Beranda blog Halaman 3

Hadis No. 4 Sunan al-Darimi

0
Hadis-hadis sunan al-darimi
Hadis bab penjelasan manusia sebelum Nabi Muhammad menjadi Rasulullah

Hadispedia.id – Imam al-Darimi menjelaskan hadis tentang Potret kehidupan manusia sebelum Nabi Muhammad Saw diutus, sebagai berikut:

حَدَّثَنَا مُجَاهِدُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا رَيْحَانُ هُوَ ابْنُ سَعِيدٍ السَّامِيُّ حَدَّثَنَا عَبَّادٌ هُوَ ابْنُ مَنْصُورٍ عَنْ أَبِي رَجَاءٍ قَالَ
كُنَّا فِي الْجَاهِلِيَّةِ إِذَا أَصَبْنَا حَجَرًا حَسَنًا عَبَدْنَاهُ وَإِنْ لَمْ نُصِبْ حَجَرًا جَمَعْنَا كُثْبَةً مِنْ رَمْلٍ ثُمَّ جِئْنَا بِالنَّاقَةِ الصَّفِيِّ فَتَفَاجُّ عَلَيْهَا فَنَحْلُبُهَا عَلَى الْكُثْبَةِ حَتَّى نَرْوِيَهَا ثُمَّ نَعْبُدُ تِلْكَ الْكُثْبَةَ مَا أَقَمْنَا بِذَلِكَ الْمَكَانِ قَالَ أَبُو مُحَمَّد الصَّفِيُّ الْكَثِيرَةُ الْأَلْبَانِ

Telah menceritakan kepada kami Mujahid bin Musa, telah menceritakan kepada kami Raihan Ibnu Sa’id As Sami, telah menceritakan kepada kami ‘Abbad bin Manshur dari Abu Raja`, ia berkata:
Dahulu kami pada masa jahiliah apabila menemukan batu yang bagus, kami menyembahnya dan apabila tidak mendapatkan yang bagus, kami hanya mengumpulkan pasir. Kemudian kami mendatangkan unta shafiy, ketika unta tersebut sudah mengangkanginya kamipun memeras susunya untuk menyirami tumpukan pasir yang kami kumpulkan, kemudian kami menyembah tumpukan pasir tersebut selama kami tinggal di tempat itu. Abu Muhammad berkata, Unta Shafiy adalah unta yang banyak susunya.

Hadis No. 81 Sahih Muslim

0
Shahih Muslim
Shahih Muslim

Hadispedia.id – Al-Imam ِAbu Al-Husain Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi berkata dalam Shahih-nya kitab Al-Iman bab keutamaan orang-orang beriman dan orang-orang Yaman.

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ ، حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ ، (ح) وَحَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ ، حَدَّثَنَا أَبِي ، (ح) وَحَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ ، حَدَّثَنَا ابْنُ إِدْرِيسَ كُلُّهُمْ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ أَبِي خَالِدٍ ، (ح) وَحَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَبِيبٍ الْحَارِثِيُّ ، وَاللَّفْظُ لَهُ، حَدَّثَنَا مُعْتَمِرٌ ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ قَالَ: سَمِعْتُ قَيْسًا يَرْوِي عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ قَالَ: « أَشَارَ النَّبِيُّ بِيَدِهِ نَحْوَ الْيَمَنِ، فَقَالَ: أَلَا إِنَّ الْإِيمَانَ هَا هُنَا، وَإِنَّ الْقَسْوَةَ وَغِلَظَ الْقُلُوبِ فِي الْفَدَّادِينَ عِنْدَ أُصُولِ أَذْنَابِ الْإِبِلِ، حَيْثُ يَطْلُعُ قَرْنَا الشَّيْطَانِ، فِي رَبِيعَةَ وَمُضَرَ .»

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah. (al-tahwil/dalam riwayat lain disebutkan) Dan telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair, telah menceritakan kepada kami bapakku. (al-tahwil/dalam riwayat lain disebutkan) Dan telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Ibnu Idris semuanya dari Ismail bin Abu Khalid. (al-tahwil/dalam riwayat lain disebutkan) Dan telah menceritakan kepada kami Yahya bin Habib al-Haritsi dan lafazh tersebut miliknya, telah menceritakan kepada kami Mu’tamir dari Ismail dia berkata, saya mendengar Qais meriwayatkan dari Abu Mas’ud dia berkata,
“Nabi Saw memberi isyarat dengan tangan ke arah Yaman, seraya bersabda, “Ingatlah, sesungguhnya iman ada di sini (Yaman), sedangkan kekerasan dan kekakuan hati ada pada penggembala yang bersuara keras di dekat pangkal ekor unta ketika muncul sepasang tanduk setan pada Bani Rabi’ah dan Bani Mudhar.”

