Beranda blog Halaman 27

Hadis No. 71 Shahih Al-Bukhari

0
Shahih Bukhari
Shahih Bukhari

Hadispedia.id – Al-Imam Al-Bukhari berkata di dalam Shahih-nya pada Kitab Al-Ilmu bab orang yang dikehendaki Allah kebaikan, ia akan dipahamkan masalah agama,

حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عُفَيْرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، عَنْ يُونُسَ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، قَالَ: قَالَ حُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، سَمِعْتُ مُعَاوِيَةَ، خَطِيبًا يَقُولُ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ، وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَاللَّهُ يُعْطِي، وَلَنْ تَزَالَ هَذِهِ الأُمَّةُ قَائِمَةً عَلَى أَمْرِ اللَّهِ، لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ، حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ

Sa’id bin Ufair telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Ibnu Wahb telah menceritakan kepada kami, dari Yunus, dari Ibnu Syihab, ia berkata, Humaid bin Abdurrahman berkata, aku mendengar Muawiyah memberi khutbah, ia berkata, aku mendengar Nabi saw. bersabda, “Siapa yang Allah kehendaki menjadi baik, maka Allah akan pahamkan ia dalam urusan agama. Aku hanyalah yang membagi-bagikan sedangkan Allah yang memberi. Senantiasa umat ini akan tegak di atas perintah Allah, mereka tidak akan celaka karena adanya orang-orang yang menyelisihi mereka hingga datang keputusan Allah.”

Hadis No. 70 Shahih Al-Bukhari

0
Shahih Bukhari
Shahih Bukhari

Hadispedia.id – Al-Imam Al-Bukhari berkata di dalam Shahih-nya pada Kitab Al-Ilmu bab orang yang menyediakan hari-hari khusus untuk bermulazamah dengan ahli ilmu,

حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ أَبِي وَائِلٍ، قَالَ: كَانَ عَبْدُ اللَّهِ يُذَكِّرُ النَّاسَ فِي كُلِّ خَمِيسٍ فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ: يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ لَوَدِدْتُ أَنَّكَ ذَكَّرْتَنَا كُلَّ يَوْمٍ؟ قَالَ: أَمَا إِنَّهُ يَمْنَعُنِي مِنْ ذَلِكَ أَنِّي أَكْرَهُ أَنْ أُمِلَّكُمْ، وَإِنِّي أَتَخَوَّلُكُمْ بِالْمَوْعِظَةِ، كَمَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلُنَا بِهَا، مَخَافَةَ السَّآمَةِ عَلَيْنَا

Usman bin Abi Syaibah telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Jarir telah menceritakan kepada kami, dari Manshur, dari Abu Wail, ia berkata bahwa Abdullah memberi pelajaran kepada orang-orang setiap hari Kamis, kemudian seseorang berkata, “Wahai Abdurrahman, sungguh aku ingin Anda memberi pelajaran kepada kami setiap hari.” Ia menjawab, “Sungguh aku enggan melakukannya, karena aku takut membuat kalian bosan, dan aku ingin memberi pelajaran kepada kalian sebagaimana Nabi saw. memberi pelajaran kepada kami karena khawatir kebosanan akan menimpa kami.”

Hadis No. 69 Shahih Al-Bukhari

0
Shahih Bukhari
Shahih Bukhari

Hadispedia.id – Al-Imam Al-Bukhari berkata di dalam Shahih-nya pada Kitab Al-Ilmu bab metode Nabi saw. di dalam mengatur penyampaian pelajaran dan ilmu agar tidak membuat orang lari,

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، قَالَ: حَدَّثَنِي أَبُو التَّيَّاحِ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: يَسِّرُوا وَلاَ تُعَسِّرُوا، وَبَشِّرُوا، وَلاَ تُنَفِّرُوا

Muhammad bin Basyar telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Yahya bin Sa’id telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Syu’bah telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Abu At-Tayyah telah menceritakan kepadaku, dari Anas bin Malik, dari Nabi saw., beliau bersabda, “Permudahlah dan jangan persulit, berilah kabar gembira, dan jangan membuat orang lari.”

