Beranda blog Halaman 65

Hadis No. 23 Sunan Abi Daud

0
Sunan Abu Daud
Sunan Abu Daud

Hadispedia.id – ِAl-Imam Abu Daud; Sulaiman bin Al-Asy’ats berkata di dalam kitab Sunan-nya pada bab tempat-tempat yang dilarang digunakan untuk kencing oleh Nabi saw.,

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ، عَنِ الْعَلَاءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «اتَّقُوا اللَّاعِنَيْنِ»، قَالُوا: وَمَا اللَّاعِنَانِ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: الَّذِي يَتَخَلَّى فِي طَرِيقِ النَّاسِ أَوْ ظِلِّهمْ

Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Isma’il bin Ja’far telah menceritakan kepada kami, dari Al-‘Ala’ bin Abdurrahman, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a., bahwasannya Rasulullah saw. bersabda, “Peliharalah diri kalian dari dua orang yang terlaknat.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Siapakah dua orang yang dilaknat wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu orang yang buang hajat (kencing atau berak) di jalanan manusia atau tempat berteduhnya mereka.”

Penjelasan: Hadis ini menunjukkan bahwa salah satu akhlak orang Islam adalah tidak mengganggu kenyamanan dan ketertiban masyarakat. Semua ada tempatnya, begitu pula ketika hendak buang air besar atau kecil, maka tempatnya adalah di kamar mandi atau WC, bukan di jalanan umum atau halte.

Hadis No. 22 Sunan Abi Daud

0
Sunan Abu Daud
Sunan Abu Daud

Hadispedia.id – ِAl-Imam Abu Daud; Sulaiman bin Al-Asy’ats berkata di dalam kitab Sunan-nya pada bab seorang laki-laki kencing dalam bejana di malam hari kemudian ia letakkan di sisinya,

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عِيسَى، حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ حُكَيْمَةَ بِنْتِ أُمَيْمَةَ بِنْتِ رُقَيْقَةَ، عَنْ أُمِّهَا، أَنَّهَا قَالَتْ: كَانَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدَحٌ مِنْ عِيدَانٍ تَحْتَ سَرِيرِهِ، يَبُولُ فِيهِ بِاللَّيْلِ

Muhammad bin Isa telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Hajjaj telah menceritakan kepada kami, dari Ibnu Juraij, dari Hukaimah binti Umaimah binti Ruqaiqah, dari ibunya, bahwasannya ia berkata, “Nabi saw. memiliki bejana dari pelepah kurma (yang beliau letakkan) di bawah tempat tidurnya, (yang digunakan) beliau (untuk) kencing di dalam bejana itu di malam hari.”

Hadis No. 21 Sunan Abi Daud

0
Sunan Abu Daud
Sunan Abu Daud

Hadispedia.id – ِAl-Imam Abu Daud; Sulaiman bin Al-Asy’ats berkata di dalam kitab Sunan-nya pada bab kencing dengan berdiri,

حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ وَمُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، قَالَا: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، ح وَحَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ وَهَذَا لَفْظُ حَفْصٍ عَنْ سُلَيْمَانَ، عَنْ أَبِي وَائِلٍ، عَنْ حُذَيْفَةَ، قَالَ: أَتَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُبَاطَةَ قَوْمٍ «فَبَالَ قَائِمًا، ثُمَّ دَعَا بِمَاءٍ  فَمَسَحَ عَلَى خُفَّيْهِ»، قَالَ أَبُو دَاوُدَ: قَالَ مُسَدَّدٌ: قَالَ: فَذَهَبْتُ أَتَبَاعَدُ فَدَعَانِي حَتَّى كُنْتُ عِنْدَ عَقِبِهِ

Hafs bin Umar dan Muslim bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami, mereka berkata, Syu’bah telah menceritakan kepada kami. Ha’ (at-tahwil). Musaddad telah menceritakan kepada kami (pada jalur yang lain), ia berkata, Abu Awanah telah menceritakan kepada kami dan ini adalah lafadz Hafs dari Sulaiman dari Abu Wa’il dari Hudzaifah, ia berkata, “Rasulullah saw. pernah mendatangi tempat pembuangan sampah suatu kaum, lalu beliau buang air kecil dengan berdiri, kemudian beliau meminta untuk didatangkan air, lalu beliau mengusap dua khuf (sepatu kulit)nya.” Abu Daud berkata, Musaddad berkata, ia (Hudzaifah) berkata, “Lalu, aku pergi menjauh dari beliau, namun beliau memanggilku (agar menutupi beliau) hingga aku berada di sisi tumitnya.”