Hadis No. 80 Sahih Muslim

0
Shahih Muslim
Shahih Muslim

Hadispedia.id – Al-Imam ِAbu Al-Husain Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi berkata dalam Shahih-nya kitab Al-Iman bab penjelasan bahwa mencegah kemungkaran adalah bagian dari iman dan iman itu bertambah dan berkurang serta amar makruf nahi mungkar adalah dua kewajiban,

حَدَّثَنِي عَمْرٌو النَّاقِدُ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ النَّضْرِ وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ وَاللَّفْظُ لِعَبْدٍ قَالُوا حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ سَعْدٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ صَالِحِ بْنِ كَيْسَانَ عَنْ الْحَارِثِ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَكَمِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْمِسْوَرِ عَنْ أَبِي افِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ

مَا مِنْ نَبِيٍّ بَعَثَهُ اللَّهُ فِي أُمَّةٍ قَبْلِي إِلَّا كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّونَ وَأَصْحَابٌ يَأْخُذُونَ بِسُنَّتِهِ وَيَقْتَدُونَ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعْدِهِمْ خُلُوفٌ يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ وَيَفْعَلُونَ مَا لَا يُؤْمَرُونَ فَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِيَدِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِلِسَانِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِقَلْبِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَيْسَ وَرَاءَ ذَلِكَ مِنْ الْإِيمَانِ حَبَّةُ خَرْدَلٍ

قَالَ أَبُو رَافِعٍ فَحَدَّثْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ فَأَنْكَرَهُ عَلَيَّ فَقَدِمَ ابْنُ مَسْعُودٍ فَنَزَلَ بِقَنَاةَ فَاسْتَتْبَعَنِي إِلَيْهِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ يَعُودُهُ فَانْطَلَقْتُ مَعَهُ فَلَمَّا جَلَسْنَا سَأَلْتُ ابْنَ مَسْعُودٍ عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ فَحَدَّثَنِيهِ كَمَا حَدَّثْتُهُ ابْنَ عُمَرَ قَالَ صَالِحٌ وَقَدْ تُحُدِّثَ بِنَحْوِ ذَلِكَ عَنْ أَبِي رَافِعٍ و حَدَّثَنِيهِ أَبُو بَكْرِ بْنُ إِسْحَقَ بْنِ مُحَمَّدٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ أَخْبَرَنِي الْحَارِثُ بْنُ الْفُضَيْلِ الْخَطْمِيُّ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَكَمِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْمِسْوَرِ بْنِ مَخْرَمَةَ عَنْ أَبِي رَافِعٍ مَوْلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا كَانَ مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا وَقَدْ كَانَ لَهُ حَوَارِيُّونَ يَهْتَدُونَ بِهَدْيِهِ وَيَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِهِ مِثْلَ حَدِيثِ صَالِحٍ وَلَمْ يَذْكُرْ قُدُومَ ابْنِ مَسْعُودٍ وَاجْتِمَاعِ ابْنِ عُمَرَ مَعَهُ

Telah menceritakan kepada kami Amru al-Naqid dan Abu Bakar bin an-Nadr serta Abd bin Humaid dan lafazh tersebut milik Abd. Mereka berkata, telah menceritakan kepada kami Ya’qub bin Ibrahim bin Sa’d dia berkata, telah menceritakan kepada kami bapakku dari Shalih bin Kaisan dari al-Harits dari Ja’far bin Abdullah bin al-Hakam dari Abdurrahman bin al-Miswar dari Abu Rafi’ dari Abdullah bin Mas’ud bahwa Rasulullah Saw bersabda,

“Tidaklah seorang nabi yang diutus oleh Allah pada suatu umat sebelumnya melainkan dia memiliki pembela dan sahabat yang memegang teguh sunah-sunnah dan mengikuti perintah-perintahnya, kemudian datanglah setelah mereka suatu kaum yang mengatakan sesuatu yang tidak mereka lakukan, dan melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan. Siapa saja yang berjihad dengan tangan melawan mereka maka dia seorang mukmin, Siapa saja yang berjihad dengan lisan melawan mereka maka dia seorang mukmin, siapa saja yang berjihad dengan hati melawan mereka maka dia seorang mukmin, dan setelah itu tidak ada keimanan sebiji sawi.”

