Imam At-Tirmidzi dan 8 Tingkatan Hadis yang Dicetuskannya

Hadispedia.id – Peran ulama dalam menjaga dan menyampaikan hadis kepada umat Rasulullah saw. saat ini sangatlah vital. Bagaimana jadinya, bila para ulama tidak melanjutkan dakwah Rasulullah saw.? Barangkali, bumi ini gelap gulita tanpa cahaya ilmu. Perjuangan yang dilakukan para ulama dalam mempelajari setiap ilmu salah satunya ilmu hadis merupakan bukti dari kegigihan para ulama dalam memperjuangkan agama Allah serta karunia besar yang Allah berikan.

Setiap ulama hadis memiliki keunikan serta keunggulannya masing-masing yang akhirnya melengkapi satu sama lain. Seperti Imam Bukhari yang terkenal dengan ketelitiannya, Imam Muslim terkenal dengan metodenya yang terperinci dan kali ini Imam At-Tirmidzi yang terkenal dengan thabaqat hadis kepada tingkatan shahih, hasan, dan dhaif. Selanjutnya, thabaqat hadis yang dibuat oleh Imam At-Tirmidzi diketahui menjadi 8 tingkatan dari tiga tingkatan tersebut.

Imam At-Tirmidizi merupakan ulama hadis yang lahir pada tahun 209 H. Memiliki nama lengkap Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin Dahak As-Sulami Al-Bughi At-Tirmidzi Adh-Dhir. Tidak ditemukan informasi yang pasti soal dimana beliau lahir. Namun, yang pasti adalah Tirmidz merupakan sebuah kota kuno yang berada di muara sungai Baichia juga disebut sungai Jeihun.

Ada beberapa pendapat yang mengatakan kondisi Imam At-Tirmidzi ketika lahir sudah dalam keadaan buta. Ada pula yang berpendapat dan ini pendapat paling kuat bahwa kebutaan yang dialami oleh Imam at-Tirmidzi ketika beliau memasuki usia senja dikarenakan banyaknya beliau menangis, bukan kebutaan sejak lahir.  Hingga di akhir usia, beliau bersabar menjalani kehidupan tanpa penglihatan dan meninggal pada tahun 279 H. tepatnya bulan Rajab.

Perjalanan Menuntut Ilmu

Tidak ada yang menyebutkan secara pasti sejak kapan dan bagaimana Imam At-Tirmidzi memulai perjalanannya dalam menuntut ilmu, tetapi beliau lebih dulu meraup ilmu di negara kelahirannya, yaitu Iran. Ada yang berpendapat, setelah memasuki usia remaja, Imam At-Tirmidzi telah gemar melakukan lawatan ke berbagai negara seperti Hijaz, Basrah, Kufah, dan lain-lain untuk memperdalam ilmu hadis dan ilmu fikih.

Dari beberapa negara, beliau berguru kepada banyak ulama yang masyhur seperti Imam Bukhari dan Imam Muslim. Adapun guru-guru lainnya yaitu Ishaq bin Rahawaih, Imam Abu Dawud, dan Qutaibah bin Sa’id. Di antara banyaknya guru, Imam Bukhari salah satu guru yang sangat berpengaruh dalam keilmuan Imam At-Tirmidzi. Melalui Imam Bukhari, Imam At-Tirmidzi mengenal ilmu dalam melakukan takhrij dan penggalian kandungan hadis.

Imam At-Tirmidzi merupakan salah satu murid yang dibanggakan oleh Imam Bukhari. Imam Bukhari mengungkapkan bahwa beliau lebih banyak memperoleh manfaat ilmu dari Imam At-Tirmidzi dibandingkan dengan Imam At-Tirmidizi yang memperoleh ilmu dari Imam Bukhari. Terlepas dari sifat rendah hati yang dimiliki oleh Imam Bukhari, tetapi pujian yang diberikan kepada At-Tirmidizi tersebut menggambarkan Imam at-Tirmidzi salah satu murid yang kredibilitasnya tidak diragukan lagi.