Hadis No. 68 Shahih Al-Bukhari

0
Shahih Bukhari
Shahih Bukhari

Hadispedia.id – Al-Imam Al-Bukhari berkata di dalam Shahih-nya pada Kitab Al-Ilmu bab metode Nabi saw. di dalam mengatur penyampaian pelajaran dan ilmu agar tidak membuat orang lari,

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ، قَالَ: أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، عَنِ الأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي وَائِلٍ، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ، قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلُنَا بِالْمَوْعِظَةِ فِي الأَيَّامِ، كَرَاهَةَ السَّآمَةِ عَلَيْنَا

Muhammad bin Yusuf telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Sufyan telah mengabarkan kepada kami, dari Al-A’masy, dari Abu Wail, dari Ibnu Mas’ud, ia berkata, “Nabi saw. selalu memilah-milah hari yang tepat bagi kami untuk memberikan nasihat, karena khawatir rasa bosan akan menghinggapi kami.”

Hadis No. 67 Shahih Al-Bukhari

0
Shahih Bukhari
Shahih Bukhari

Hadispedia.id – Al-Imam Al-Bukhari berkata di dalam Shahih-nya pada Kitab Al-Ilmu bab sabda Nabi saw., “Terkadang orang yang menyampaikan lebih mengerti dari pada orang yang mendengarnya”,

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا بِشْرٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ عَوْنٍ، عَنِ ابْنِ سِيرِينَ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ، عَنْ أَبِيهِ، ذَكَرَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَعَدَ عَلَى بَعِيرِهِ، وَأَمْسَكَ إِنْسَانٌ بِخِطَامِهِ – أَوْ بِزِمَامِهِ – قَالَ: «أَيُّ يَوْمٍ هَذَا»، فَسَكَتْنَا حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ سِوَى اسْمِهِ، قَالَ: «أَلَيْسَ يَوْمَ النَّحْرِ» قُلْنَا: بَلَى، قَالَ: «فَأَيُّ شَهْرٍ هَذَا» فَسَكَتْنَا حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ، فَقَالَ: «أَلَيْسَ بِذِي الحِجَّةِ» قُلْنَا: بَلَى، قَالَ: «فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ، وَأَمْوَالَكُمْ، وَأَعْرَاضَكُمْ، بَيْنَكُمْ حَرَامٌ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا، فِي شَهْرِكُمْ هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا، لِيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الغَائِبَ، فَإِنَّ الشَّاهِدَ عَسَى أَنْ يُبَلِّغَ مَنْ هُوَ أَوْعَى لَهُ مِنْهُ

Musaddad telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Bisyr telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Ibnu Aun telah menceritakan kepada kami, dari Ibnu Sirin, dari Abdurrahman bin Abi Bakrah, dari ayahnya, ia menuturkan bahwa Nabi saw. duduk di atas untanya, sementara orang-orang memegangi tali kekang unta tersebut. Beliau berkata, “Hari apakah ini?” Kami semua terdiam dan menyangka bahwa beliau akan menamakan nama lain selain nama hari yang sudah dikenal. Beliau berkata, “Bukankah hari ini hari Nahr?” Kami menjawab, “Benar”. Nabi saw. kembali bertanya, “Bulan apakah ini?” Kami semua terdiam dan menyangka bahwa beliau akan menamakan nama lain selain nama bulan yang sudah dikenal. Beliau berkata, “Bukankah ini bulan Zulhijjah?” Kami menjawab, “Benar”. Beliau bersabda, “Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, dan kehormatan kalian sesama kalian haram (mulia), sebagaimana haramnya hari kalian ini, bulan kalian ini, dan tanah kalian ini. Maka hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir, karena orang yang hadir semoga dapat menyampaikan kepada orang yang lebih paham darinya.”