Abu Rafi’ berkata, “Lalu aku menceritakan kepada Abdullah bin Umar, namun ia mengingkariku. Ketika Ibnu Mas’ud datang dan singgah pada Qanah, Abdullah bin Umar mengikutiku mengajakku untuk mengikuti Ibnu Mas’ud, maka ketika kami duduk, aku bertanya kepada Ibnu Mas’ud tentang hadits ini, maka dia menceritakannya hadits tersebut kepadaku sebagaimana aku menceritakannya kepada Ibnu Umar.” Shalih berkata, “Sungguh telah diceritakan seperti itu dari Abu Rafi.'” Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Ishaq bin Muhammad, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Muhammad dia berkata, telah mengabarkan kepadaku al-Harits bin al-Fudlail al-Hathmi dari Ja’far bin Abdullah bin al-Hakam dari Abdurrahman bin Miswar bin Makhramah dari Abu Rafi’ mantan budak Nabi Saw, dari Abdullah bin Mas’ud bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Tidaklah ada Nabi melainkan dia memiliki pembela yang meminta petunjuk dengan petunjuknya, dan mengambil sunnah dengan sunnahnya, ” seperti hadis Shalih, namun ia tidak menyebutkan kedatangan Ibnu Mas’ud dan berkumpulnya Ibnu Umar bersamanya.”

Hadis No. 3 Sunan al-Darimi

0
Hadis-hadis sunan al-darimi
Hadis bab penjelasan manusia sebelum Nabi Muhammad menjadi Rasulullah

Hadispedia.id – Imam al-Darimi menjelaskan hadis pertama tentang Potret kehidupan manusia sebelum Nabi Muhammad Saw diutus, sebagai berikut:

أَخْبَرَنَا هَارُونُ بْنُ مُعَاوِيَةَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ سُلَيْمَانَ الْمُؤَدِّبِ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ مُجَاهِدٍ قَالَ حَدَّثَنِي مَوْلَايَ أَنَّ أَهْلَهُ بَعَثُوا مَعَهُ بِقَدَحٍ فِيهِ زُبْدٌ وَلَبَنٌ إِلَى آلِهَتِهِمْ قَالَ فَمَنَعَنِي أَنْ آكُلَ الزُّبْدَ لِمَخَافَتِهَا قَالَ
فَجَاءَ كَلْبٌ فَأَكَلَ الزُّبْدَ وَشَرِبَ اللَّبَنَ ثُمَّ بَالَ عَلَى الصَّنَمِ وَهُوَ إِسَافٌ وَنَائِلَةُ
قَالَ هَارُونُ كَانَ الرَّجُلُ فِي الْجَاهِلِيَّةِ إِذَا سَافَرَ حَمَلَ مَعَهُ أَرْبَعَةَ أَحْجَارٍ ثَلَاثَةً لِقِدْرِهِ وَالرَّابِعَ يَعْبُدُهُ وَيُرَبِّي كَلْبَهُ وَيَقْتُلُ وَلَدَهُ

Telah mengabarkan kepada kami Harun bin Mu`awiyah dari Ibrahim bin Sulaiman Al-Muaddib dari Al-A’masy dari Mujahid, bekas majikanku menceritakan kepadaku; Bahwa keluarganya dahulu pernah memintanya untuk membawakan sebuah wadah yang berisi keju dan susu untuk dipersembahkan kepada Tuhan-Tuhan mereka, ia melanjutkan; Keluargaku melarangku untuk memakan keju karena takut kepada Tuhan-Tuhan tersebut.
Lalu datanglah seekor anjing yang memakan keju dan meminum susu itu serta kencing di atas patung-patung tersebut, yaitu patung Isaf dan Nailah.

Harun berkata, Pada masa Jahiliah dahulu apabila ada seseorang yang hendak bepergian, ia akan membawa empat buah batu, tiga diantaranya untuk menopang/menegakkan priuk (kuali/bejana) dan yang keempatnya untuk ia sembah, untuk melatih anjingnya, serta untuk membunuh anaknya.

Hadis No. 2 Sunan al-Darimi

0
Hadis-hadis sunan al-darimi
Hadis bab penjelasan manusia sebelum Nabi Muhammad menjadi Rasulullah

Hadispedia.id – Imam al-Darimi menjelaskan hadis pertama tentang Potret kehidupan manusia sebelum Nabi Muhammad Saw diutus, sebagai berikut:

أَخْبَرَنَا الْوَلِيدُ بْنُ النَّضْرِ الرَّمْلِيُّ عَنْ مَسَرَّةَ بْنِ مَعْبَدٍ مِنْ بَنِي الْحَارِثِ بْنِ أَبِي الْحَرَامِ مِنْ لَخْمٍ عَنْ الْوَضِينِ أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا أَهْلَ جَاهِلِيَّةٍ وَعِبَادَةِ أَوْثَانٍ فَكُنَّا نَقْتُلُ الْأَوْلَادَ وَكَانَتْ عِنْدِي ابْنَةٌ لِي فَلَمَّا أَجَابَتْ وَكَانَتْ مَسْرُورَةً بِدُعَائِي إِذَا دَعَوْتُهَا فَدَعَوْتُهَا يَوْمًا فَاتَّبَعَتْنِي فَمَرَرْتُ حَتَّى أَتَيْتُ بِئْرًا مِنْ أَهْلِي غَيْرَ بَعِيدٍ فَأَخَذْتُ بِيَدِهَا فَرَدَّيْتُ بِهَا فِي الْبِئْرِ وَكَانَ آخِرَ عَهْدِي بِهَا أَنْ تَقُولَ يَا أَبَتَاهُ يَا أَبَتَاهُ
فَبَكَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى وَكَفَ دَمْعُ عَيْنَيْهِ فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ مِنْ جُلَسَاءِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْزَنْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَهُ كُفَّ فَإِنَّهُ يَسْأَلُ عَمَّا أَهَمَّهُ ثُمَّ قَالَ لَهُ أَعِدْ عَلَيَّ حَدِيثَكَ
فَأَعَادَهُ فَبَكَى حَتَّى وَكَفَ الدَّمْعُ مِنْ عَيْنَيْهِ عَلَى لِحْيَتِهِ ثُمَّ قَالَ لَهُ إِنَّ اللَّهَ قَدْ وَضَعَ عَنْ الْجَاهِلِيَّةِ مَا عَمِلُوا فَاسْتَأْنِفْ عَمَلَكَ

Telah mengabarkan kepada kami Al-Walid bin Al-Nadlr Al-Ramli dari Masarrah bin Ma’bad -dari Bani Al Harits bin Abu Al Haram dari Lakhm- dari Al Wadliin Bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi Saw lalu berkata:

“Wahai Rasulullah, kami dahulu adalah orang-orang jahiliah penyembah berhala dan kami membunuh anak-anak kami, ketika itu kami mempunyai anak perempuan. Setelah besar, ia sangat senang apabila saya memanggilnya. Suatu hari saya pun memanggilnya dan dia langsung menyahut dan mengikuti saya. Ketika saya sampai di sebuah sumur milik keluarga, saya langsung memegang tangannya dan saya ceburkan dia ke sumur, itulah akhir kebersamaan saya dengannya. Dia memanggil ‘wahai ayahku, wahai ayahku.”

Rasulullah pun menangis sampai air matanya bercucuran. Lalu ada salah seorang dari para shahabat yang sedang duduk-duduk bersama Rasulullah Saw berkata kepada laki-laki tersebut: “kamu telah membuat Rasulullah Saw sedih.” Rasulullah Saw berkata kepada orang tersebut: “biarkan dia karena dia bertanya tentang sesuatu yang penting yang dihadapinya, kemudian Rasul berkata kepada laki-laki tersebut: “Ulangi lagi cerita kamu tadi”.

lalu dia pun mengulangi ceritanya dan Rasul menangis lagi sampai bercucuran air matanya yang membasahi janggutnya, lalu beliau bersabda : “Allah Swt telah menghapus dosa-dosa yang dilakukan pada masa jahiliah, oleh karena itu, mulaikanlah perbuatanmu dengan lembaran baru yang bersih.”

Hadis No 1 – Sunan al-Darimi

0
Hadis-hadis sunan al-darimi
Hadis bab penjelasan manusia sebelum Nabi Muhammad menjadi Rasulullah

Hadispedia.id – Imam al-Darimi menjelaskan hadis pertama tentang Potret kehidupan manusia sebelum Nabi Muhammad Saw diutus, sebagai berikut:

عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُؤَاخَذُ الرَّجُلُ بِمَا عَمِلَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ
قَالَ مَنْ أَحْسَنَ فِي الْإِسْلَامِ لَمْ يُؤَاخَذْ بِمَا كَانَ عَمِلَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَمَنْ أَسَاءَ فِي الْإِسْلَامِ أُخِذَ بِالْأَوَّلِ وَالْآخِرِ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yusuf dari Sufyan dari Al A’masy dari Abu Wa`il dari Abdullah, ia berkata, Datang kepada Rasulullah Saw seorang laki-laki lalu berkata, Wahai Rasulullah apakah seseorang akan dihukum atas perbuatan jelek yang dilakukannya pada masa jahiliah?


Rasul pun menjawab: Siapa saja yang Islamnya benar sampai ia meninggal dunia, ia tidak akan dihukum atas perbuatan jeleknya dimasa jahiliah, tetapi barang siapa yang Islamnya jelek (munafik), ia dihukum (atas dosanya) baik yang sebelumnya maupun yang terakhir.”