Tidak seperti para ulama hadis lainnya, terkait perjalannnya dalam menuntut ilmu beberapa menuliskan bahwa tidak ada riwayat Imam At-Tirmidzi melakukan lawatan ilmu ke Baghdad. Beberapa alasan yang menyebutkan hal tersebut yaitu, tidak tertulis nama Imam At-Tirmidzi dalam kitab Tarikh Al-Baghdad juga tidak adanya hadis yang diriwayatkan melalui Imam Ahmad bin Hanbal. Namun, dua hal tersebut bukan alasan yang kuat bahwa beliau tidak pernah memasuki Baghdad dalam memperkaya ilmunya.

Karya-Karya Imam At-Tirmidzi

Beberapa karya Imam at-Tirmidzi adalah sebagai berikut:

  1. Al-Jami’ As-Shahih atau dikenal dengan Sunan At-Tirmidzi
  2. Tawarikh
  3. Al-‘Illal
  4. Al’Illal Al-Kabir
  5. Asma’ As-Shahabah
  6. Al-Asma’ wa Al-Kuna
  7. Al-Atsar Al-Mauqufah
  8. Asy-Syamail Al-Muhammadiyah

Di antara karya yang ditulis oleh Imam At-Tirmidzi, Al-Jami’ As-Shahih inilah karya yang paling populer dikenal hingga saat ini. Namun, para ulama memberikan penamaan yang berbeda-beda terhadap kitab Al-Jami’ As-Shahih. Imam As-Suyuthi memberi nama kitab ini dengan Shahih At-Tirmidzi. Al-Kattani menyebutnya dengan Al-Jami Al-Kabir sedangkan Al-Hakim menyebut kitab tersebut dengan Al-Jami’ As-Sajili.

Selain penamaan yang diberikan oleh para ulama di atas, ada penamaan lain yaitu kitab Sunan dan disambungkan dengan nama beliau At-Tirmidzi sehingga menjadi Sunan At-Tirmidzi. Penamaan tersebut dilakukan untuk membedakan dengan kitab Sunan lainnya.

Dalam kitab Al-Jami’ As-Shahih atau dikenal dengan Sunan At-Tirmidizi ini terhimpun tidak hanya hadis-hadis hukum tetapi terdapat hadis-hadis tentang akidah juga akhlak. Berbeda dengan kitab Sunan Abu Dawud yang hanya berfokus pada pembahasan hadis-hadis tentang hukum.

Berkaitan dengan thabaqat atau tingkatan hadis, seperti yang telah disinggung di atas, bahwa Imam At-Tirmidzi tidak hanya mengelompokkan hadis kepada tingkatan shahih dan dhaif saja tetapi mengelompokkan ke delapan tingkatan, yaitu hasan shahih, hasan shahih gharib, shahih, shahih gharib, hasan, hasan gharib, hadis la na’rifuhu illa min hadisi fulan, dan gharib. Thabaqat hadis yang terdapat dalam Sunan at-Tirmidzi menjadi salah satu keistimewaan kitab Sunan ini dikarenakan beliaulah ulama pertama yang mempopulerkannya.

Imam At-Tirmidzi mengelompokkan hadis-hadis kepada tingkatan hasan berdasarkan tingkat hafalannya para perawi yang tidak kuat akan tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan hafalannya para perawi hadis dhaif. Disebutkan bahwa Imam At-Tirmidzi adalah imam yang mempopulerkan istilah hadis hasan.

Hal lain yang menjadi keunggulan kitab Sunan ini, yaitu Imam At-Tirmidzi menyuguhkan berbagai pandangan antar madzhab dalam menuliskan sebuah hadis. Bahkan, karena begitu banyaknya pandangan madzhab yang terdapat dalam Sunan ini, terkesan seperti kitab fikih bukan kitab hadis.

Linda Wahyuni Adam
Linda Wahyuni Adam
Linda Wahyuni Adam, Alumni Duta Gemari Baca Batch 4 dan Mahasiswa Ilmu Alquran Tafsir IKHAC.

Artikel Terkait

spot_img

Artikel Terbaru