Hadis No. 66 Shahih Al-Bukhari

0
Shahih Bukhari
Shahih Bukhari

Hadispedia.id – Al-Imam Al-Bukhari berkata di dalam Shahih-nya pada Kitab Al-Ilmu bab orang yang ikut duduk ketika menghadiri sebuah majelis dan orang yang menjumpai tempat yang lowong dalam sebuah majelis lalu ia pun duduk menempatinya,

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، قَالَ: حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنْ إِسْحَاقَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ، أَنَّ أَبَا مُرَّةَ، مَوْلَى عَقِيلِ بْنِ أَبِي طَالِبٍ أَخْبَرَهُ عَنْ أَبِي وَاقِدٍ اللَّيْثِيِّ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَمَا هُوَ جَالِسٌ فِي المَسْجِدِ وَالنَّاسُ مَعَهُ إِذْ أَقْبَلَ ثَلاَثَةُ نَفَرٍ، فَأَقْبَلَ اثْنَانِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَذَهَبَ وَاحِدٌ، قَالَ: فَوَقَفَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَمَّا أَحَدُهُمَا: فَرَأَى فُرْجَةً فِي الحَلْقَةِ فَجَلَسَ فِيهَا، وَأَمَّا الآخَرُ: فَجَلَسَ خَلْفَهُمْ، وَأَمَّا الثَّالِثُ: فَأَدْبَرَ ذَاهِبًا، فَلَمَّا فَرَغَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أَلاَ أُخْبِرُكُمْ عَنِ النَّفَرِ الثَّلاَثَةِ؟ أَمَّا أَحَدُهُمْ فَأَوَى إِلَى اللَّهِ فَآوَاهُ اللَّهُ، وَأَمَّا الآخَرُ فَاسْتَحْيَا فَاسْتَحْيَا اللَّهُ مِنْهُ، وَأَمَّا الآخَرُ فَأَعْرَضَ فَأَعْرَضَ اللَّهُ عَنْهُ

Ismail telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Malik telah menceritakan kepadaku, dari Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah, bahwa Abu Murrah – mantan budak Aqil bin Abu Thalib – telah mengabarkan kepadanya dari Abu Waqid Al-Laitsi, bahwa Rasulullah saw. ketika sedang duduk bermajelis di masjid bersama para sahabat datanglah tiga orang. Yang dua orang menghadap Nabi saw. dan yang seorang lagi pergi. Yang dua orang berdiri sejenak di hadapan Nabi saw. Kemudian satu di antaranya melihat tempat kosong dalam majelis, maka ia duduk di tempat itu, sedang yang kedua duduk di belakang majelis, yang ketiga berbalik pergi. Setelah Rasulullah saw. selesai bermajelis, beliau bersabda, “Maukah aku beritahu tentang ketiga orang tadi? Adapun seorang di antara mereka, ia mendekatkan diri kepada Allah, maka Allah mendekatkan diri kepadanya. Orang yang kedua, ia malu (tidak mengisi tempat kosong), maka Allah pun malu kepadanya. Sedangkan yang ketiga berpaling dari Allah, maka Allah pun berpaling darinya.”

Rasulullah Mempersilakan Sahabat Melihat Tanda Kenabian Beliau, Kajian Kitab As-Syamail Al-Muhammadiyah Ke-22

0

Hadispedia.id- Rasulullah saw. mempersilakan sahabat melihat tanda kenabian beliau terjadi pada Abdullah bin Sirjis. Kejadian seperti ini tidak hanya terjadi sekali saja, kejadian serupa juga permah dialami Salman Al-Farisi sebagaimana kajian hadis sebelumnya. Namun ada yang berbeda pada kejadian yang dialami oleh Abdullah bin Sirjis, di mana Rasulullah dan Abdullah bin Sirjis saling mendoakan satu sama lain. Ini juga menyiratkan pesan kebajikan kepada kita bahwa kebaikan harus dibalas dengan kebaikan yang lebih baik atau dengan kebaikan yang serupa.