Pengertian Hadis Dhaif dan Macam-macamnya

0
macam hadis dhaif
Gambar oleh Alexandra_Koch dari Pixabay

Hadispedia.id –  Salah satu bentuk hadis dari sisi kaulitas sanadnya adalah hadis dhaif. Tulisan ini akan menjelaskan secara rinci pengertian dan jenis-jenis hadis dhaif. Begitu pula di sini akan dijelaskan puluh ciri-ciri hadis dhaif. Tulisan ini akan menjelaskan pengertian hadis dhaif dan macam-macamnya.

Hadis dhaif itu bisa jadi tidak bersambung sanadnya atau tidak diriwayatkan oleh perawi yang adil maupun dhobit atau terdapat syadz dan ‘illat dalam sanad maupun matannya.

Mengenal Hadis Dhaif

Dari sisi pengamalan, hadis dhaif menurut Ulama hadis tidak bisa dijadikan pegangan ketika berurusan dengan akidah dan menentukan status halal-haram suatu perkara. Akan tetapi hadis dhaif bisa diamalkan ketika berhubungan dengan fadhailul a’mal, targhib dan tarhib, dan kisah-kisah atau sejarah. 

Sementara itu Hadis dhoif mempunyai dua klasifikasi, yaitu berdasarkan gugurnya perawi dalam sanad dan kecacatan perawi hadis.

Klasifikasi Hadis Dhaif Sebab Gugur Perawi

Sanad hadis adalah rantai perawi yang memuat nama-nama perawi hadis dari generasi ke generasi hingga mencapai Nabi Muhammad saw. Jika dalam sanad hadis terdapat perawi yang gugur maka hadis tersebut dianggap dhaif berdasarkan gugurnya perawi.

Hadis dhaif berdasarkan gugurnya perawi terbagi menjadi menjadi lima, yaitu;

Pertama; Hadis Mu’allaq, yaitu hadis yang dari permulaan sanad sang perawi sudah gugur, baik seorang atau lebih. Seperti hadis riwayat imam Bukhari:

قَالَ بَهْزٌ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم –  اللَّهُ أَحَقُّ أَنْ يُسْتَحْيَا مِنْهُ مِنَ النَّاسِ

Bahz dari hakim dari mu’awiyah dari nabi SAW bersabda, Allah lebih berhak dijadikan tempat mengadu malu dari pada manusia.

Kedua; Hadis Mursal, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh seorang tabi’in langsung dari nabi, tanpa menyebutkan nama sahabat. Hadis mursal dibagi menjadi tiga: 

pertama: Mursal Jali, Yaitu jika pengguguran yang telah dilakukan oleh perawi adalah jelas sekali dan dapat diketahui oleh umum bahwa orang yang menggugurkan tidak hidup semasa dengan orang yang digugurkan. 

Kedua: Mursal Khafi, Yaitu hadis yang diriwayatkan oleh tabi’in, di mana dia semasa dengan sahabat namun tidak pernah mendengar hadis darinya.

Dan ketiga:Mursal Shahabi, Yaitu pemberitaan sahabat yang disandarkan kepada nabi tetapi ia tidak mendengar atau menyaksikan sendiri apa yang ia beritakan, dikarenakan saat nabi masih hidup dia masih kecil atau bisa jadi karena masuk islam belakangan. 

Ketiga: Hadis Mudhal, yaitu hadis yang gugur perawinya, dua orang atau lebih secara berurutan, baik sahabat bersama tabi’in, tabi’in bersama tabi’ al-tabi’in maupun dua orang sebelum sahabat dan tabi’in. seperti hadis yang gugur dua orang perawi sebelum sahabat, yaitu hadis imam Malik.

للمملوك طعامه وكسوته 

 “Si budak mempunyai hak makanan dan pakaian.

Imam Malik dalam kitabnya meriwayatkan hadis tersebut langsung dari abu Hurairah, padahal imam Malik seorang tabi’ al-tabi’in yang sudah barang tentu tidak mungkin bertemu dengan abu Hurairah. 

Keempat: Hadis Munqathi’, yaitu hadis yang gugur seorang perawi sebelum sahabat di satu tempat atau gugur dua orang pada dua tempat dalam keadaan tidak berturut-turut. Seperti hadis riwayat al-Tirmidzi:

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ ، قَالَ : أَخْبَرَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ ، عَنْ لَيْثٍ ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ الحَسَنِ ، عَنْ أُمِّهِ فَاطِمَةَ بِنْتِ الحُسَيْنِ ، عَنْ جَدَّتِهَا فَاطِمَةَ الكُبْرَى قَالَتْ : كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ صَلَّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَسَلَّمَ ، وَقَالَ : رَبِّ اغْفِرْ لِي ذُنُوبِي ، وَافْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ  

“Rasulullah ketika masuk masjid beliau berdoa, ‘Ya Tuhanku, ampunilah dosa-dosaku dan bukalah untukku pintu rahmatmu’

Hadis di atas munqathi’ karena seorang perawi yang bernama Fatimah binti Husain tidak pernah bertemu dengan Fatimah al-Zahra yang wafat beberapa bulan setelah Rasulullah wafat.