Penjelasan: Nabi saw. lebih sering buang air kecil dengan duduk karena untuk menjaga dari percikan air kencing yang najis. Hanya saja, pada suatu kondisi, yakni saat dekat di tempat sampah, beliau kencing dengan berdiri. Oleh sebab itu, hadis ini oleh para ulama dijadikan dalil boleh kencing dengan berdiri dan tidak makruh jika aman dari terkena cipratan air kencing. Di dalam Syarah Aunul Ma’bud karya Syekh Abadi juga dijelaskan bahwa di antara sahabat yang pernah kencing dengan berdiri adalah Umar, Ali, dan Zaid bin Tsabit. Hanya saja, jika memang tempatnya memungkinkan untuk duduk (jongkok), maka lebih baik duduk/jongkok sehingga dapat terhindar dari cipratan air kencing yang najis.

Hadis No. 20 Sunan Abi Daud

0
Sunan Abu Daud
Sunan Abu Daud

Hadispedia.id – Al-Imam Abu Daud; Sulaiman bin Al-Asy’ats berkata di dalam kitab Sunan-nya pada bab al-istibra’ minal baul,

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ زِيَادٍ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ زَيْدِ بْنِ وَهْبٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ حَسَنَةَ، قَالَ: انْطَلَقْتُ أَنَا وَعَمْرُو بْنُ الْعَاصِ، إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَخَرَجَ وَمَعَهُ دَرَقَةٌ ثُمَّ اسْتَتَرَ بِهَا، ثُمَّ بَالَ، فَقُلْنَا: انْظُرُوا إِلَيْهِ يَبُولُ كَمَا تَبُولُ الْمَرْأَةُ، فَسَمِعَ ذَلِكَ، فَقَالَ: «أَلَمْ تَعْلَمُوا مَا لَقِيَ صَاحِبُ بَنِي إِسْرَائِيلَ، كَانُوا إِذَا أَصَابَهُمُ الْبَوْلُ قَطَعُوا مَا أَصَابَهُ الْبَوْلُ مِنْهُمْ، فَنَهَاهُمْ فَعُذِّبَ فِي قَبْرِهِ»، قَالَ أَبُو دَاوُدَ: قَالَ مَنْصُورٌ: عَنْ أَبِي وَائِلٍ، عَنْ أَبِي مُوسَى، فِي هَذَا الْحَدِيثِ قَالَ: جِلْدِ أَحَدِهِمْ، وَقَالَ عَاصِمٌ: عَنْ أَبِي وَائِلٍ، عَنْ أَبِي مُوسَى عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: جَسَدِ أَحَدِهِم

Musaddad telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Abdul Wahid bin Ziyad telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Al-A’masy telah menceritakan kepada kami, dari Zaid bin Wahb, dari Abdurrahman bin Hasanah, ia berkata, “Saya pernah pergi bersama Amr bin Al-Ash menemui Nabi saw., kemudian beliau keluar dengan membawa perisai, lalu menutup diri dengannya dan buang air kecil. Maka, kami berkata, “Lihatlah, beliau buang air kecil seperti perempuan buang air kecil.” Beliau mendengar hal itu, maka beliau bersabda, “Apakah kalian belum tahu apa yang didapatkan oleh salah seorang dari Bani Israil?. Dahulu kaum Bani Israil apabila terkena air kencing, maka mereka memotong bagian dari yang terkena air kencing itu, lalu orang tersebut melarang mereka dari perbuatan demikian (memotong pakaian yang terkena kencing), maka ia pun diazab di dalam kuburnya.”