Berikut peristiwa Abdullah bin Sirjis bersama Rasulullah saw. tertuang dalam sebuah hadis yang disampaikan oleh Abdullah bin Sirjis sendiri:

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ الْمِقْدَامِ أَبُو الْأَشْعَثِ الْعِجْلِيُّ الْبَصْرِيُّ قَالَ: أَخْبَرَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ عَاصِمٍ الْأَحْوَلِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَرْجِسَ قَالَ: أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِي نَاسٍ مِنْ أَصْحَابِهِ، فَدُرْتُ هَكَذَا مِنْ خَلْفِهِ، فَعَرَفَ الَّذِي أُرِيدُ، فَأَلْقَى الرِّدَاءَ عَنْ ظَهْرِهِ، فَرَأَيْتُ مَوْضِعَ الْخَاتَمِ عَلَى كَتِفَيْهِ مِثْلَ الْجُمْعِ حَوْلَهَا خِيلَانٌ كَأَنَّهَا ثَآلِيلُ، فَرَجَعْتُ حَتَّى اسْتَقْبَلْتُهُ، فَقُلْتُ: غَفَرَ اللَّهُ لَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَقَالَ: «وَلَكَ» فَقَالَ الْقَوْمُ: أَسْتَغْفَرَ لَكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ فَقَالَ: نَعَمْ، وَلَكُمْ، ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ {وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ}

Abdullah bin Sirjis bercerita: Aku datang menghadap Rasulullah saw. sewaktu beliau berada di antara sahabat-sahabatnya. Aku berkeliling sedemikian rupa di belakangnya. Rupanya beliau pun mengerti apa yang aku inginkan, maka beliau melepas selendang dari punggungnya, maka terlihat olehku tempat khatam kenabian yang berada di antara kedua bahunya sebesar genggaman tangan, di sekitarnya terdapat tahi lalat, seakan-akan kumpulan jerawat. Sebelum aku kembali, aku menghadap dulu kepada Rasulullah saw, kemudian aku berkata “Semoga Allah melimpahkan maghfirah-Nya kepadamu wahai Rasulullah saw.” Beliau menjawab “Bagimu juga”. Orang-orang yang berada di sana bertanya, “Apakah Rasulullah memohonkan ampunan untukmu?”. Ia menjawab, “Iya dan juga untuk kalian!” kemudian ia membaca ayat:

وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ

“Dan mohonlah ampunan karena dosamu dan mohonkanlah ampunan untuk orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan.” (H.R. Al-Tirmidzi)

Hadis semakna bisa ditemukan dalam Shahih Muslim, Sunan An-Nasa’i, Musnad Ahmad, dan masih banyak lagi kitab yang menyebutkan hadis ini.

Rasulullah Mempersilakan Sahabat Melihat Tanda Kenabian Beliau

Kejadian ini berawal dari kunjungan sahabat Abdullah bin Sirjis kepada Rasulullah saw. Abdullah bin Sirjis sendiri yang mengalami dan yang meceritakan hadis ini. Pada saat itu Rasulullah saw. sedang berkumpul dengan para sahabat. Abdullah bin Sirjis datang, kemudian dia mengelilingi Rasulullah saw. hingga berada di belakang beliau. Ternyata Rasulullah saw. mengetahui keinginan Abdullah bin Sirjis dengan cara mengelilingi beliau, yaitu untuk melihat tanda kenabian beliau. Menurut Ibrahim bin Muhammad Al-Bajury dalam kitab Al-Mawaahib Al-Ladunniyah ‘ala As-Syamaail Al-Muhammadiyah. Rasulullah saw. mengetahui keinginan Abdullah bin Sirjis dengan cahaya kenabian beliau atau dengan tindakannya yang mengelilingi beliau.