Kelima: Hadis Mudallas, yaitu periwayatan hadis yang menyembunyikan aib dalam suatu sanad dan menampakkan kebaikan dalam dhohirnya. Dalam hal ini Perawi yang berbuat demikian disebut mudallis, hadis yang diriwayatkan olehnya disebut mudallas dan perbuatannya disebut tadlis

Hadis mudallas terbagi menjadi dua, tadlis isnad, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi dari seseorang yang ia bertemu atau semasa dengannya, namun perawi itu tidak mendengar hadis darinya atau hidup semasa namun tidak pernah bertemu sedangkan dia menampakkan seakan-akan mendengar hadis. Seperti 

عن عائشة ان رسول الله لم يضرب امرأة قط ولا خادما إلا ان يجاهد فى سبيل الله 

Diriwayatkan dari al-Nu’man, dari al-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah, ‘Sesungguhnya Rasulullah tidak pernah memukul seorang perempuan dan pelayan, melainkan jika ia berjihad di jalan Allah

Jika dilihat al-Zuhri mendengar riwayat tersebut dari Urwah, karena memang al-Zuhri biasa meriwayatkan hadis dari Urwah (keduanya hidup semasa). 

Dan kedua dari hadis mudallas adalah tadlis syuyukh, Yaitu bila seorang perawi meriwayatkan sebuah hadis dari gurunya dengan menyebut nama kunyahnya, nama keturunan, atau mensifati gurunya dengan sifat-sifat yang belum pernah dikenal atau diketahui orang sebelumnya. Seperti dalam hadis:

عن الزهري عن السائب بن يزيد مرفوعا: لا يحل لمسلم ان يرى تجردي او عورتي إلا علي

Nabi bersabda, ‘Tidak halal bagi seorang muslim melihat telanjangku atau auratku, melainkan Ali”  

Dalam sanad di atas (sebelum al-Zuhri) ada perawi yang bernama Abdullah bin Musa. Nama yang sebenarnya dan masyhur adalah Umar bin Musa al-Rahibi. Perawi yang mengganti Umar bin Musa dengan Abdullah bin Musa mempunyai tujuan supaya riwayatnya dapat diterima.

Penulis : Fahmil Ulum

Sumber klik

Hadis No 47 Sunan Ibnu Majah

0
Sunan Ibnu Majah
hadis larangan berbuat bid'ah

Hadispedia.id – Al-Imam Ibnu Majah dalam Sunan-nya pada kitab muqaddimah bab menjauhi bid’ah dan perdebatan,

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ خَالِدِ بْنِ خِدَاشٍ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ ابْنُ عُلَيَّةَ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ ح و حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ ثَابِتٍ الْجَحْدَرِيُّ وَيَحْيَى بْنُ حَكِيمٍ قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ تَلَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذِهِ الْآيَةَ

 هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ إِلَى قَوْلِهِ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُوا الْأَلْبَابِ}

فَقَالَ يَا عَائِشَةُ إِذَا رَأَيْتُمْ الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِيهِ فَهُمْ الَّذِينَ عَنَاهُمْ اللَّهُ فَاحْذَرُوهُمْ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Khalid bin Khidas berkata, telah menceritakan kepada kami Isma’il bin ‘Ulaiyah berkata, telah menceritakan kepada kami Ayyub. Dan menurut jalur lain; telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Tsabit al-Jahdari dan Yahya bin Hakim, keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab berkata, telah menceritakan kepada Ayyub dari Abdullah bin Abu Mulaikah dari Aisyah ia berkata, Rasulullah Saw membaca ayat ini,

“Dia-lah yang menurunkan Al-Kitab (Al-Qur’an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamat itulah pokok-pokok isi Al qu`ran dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat” sampai pada firman-Nya, “Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” (Red. Ali Imran ayat 7)

Lalu beliau bersabda, “Wahai Aisyah, apabila kalian melihat orang-orang yang memperdebatkannya, maka mereka itulah yang dimaksudkan Allah, maka berhati-hatilah terhadap mereka.”