Abu Daud berkata, Mansur berkata dari Abu Wa’il dari Abu Musa berkenaan dengan hadis ini, dia menyebutkan (yakni apabila mengenai) kulit salah seorang dari mereka. Sedangkan Ashim berkata dari Abu Wa’il dari Abu Musa dari Nabi saw., beliau bersabda, “Tubuh salah seorang dari mereka.”

Penjelasan: Salah seorang dari Bani Israil tersebut diazab dikubur karena ia menyalahi aturan syariat (Yahudi) agar memotong baju yang terkena air kencing agar terhindar dari najis. Inilah yang di-notice oleh Nabi saw. kepada umat Islam agar tidak menyepelekan masalah najis dari cipratan air kencing. Hendaknya ketika kencing harus benar-benar tuntas, bersih, serta suci dari sisa-sisa air kencing.

Hadis No. 20 Sunan At-Tirmidzi

0
Sunan At-Tirmidzi
Sunan At-Tirmidzi

Hadispedia.id – Al-Imam At-Tirmidzi berkata di dalam kitab Sunan-nya pada bab Nabi saw. ketika hendak buang hajat, maka beliau pergi ke tempat yang jauh,

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ الثَّقَفِيُّ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَأَتَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَاجَتَهُ فَأَبْعَدَ فِي الْمَذْهَبِ
قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي قُرَادٍ وَأَبِي قَتَادَةَ وَجَابِرٍ وَيَحْيَى بْنِ عُبَيْدٍ عَنْ أَبِيهِ وَأَبِي مُوسَى وَابْنِ عَبَّاسٍ وَبِلَالِ بْنِ الْحَارِثِ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَيُرْوَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ يَرْتَادُ لِبَوْلِهِ مَكَانًا كَمَا يَرْتَادُ مَنْزِلًا وَأَبُو سَلَمَةَ اسْمُهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ الزُّهْرِيُّ

Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Abdul Wahhab At-Tsaqafi  telah menceritakan kepada kami, dari Muhammad bin Amr dari Abu Salamah dari Al-Mughirah bin Syu’bah, ia berkata, “Aku bersama Nabi saw. dalam suatu perjalanan, lalu Nabi saw. membuang hajat dan pergi ke tempat yang jauh.”

Abu Isa berkata, “Pada bab ini, ada juga hadis dari Abdurrahman bin Abu Qurad, Abu Qatadah, Jabir, Yahya bin Ubaid dari ayahnya, Abu Musa, Ibnu Abbas, dan Bilal bin Al-Harits.” Abu Isa berkata, “Ini Hadis Hasan Shahih, dan diriwayatkan dari Nabi saw. bahwa beliau ketika kencing menutupi tempat kencingnya sebagaimana tertutupnya sebuah rumah. Abu Salamah namanya adalah Abdullah bin Abdurrahman bin Auf Az-Zuhri.”

Hadis No. 19 Sunan At-Tirmidzi

0
Sunan At-Tirmidzi
Sunan At-Tirmidzi

Hadispedia.id – Al-Imam At-Tirmidzi berkata di dalam kitab Sunan-nya pada bab istinja’ dengan air,

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبِي الشَّوَارِبِ الْبَصْرِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ مُعَاذَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ
مُرْنَ أَزْوَاجَكُنَّ أَنْ يَسْتَطِيبُوا بِالْمَاءِ فَإِنِّي أَسْتَحْيِيهِمْ فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَفْعَلُهُ
وَفِي الْبَاب عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْبَجَلِيِّ وَأَنَسٍ وَأَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَعَلَيْهِ الْعَمَلُ عِنْدَ أَهْلِ الْعِلْمِ يَخْتَارُونَ الِاسْتِنْجَاءَ بِالْمَاءِ وَإِنْ كَانَ الِاسْتِنْجَاءُ بِالْحِجَارَةِ يُجْزِئُ عِنْدَهُمْ فَإِنَّهُمْ اسْتَحَبُّوا الِاسْتِنْجَاءَ بِالْمَاءِ وَرَأَوْهُ أَفْضَلَ وَبِهِ يَقُولُ سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ وَابْنُ الْمُبَارَكِ وَالشَّافِعِيُّ وَأَحْمَدُ وَإِسْحَقُ

Qutaibah dan Muhammad bin Abdul Malik bin Abu Syawarib Al-Bashi telah menceritakan kepada kami, mereka berkata, Abu Awanah telah menceritakan kepada kami, dari Qatadah, dari Mu’adzah dari Aisyah r.a., ia berkata, “Perintahkanlah suami-suami kalian untuk istinja’ dengan air, aku malu dengan mereka, sesungguhnya Rasulullah saw. melakukannya.”