Setelah Rasulullah saw mengetahui keinginan Abdullah bin Sirjis, maka beliau dengan sengaja menjatuhkan serbannya agar dia bisa melihat tanda kenabian beliau. Dengan itulah dia mengetahui tempat tanda kenabian Rasulullah saw. Tanda kenabian ini yang diberikan malaikat Jibril ketika membelah dada Rasulullah saw. Malaikat Jibril membawa tanda itu dari surga, kemudian diletakkan pada Rasulullah saw, tanda itu berupa sepotong daging, sebesar genggaman tangan dan sekelilingnya terdapat titik hitam. Sebagaimana penjelasan hadis-hadis sebelumnya, tanda kenabian beliau berupa daging yang menonjol dan melingkar.

Anjuran Meminta Ampunan Untuk Orang Beriman dan Balasan Bagi Orang Yang Berbuat Baik

Sehabis melihat tanda kenabian Rasulullah saw., Abdullah bin Sirjis kembali pada posisi semula sampai berada di hadapan beliau. Kemudian dia berkata kepada Rasulullah saw: Semoga Allah memberikan maghfirah-Nya kepada engkau Wahai Rasulullah.” Beliau menjawabnya, “Begitu juga denganmu.”

Tentu permohonan ampun yang diutarakan oleh Abdullah bin Sirjis tidak memberikan pemahaman bahwa Rasulullah saw. memiliki dosa. Namun ungkapan itu sebagai bentuk syukur dan optimisme Abdullah bin Sirjis atas nikmat melihat tanda kenabian Rasulullah saw., sebab beliau dengan sengaja atau mempersilakannya melihat tanda kenabian beliau yang berada di antara punggung beliau.

Dari jawaban Rasulullah saw mengandung pesan bahwa kebaikan seharusnya dibalas dengan kebaikan pula, sebagaimana firman Allah swt.,

وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا

Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan) dengannya. Sungguh Allah memperhitungkan segala sesuatu. (Q.S. Al-Baqarah [4]: 87)

Dilihat dari ayat ini, Rasulullah saw. secara dhahir membalas kebaikan Abdullah bin Sirjis dengan balasan yang setimpal. Namun pada hakikatnya beliau membalasnya dengan balasan yang lebih baik. Sebab sudah tidak diragukan lagi, doa beliau pasti lebih baik dari doa umatnya.

Kemudian para sahabat bertanya kepada Abdullah bin Sirjis: Apakah Rasulullah saw. memohonkan ampunan untukmu?”. Abdullah menjawab, “Iya dan kalian juga. Pada saat Rasulullah saw. berdoa memang tidak menyebutkan doa kepada para sahabat lainnya secara langsung. Namun susunan kalimatnya menunjukkan bahwa doa tersebut juga untuk para sahabat yang lain. Terkadang tujuan mutakallim (pembicara) tidak hanya pada mukhathab (yang diajak berbicara), melainkan juga tertuju pada ghaib (yang lainnya). Penjelasan Ibrahim bin Muhammad Al-Bajury tersebut terkonfirmasi dengan ayat yang dibacakan oleh Abdullah bin Sirjis. Ayat tersebut sebagai dalil bahwa istighfar Rasulullah saw. tidak hanya bagi dirinya. Tetapi sebagaimana perintah Allah dalam ayat tersebut, Rasulullah saw. meminta ampunan untuk semua umatnya. Sebab mustahil beliau mengingkari perintah Allah swt.

Kisah dalam hadis ini menunjukkan Rasulullah saw. begitu dekat dengan para sahabat, seperti duduk bersama dalam forum, mempersilakan sahabat melihat tanda kenabian beliau yang bisa saja dianggap sesuatu yang privasi. Hadis ini juga menyiratkan pelajaran bahwa Rasulullah saw. mampu memahami objek dahwah dan beliau sebagai uswatun hasanah (contoh yang baik), beliau membalas kebaikan Abdulullah bn Sirjis dengan kebaikan yang lebih baik sebagaimana anjuran dalam Al-Qur’an. Wallahu a’lam bis shawab.