Hadis No 46 Sunan Ibnu Majah

0
Sunan Ibnu Majah
hadis larangan berbuat bid'ah

Hadispedia.id – Al-Imam Ibnu Majah dalam Sunan-nya pada kitab muqaddimah bab menjauhi bid’ah dan perdebatan,

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدِ بْنِ مَيْمُونٍ الْمَدَنِيُّ أَبُو عُبَيْدٍ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جَعْفَرِ بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ أَبِي الْأَحْوَصِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا هُمَا اثْنَتَانِ الْكَلَامُ وَالْهَدْيُ فَأَحْسَنُ الْكَلَامِ كَلَامُ اللَّهِ وَأَحْسَنُ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ أَلَا وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدِثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ شَرَّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

أَلَا لَا يَطُولَنَّ عَلَيْكُمْ الْأَمَدُ فَتَقْسُوَ قُلُوبُكُمْ أَلَا إِنَّ مَا هُوَ آتٍ قَرِيبٌ وَإِنَّمَا الْبَعِيدُ مَا لَيْسَ بِآتٍ أَلَا أَنَّمَا الشَّقِيُّ مَنْ شَقِيَ فِي بَطْنِ أُمِّهِ وَالسَّعِيدُ مَنْ وُعِظَ بِغَيْرِهِ أَلَا إِنَّ قِتَالَ الْمُؤْمِنِ كُفْرٌ وَسِبَابُهُ فُسُوقٌ وَلَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثٍ

أَلَا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ لَا يَصْلُحُ بِالْجِدِّ وَلَا بِالْهَزْلِ وَلَا يَعِدُ الرَّجُلُ صَبِيَّهُ ثُمَّ لَا يَفِي لَهُ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارَ وَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّهُ يُقَالُ لِلصَّادِقِ صَدَقَ وَبَرَّ وَيُقَالُ لِلْكَاذِبِ كَذَبَ وَفَجَرَ أَلَا وَإِنَّ الْعَبْدَ يَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ubaid bin Maimun Al Madani Abu Ubaid berkata, telah menceritakan kepada kami bapakku dari Muhammad bin Ja’far bin Abu Katsir dari Musa bin ‘Uqbah dari Abu Ishaq dari Abul Ahwash dari Abdullah bin Mas’ud berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Keduanya merupakan perkataan dan petunjuk. Maka sebaik-baik perkataan adalah kalamullah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad. Ketahuilah, jangan kalian membuat perkara-perkara baru. Sesungguhnya seburuk-buruk perkara adalah hal-hal baru (diada-adakan), dan setiap hal baru adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat.

Ketahuilah, janganlah kalian terlalu panjang dalam berangan-angan, hingga menjadikan hati kalian keras. Ketahuilah, segala sesuatu yang akan datang itu adalah dekat, dan bahwasanya yang jauh itu sesuatu yang tidak datang. Ketahuilah, bahwasanya orang yang sengsara itu adalah orang yang sengsara di perut ibunya, dan orang yang berbahagia adalah orang yang diberi nasihat dengan selainnya. Ketahuilah, sesungguhnya membunuh seorang muslim adalah kekafiran, dan mencercanya adalah kefasikan. Tidak halal bagi seorang muslim untuk tidak mengajak bicara saudaranya lebih dari tiga hari.

Ketahuilah, jauhilah oleh kalian berkata dusta, sesungguhnya dusta itu tidak dibenarkan baik dilakukan dengan serius maupun main-main. Janganlah seseorang berjanji kepada anak kecilnya kemudian dia tidak menepatinya. Sesungguhnya dusta akan menggiring kepada perbuatan dosa dan sesungguhnya perbuatan dosa akan menggiring ke dalam neraka. Sesungguhnya kejujuran akan menunjukkan kepada kebaikan dan kebaikan akan menunjukkan kepada surga. Dan akan dikatakan kepada orang yang jujur; ia telah berlaku jujur dan berbuat baik. Sementara kepada pendusta dikatakan; ia telah berlaku dusta dan dosa. Seorang hamba yang selalu berdusta, akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.”

Keutamaan Idul Fitri dalam Hadis

0
Dalil Hadis Bolehnya Niat Puasa Sunah di Siang Hari
Gambar oleh Donate PayPal Me dari Pixabay

Hadispedia.id – Ramadan 1445 H telah berlalu, bulan Syawal saat ini kita sedang jalani. Lebaran adalah hari selebrasi pasca melaksanakan puasa. Bersilaturahmi, mudik, saling memaafkan, saling memberi adalah tradisi yang baik yang telah kita jalani sejak lama. Tulisan ini akan menjelaskan bagaimana keutamaan idul fitri.