Pada bab ini, ada juga hadis dari Jarir bin Abdullah Al-Bajali, Anas, dan Abu Hurairah. Abu Isa berkata, “Ini Hadis Hasan Shahih. Para ahli ilmu mengamalkan hadis ini. Mereka memilih istinja’ dengan air, meksipun istinja’ dengan batu menurut mereka cukup/sah. Mereka lebih menyukai istinja’ dengan air karena mereka berpendapat ia lebih utama. Pendapat ini dikatakan oleh Imam Sufyan Ats-Tsauri, Ibnul Mubarak, As-Syafi’i, Ahmad, dan Ishaq.”

Hadis No. 18 Sunan At-Tirmidzi

0
Sunan At-Tirmidzi
Sunan At-Tirmidzi

Hadispedia.id – Al-Imam At-Tirmidzi berkata di dalam kitab Sunan-nya pada bab benda yang dimakruhkan untuk digunakan istinja’,

حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ عَنْ دَاوُدَ بْنِ أَبِي هِنْدٍ عَنْ الشَّعْبِيِّ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَسْتَنْجُوا بِالرَّوْثِ وَلَا بِالْعِظَامِ فَإِنَّهُ زَادُ إِخْوَانِكُمْ مِنْ الْجِنِّ
وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَسَلْمَانَ وَجَابِرٍ وَابْنِ عُمَرَ قَالَ أَبُو عِيسَى وَقَدْ رَوَى هَذَا الْحَدِيثَ إِسْمَعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَغَيْرُهُ عَنْ دَاوُدَ بْنِ أَبِي هِنْدٍ عَنْ الشَّعْبِيِّ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّهُ كَانَ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةَ الْجِنِّ الْحَدِيثَ بِطُولِهِ فَقَالَ الشَّعْبِيُّ إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَسْتَنْجُوا بِالرَّوْثِ وَلَا بِالْعِظَامِ فَإِنَّهُ زَادُ إِخْوَانِكُمْ مِنْ الْجِنِّ وَكَأَنَّ رِوَايَةَ إِسْمَعِيلَ أَصَحُّ مِنْ رِوَايَةِ حَفْصِ بْنِ غِيَاثٍ وَالْعَمَلُ عَلَى هَذَا الْحَدِيثِ عِنْدَ أَهْلِ الْعِلْمِ وَفِي الْبَاب عَنْ جَابِرٍ وَابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا

Hannad telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Hafs bin Ghiyats telah menceritakan kepada kami, dari Daud bin Abu Hind, dari As-Sya’bi, dari Alqamah, dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah kalian istinja’ dengan menggunakan kotoran dan tulang, karena sesungguhnya ia adalah makanan saudara kalian dari bangsa jin.”

Pada bab ini, ada juga hadis dari Abu Hurairah, Salman, Jabir, dan Ibnu Umar r.a. Abu Isa berkata, “Ismail bin Ibrahim dan lainnya telah meriwayatkan hadis ini dari Daud bin Abu Hind dari Asy-Sya’bi dari Alqamah dari Abdullah, bahwasannya ia bersama Nabi saw. pada malam jin (malam saat Nabi membaca Al-Qur’an, lalu ada sekelompok jin mendengarkan bacaan beliau)… hadisnya panjang. As-Sya’bi berkata, sesungguhnya Nabi saw. bersabda, ‘Janganlah kalian istinja’ dengan kotoran, dan jangan pula dengan tulang, karena sesungguhnya ia adalah makanan saudara kalian dari bangsa jin.” Seakan-akan hadis riwayat Isma’il lebih shahih dari riwayat Hafs bin Ghiyats. Para Ulama mengamalkan hadis ini. Pada bab ini ada hadis lain riwayat dari Jabir dan Ibnu Umar r.a.