Hadis No. 96 Sunan An-Nasa’i

0
Sunan An-Nasa'i
Sunan An-Nasa'i

Hadispedia.id – Al-Imam An-Nasa’i berkata dalam Sunan-nya pada kitab bersuci bab jumlah membasuh kedua tangan,

أَخْبَرَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ عَنْ أَبِي حَيَّةَ وَهُوَ ابْنُ قَيْسٍ قَالَ رَأَيْتُ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ تَوَضَّأَ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ حَتَّى أَنْقَاهُمَا ثُمَّ تَمَضْمَضَ ثَلَاثًا وَاسْتَنْشَقَ ثَلَاثًا وَغَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثًا وَغَسَلَ ذِرَاعَيْهِ ثَلَاثًا ثَلَاثًا ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ ثُمَّ غَسَلَ قَدَمَيْهِ إِلَى الْكَعْبَيْنِ ثُمَّ قَامَ فَأَخَذَ فَضْلَ طَهُورِهِ فَشَرِبَ وَهُوَ قَائِمٌ ثُمَّ قَالَ أَحْبَبْتُ أَنْ أُرِيَكُمْ كَيْفَ طُهُورُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Qutaibah bin Sa’id telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Abu Al-Ahwash telah menceritakan kepada kami, dari Abu Ishaq, dari Abu Hayyah bin Qais, ia berkata, “Aku pernah melihat Ali r.a. berwudhu lalu ia membasuh kedua telapak tangannya hingga bersih. Kemudian ia berkumur tiga kali, istinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung) tiga kali, membasuh wajahnya tiga kali, membasuh kedua lengannya tiga kali tiga kali, kemudian ia mengusap kepalanya, lalu membasuh kedua kakinya sampai mata kaki. Setelah itu ia berdiri dengan mengambil air sisa wudhunya dan meminumnya sambil berdiri. Ia berkata, “Aku senang memperlihatkan kepada kalian cara bersuci Rasulullah saw.”

Hadis No. 95 Sunan An-Nasa’i

0
Sunan An-Nasa'i
Sunan An-Nasa'i

Hadispedia.id – Al-Imam An-Nasa’i berkata dalam Sunan-nya pada kitab bersuci bab sifat wudhu,

أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْحَسَنِ الْمِقْسَمِيُّ قَالَ أَنْبَأَنَا حَجَّاجٌ قَالَ قَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ حَدَّثَنِي شَيْبَةُ أَنَّ مُحَمَّدَ بْنَ عَلِيٍّ أَخْبَرَهُ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبِي عَلِيٌّ أَنَّ الْحُسَيْنَ بْنَ عَلِيٍّ قَالَ دَعَانِي أَبِي عَلِيٌّ بِوَضُوءٍ فَقَرَّبْتُهُ لَهُ فَبَدَأَ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ قَبْلَ أَنْ يُدْخِلَهُمَا فِي وَضُوئِهِ ثُمَّ مَضْمَضَ ثَلَاثًا وَاسْتَنْثَرَ ثَلَاثًا ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْمِرْفَقِ ثَلَاثًا ثُمَّ الْيُسْرَى كَذَلِكَ ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ مَسْحَةً وَاحِدَةً ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْكَعْبَيْنِ ثَلَاثًا ثُمَّ الْيُسْرَى كَذَلِكَ ثُمَّ قَامَ قَائِمًا فَقَالَ نَاوِلْنِي. فَنَاوَلْتُهُ الْإِنَاءَ الَّذِي فِيهِ فَضْلُ وَضُوئِهِ فَشَرِبَ مِنْ فَضْلِ وَضُوئِهِ قَائِمًا. فَعَجِبْتُ فَلَمَّا رَآنِي قَالَ لَا تَعْجَبْ؛ فَإِنِّي رَأَيْتُ أَبَاكَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُ مِثْلَ مَا رَأَيْتَنِي صَنَعْتُ يَقُولُ لِوُضُوئِهِ هَذَا وَشَرِبِ فَضْلِ وَضُوئِهِ قَائِمًا