Keutamaan hari raya idul Fitri tidak bisa diragukan lagi bagi orang-orang yang merayakannya. Pasalnya, salah satu hari besar umat Islam ini memiliki keutamaan dan kemuliaan yang sangat banyak. Tidak hanya tentang ibadah saja, namun juga ampunan dari Allah Swt.

Salah satu keutamaan yang akan didapatkan oleh orang yang merayakan hari raya Idul Fitri adalah ampunan dari Allah Swt. Allah menjanjikan ampunan bagi orang-orang yang melaksanakan ibadah salat hari raya idul Fitri.

Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah dalam salah satu hadisnya, nabi bersabda:

اِذَا صَامُوْا شَهْرَ رَمَضَانَ وَخَرَجُوْا اِلَى عِيْدِهِمْ يَقُوْلُ اللهُ: يَا مَلاَئِكَتِيْ كُلُّ عَامِلٍ يَطْلُبُ أَجْرَهُ وَعِبَادِيْ اللَّذِيْنَ صَامُوْا شَهْرَهُمْ وَخَرَجُوْا اِلَى عِيْدِهِمْ يَطْلُبُوْنَ أُجُوْرَهُمْ أَشْهِدُوْا أَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ. فَيُنَادِي مُنَادٍ يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ اِرْجِعُوْا اِلَى مَنَازِلِكُمْ قَدْ بَدَلْتُ سَيِّئَاتِكُمْ حَسَنَاتٍ. فَيَقُوْلُ اللهُ: يَا عِبَادِيْ صُمْتُمْ لِيْ وَأَفْطَرْتُمْ لِيْ فَقُوْمُوْا مَغْفُوْرًا لَكُمْ.

Artinya, “Ketika kalian semua melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan kemudian keluar untuk melaksanakan salat idul Fitri, maka Allah berfirman:

Wahai Malaikat-Ku, setiap yang telah bekerja akan mendapatkan upahnya, dan hamba-hamba-Ku yang telah melaksanakan puasa Ramadhan dan keluar rumah untuk melakukan salat idul Fitri, serta memohon upah (dari ibadah) mereka, maka saksikanlah bahwa sesungguhnya aku telah memaafkan mereka.

Kemudian ada yang berseru, ‘Wahai umat Muhammad! kembalilah ke rumah-rumah kalian, aku telah menggantikan keburukan kalian dengan kebaikan’. Maka Allah Swt berfirman: Wahai hamba-hamba-Ku, kalian berpuasa untukku dan berbuka untukku, maka tegaklah kalian dengan mendapatkan ampunan-Ku terhadap kalian.” (HR. Ibnu Mas’ud).

Lantas, apa saja makna yang terkandung dalam perayaan hari raya idul Fitri? Mari kita ulas!

Makna dan Esensi Hari Raya

Syekh Sulaiman bin Muhammad bin Umar al-Bujairami dalam kitabnya Hasiyah al-Bujairami ‘alal Khotib memaknai esensi hari raya bukan sekedar tentang pakaian baru dan sesuatu yang serba baru, meski pada dasarnya dianjurkan (baca: sunah) menggunakan pakaian baru, pada hakikatnya bukan itu maksud dan makna dari hari raya yang sesungguhnya.

Syekh Sulaiman mengatakan:

فائدة: جعل اللّه للمؤمنين في الدنيا ثلاثة أيام: عيد الجمعة والفطر والأضحى، وكلها بعد إكمال العبادة وطاعتهم. وليس العيد لمن لبس الجديد بل هو لمن طاعته تزيد، ولا لمن تجمل باللبس والركوب بل لمن غفرت له الذنوب.

Artinya, “Faidah: Allah Swt menjadikan tiga hari raya di dunia untuk orang-orang yang beriman, yaitu, hari raya Jumat, hari raya Fitri, dan idul Adha. Semua itu, dilakukan setelah sempurnanya ibadah dan ketaatan mereka. Dan hari raya bukanlah bagi orang yang menggunakan pakaian baru.

Namun, bagi orang yang ketaatannya bertambah. Idul Fitri bukanlah bagi orang yang berpenampilan dengan pakaian dan kendaraan. Namun, idul Fitri hanyalah bagi orang yang dosa-dosanya diampuni.”

Betapa pun demikian, sah-sah saja menggunakan pakaian baru untuk menyambut hari raya idul Fitri. Karena, pakaian baru bagaikan simbol dari bersihnya hati, dan sebagai syiar Islam ketika hari raya Fitri. Namun, semua itu akan lebih baik jika tidak diimbangi dengan melaksanakan dan mengutamakan ibadah di bulan Ramadhan.

Demikian keutamaan dan makna yang terkandung dalam perayaan hari raya Idul Fitri dalam hadis Rasulullah. Wallahu a’lam.

Penulis: Sunnahtullah

Sumber klik