Hadispedia.id – Penciptaan perempuan dari tulang rusuk laki-laki mengisyaratkan bahwa perempuan adalah ciptaan kedua setelah laki-laki. Secara substansi laki-laki lebih utama dari pada perempuan. Dan hal ini pun sangat menyudutkan perempuan yang kedudukannya terkesan di bawah laki-laki.
Hawa merupakan perempuan pertama yang diciptakan oleh Allah swt. Para pakar tafsir pun memperbincangkan tentang bagaimana proses penciptaan Hawa. Mayoritas mufasir klasik (At-Thabari, Al-Razi, Ibnu Katsir, Al-Qurthubi, dan Zamakhsyari) mengatakan bahwa Hawa (perempuan) itu diciptakan dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam. Argumentasi ini berdasarkan surat An-Nisa’ ayat 1,
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً
Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Dhamir yang terdapat dalam redaksi ayat (minha) adalah min tab’idiyah, yang berarti Hawa diciptakan dari bagian tubuh Adam. Hal ini juga diperkuat dengan riwayat hadis.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِي جَارَهُ وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا فَإِنَّهُنَّ خُلِقْنَ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا
Dari Abu Hurairah dari Nabi saw., beliau bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan juga kepada hari akhir, maka janganlah ia menyakiti tetangganya. Pergaulilah kaum wanita dengan baik, sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk. Dan sesuatu yang paling bengkok yang terdapat tulang rusuk adalah bagian paling atas. Jika kamu meluruskannya dengan seketika, niscaya kamu akan mematahkannya. Namun jika kamu membiarkannya maka ia pun akan selalu dalam keadaan bengkok. Karena itu pergaulilah wanita dengan penuh kebijakan.” (H.R. Bukhari)
Hadis di atas secara tekstual memang menyatakan bahwa penciptaan perempuan dari tulang rusuk laki-laki. Metode tekstual ini sepertinya digunakan beberapa pakar tafsir generasi awal. Hadis ini menjadi dilematis, apakah menjelaskan bagaimana proses penciptaan perempuan atau bukan.
Abdullah Karim menyatakan bahwa makna dan tujuan dari hadis ini sebagai nasihat, pesan, bimbingan, petunjuk dan arahan kepada perempuan secara arif dan bijaksana. Karena wanita itu bagaikan tulang rusuk yang bengkok, sangat sulit untuk meluruskannya. Jika tulang rusuk tersebut diluruskan, berarti sama halnya mematahkannya. Patahnya tulang rusuk tersebut sebagai gambaran (konotasi) terjadinya talak terhadap istri.
Pendapat yang mengatakan makna hadis tersebut majazi (konotasi) didukung dari hadis
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ فِي سَفَرٍ وَكَانَ غُلَامٌ يَحْدُو بِهِنَّ يُقَالُ لَهُ أَنْجَشَةُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رُوَيْدَكَ يَا أَنْجَشَةُ سَوْقَكَ بِالْقَوَارِيرِ قَالَ أَبُو قِلَابَةَ يَعْنِي النِّسَاءَ
Dari Anas r.a. bahwasannya Nabi saw. pernah dalam suatu perjalanan, sementara seorang hamba sahayanya bernama Anjasyah mengawal para wanita. Maka Nabi saw. bersabda, “Pelan-pelanlah wahai Anjasyah, karena kamu tengah mengawal sesuatu yang mudah pecah.” Abu Qilabah mengatakan; maksudnya adalah (mengawal) para wanita.” (H.R. Bukhari)
Sedangkan pendapat kedua mengatakan bahwa perempuan diciptakan dari jenis yang sama seperti Adam diciptakan. Muhammad Abduh salah satu pakar tafsir yang menolak pendapat bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk. Dalam tafsir Al-Manarnya kata مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ menunjukkan bahwa Adam dan Hawa diciptakan dari unsur dan jenis yang sama. Hal ini pun menjadi perbincangan di kalangan pakar tafsir. Masing-masing mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda.
Menanggapi pernyataan tersebut, Amina Wadud secara tegas menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara penciptaan laki-laki dan perempuan dalam Al-Qur’an. Menurut Wadud, Q.S. An-Nisa’ menegaskan asal dari seluruh manusia adalah nafs yang satu (مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ). Dalam ayat tersebut, penggunaan kata “laki-laki dan perempuan” diartikan manifestasi lahiriah dan realitas berpasangan yang dapat dilipat gandakan dan berkembang biak di bumi ini.
Seperti juga yang disebutkan oleh Atiyyah Saqar bahwa tidak ada dalil yang qat’i tentang proses penciptaan perempuan. Atiyyah Saqar lebih netral dalam diskursus asal penciptaan perempuan. Sebab tidak mudah mencari titik temu yang masing-masing mempunyai titik tolak dan sudut pandang yang berbeda.
Penciptaan perempuan memang sejak lama menjadi perdebatan. Dalam Islam tidak ada satupun dalil qat’i yang disepakati tentang penciptaan perempuan. Namun Al-Qur’an menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan substansi antara laki-laki dan perempuan. Perbedaannya hanya terletak pada fungsi biologis manusia. Maka demikian, tidak sepatutnya perempuan disudutkan dan dipandang lebih rendah dari pada laki-laki. Wallohu’alam