Ibrahim bin Al-Hasan Al-Miqsami telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Hajjaj telah memberitakan kepada kami, ia berkata, Ibnu Juraij berkata, Syaibah telah menceritakan kepada kami, bahwa Muhammad bin Ali telah mengabarkan kepadanya, ia berkata, Ayahku; Ali telah mengabarkan kepadaku bahwa Al-Husain bin Ali berkata, “Ayahku; Ali pernah memintaku air wudhu, lalu aku mendekatkan air itu kepadanya. Lalu ia memulai (wudhunya). Ia membasuh kedua telapak tangannya tiga kali sebelum memasukkan keduanya ke dalam air wudhunya. Kemudian ia berkumur tiga kali, istintsar tiga kali, membasuh wajahnya tiga kali, kemudian membasuh tangannya yang kanan sampai siku-siku tiga kali, kemudian membasuh tangan kirinya seperti itu juga. Kemudian ia mengusap kepalanya dengan satu usapan. Lalu ia membasuh kaki kanannya sampai mata kaki tiga kali, kemudian kaki kirinya seperti itu juga. Lalu ia berdiri seraya berkata, ‘Terima ini’. Akupun menerima bejana yang masih ada sisa air wudhunya, dan ia meminum air dari sisa wudhunya sambil berdiri. Aku pun heran. Setelah melihatku terheran-heran, ia berkata, ‘Jangan heran! aku pernah melihat kakekmu (Nabi saw.) melakukan apa yang kamu lihat dari perbuatanku ini.’ Ali bin Abi Thalib mengatakan tentang wudhunya ini dan minum air sisa wudhunya sambil berdiri.”

Hadis No. 94 Sunan An-Nasa’i

0
Sunan An-Nasa'i
Sunan An-Nasa'i

Hadispedia.id – Al-Imam An-Nasa’i berkata dalam Sunan-nya pada kitab bersuci bab membasuh kedua tangan,

أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ وَحُمَيْدُ بْنُ مَسْعَدَةَ عَنْ يَزِيدَ وَهُوَ ابْنُ زُرَيْعٍ قَالَ حَدَّثَنِي شُعْبَةُ عَنْ مَالِكِ بْنِ عُرْفُطَةَ عَنْ عَبْدِ خَيْرٍ قَالَ شَهِدْتُ عَلِيًّا دَعَا بِكُرْسِيٍّ فَقَعَدَ عَلَيْهِ ثُمَّ دَعَا بِمَاءٍ فِي تَوْرٍ فَغَسَلَ يَدَيْهِ ثَلَاثًا ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ بِكَفٍّ وَاحِدٍ ثَلَاثًا ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثًا وَيَدَيْهِ ثَلَاثًا ثَلَاثًا ثُمَّ غَمَسَ يَدَهُ فِي الْإِنَاءِ فَمَسَحَ بِرَأْسِهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ ثَلَاثًا ثَلَاثًا. ثُمَّ قَالَ مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى وُضُوءِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَهَذَا وُضُوءُهُ

Amr bin Ali dan Humaid bin Mas’adah telah mengabarkan kepada kami, dari Yazid bin Zurai’, ia berkata, Syu’bah telah menceritakan kepadaku, dari Malik bin Urthufah, dari Abdu Khair, ia berkata, “Aku pernah melihat Ali meminta kursi, lalu ia duduk di atasnya. Kemudian, ia meminta air dalam bejana kecil, lalu ia membasuh kedua tangannyya tiga kali, berkumur dan istinsyaq dengan satu telapak tangan tiga kali, membasuh wajahnya tiga kali, dan membasuh kedua tangannya tiga kali-tiga kali. Kemudian, ia mencelupkan tangannya ke dalam bejana lalu mengusap kepalanya. Beliau juga mengusap kedua kakinya tiga kali-tiga kali. Setelah itu, ia berkata, ‘Siapa yang senang melihat cara wudhu Rasulullah saw., inilah cara wudhu beliau.'”