dari Salim bin Abdullah dari bapaknya, bahwa Rasulullah saw. berjalan melewati seorang Sahabat Anshar yang saat itu sedang memberi pengarahan saudaranya tentang malu. Maka Rasulullah saw. bersabda, “Biarkanlah dia, karena sesungguhnya malu adalah bagian dari iman.” (H.R. Al-Bukhari)

Baca juga: Mutasyabih dalam Ilmu Hadis

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari jalur sahabat عَنْ أَبِيهِ (dari ayahnya) yaitu Abdullah bin Umar bin Khattab, ayah dari Salim bin Abdullah. Terdapat juga dalam kitab Shahih Muslim nomor 52, Sunan Abi Daud nomor 4162, dan Sunan Ibn Majah nomor 57 dari jalur sahabat yang sama, Abdullah bin Umar.

Dalam kitab Fathul Bari karya Imam Ibn Hajar Al-Asqalani, dijelaskan مَرَّ عَلَى رَجُلٍ , Rasulullah saw. lewat di hadapan orang Anshar yang dimana Nabi tidak mengetahui nama dari keduanya (yang memberi nasihat atau yang diberi nasihat). Kata يَعِظُ berarti menasihati, menakut-nakuti atau mengingatkan saudaranya mengenai فِي الْحَيَاءِ (malu). Seakan-akan pria yang dinasihati sangat pemalu sehingga ia tidak ingin menuntut haknya.

Kemudian, Rasulullah saw. bersabda  دَعْهُ , maksudnya tinggalkanlah atau biarkanlah dia tetap dalam keadaan malu, akhlak yang disunnahkan. Karena malu adalah sebagian dari iman. Jika sifat malu menghalangi seseorang untuk menuntut haknya, maka seorang itu akan diberi pahala sesuai hak yang ditinggalkannya.

Sifat malu dapat menghindarkan seseorang dalam melakukan kemaksiatan atau keburukan layaknya iman. Menahan diri untuk tidak melakukan suatu hal yang dilarang oleh syariat, akal maupun adat kebiasaan setempat. Malu berbuat maksiat dalam melanggar norma masyarakat seperti minum miras, zina, atau mencuri.

Malu kepada Allah karena banyaknya dosa dan maksiat yang dilakukan. Malu lebih banyak nikmat yang diberikan Allah dibanding ibadah yang dikerjakan. Malu mengerjakan apa yang Allah perintahkan dan malu jika ia melanggarnya. Esensi dari malu sama dengan esensi iman. Takut akan dosa karena melakukan perbuatan yang tidak terpuji. Maka, dapat dikatakan sifat malu sebagian dari iman.

Baca juga: Hadis Budaya Malu Adalah Warisan Para Nabi

Iman seseorang bisa berkurang karena melakukan perbuatan maksiat. Orang yang beriman pasti sadar bahwa segala perbuatannya diawasi oleh Allah Swt. Selain itu, selalu sadar bahwa perbuatan yang dilakukan harus dipertanggung jawabkan kelak di hadapan-Nya. Atas kesadaran tersebut, orang beriman selalu berusaha mengerjakan amal baik dan tidak mungkin sengaja melakukan maksiat, karena merasa malu dan takut menghadapi azab-Nya dan tidak mendapatkan ridha-Nya.

Jadi, dalam hadis di atas mengandung pemberitahuan bahwa rasa malu bisa mencegah manusia melakukan keburukan. Jika rasa malu hilang dari diri manusia, maka manusia akan melakukan bentuk kesesatan dan keburukan. Wallahu a’lam.

Rizqotul Luqi Mufidah
Rizqotul Luqi Mufidah
Rizqotul Luqi Mufidah. Alumni Ilmu Hadis UIN Sunan Ampel Surabaya

Artikel Terkait

spot_img

Artikel Terbaru