Hadis No. 17 Sunan At-Tirmidzi

0
Sunan At-Tirmidzi
Sunan At-Tirmidzi

Hadispedia.id – Al-Imam At-Tirmidzi berkata di dalam kitab Sunan-nya pada bab istinja’ dengan dua batu,

 حَدَّثَنَا هَنَّادٌ وَقُتَيْبَةُ قَالَا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ إِسْرَائِيلَ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِحَاجَتِهِ فَقَالَ الْتَمِسْ لِي ثَلَاثَةَ أَحْجَارٍ قَالَ فَأَتَيْتُهُ بِحَجَرَيْنِ وَرَوْثَةٍ فَأَخَذَ الْحَجَرَيْنِ وَأَلْقَى الرَّوْثَةَ وَقَالَ إِنَّهَا رِكْسٌ قَالَ أَبُو عِيسَى وَهَكَذَا رَوَى قَيْسُ بْنُ الرَّبِيعِ هَذَا الْحَدِيثَ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ نَحْوَ حَدِيثِ إِسْرَائِيلَ

وَرَوَى مَعْمَرٌ وَعَمَّارُ بْنُ رُزَيْقٍ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ وَرَوَى زُهَيْرٌ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْأَسْوَدِ عَنْ أَبِيهِ الْأَسْوَدِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ وَرَوَى زَكَرِيَّا بْنُ أَبِي زَائِدَةَ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ الْأَسْوَدِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ وَهَذَا حَدِيثٌ فِيهِ اضْطِرَابٌ

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ الْعَبْدِيُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ قَالَ سَأَلْتُ أَبَا عُبَيْدَةَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ هَلْ تَذْكُرُ مِنْ عَبْدِ اللَّهِ شَيْئًا قَالَ لَا قَالَ أَبُو عِيسَى سَأَلْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَيُّ الرِّوَايَاتِ فِي هَذَا الْحَدِيثِ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ أَصَحُّ فَلَمْ يَقْضِ فِيهِ بِشَيْءٍ وَسَأَلْتُ مُحَمَّدًا عَنْ هَذَا فَلَمْ يَقْضِ فِيهِ بِشَيْءٍ وَكَأَنَّهُ رَأَى حَدِيثَ زُهَيْرٍ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْأَسْوَدِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ أَشْبَهَ وَوَضَعَهُ فِي كِتَابِ الْجَامِعِ

قَالَ أَبُو عِيسَى وَأَصَحُّ شَيْءٍ فِي هَذَا عِنْدِي حَدِيثُ إِسْرَائِيلَ وَقَيْسٍ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ لِأَنَّ إِسْرَائِيلَ أَثْبَتُ وَأَحْفَظُ لِحَدِيثِ أَبِي إِسْحَقَ مِنْ هَؤُلَاءِ وَتَابَعَهُ عَلَى ذَلِكَ قَيْسُ بْنُ الرَّبِيعِ قَالَ أَبُو عِيسَى و سَمِعْت أَبَا مُوسَى مُحَمَّدَ بْنَ الْمُثَنَّى يَقُولُ سَمِعْتُ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ مَهْدِيٍّ يَقُولُ مَا فَاتَنِي الَّذِي فَاتَنِي مِنْ حَدِيثِ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ إِلَّا لِمَا اتَّكَلْتُ بِهِ عَلَى إِسْرَائِيلَ لِأَنَّهُ كَانَ يَأْتِي بِهِ أَتَمَّ

قَالَ أَبُو عِيسَى وَزُهَيْرٌ فِي أَبِي إِسْحَقَ لَيْسَ بِذَاكَ لِأَنَّ سَمَاعَهُ مِنْهُ بِآخِرَةٍ قَالَ و سَمِعْت أَحْمَدَ بْنَ الْحَسَنِ التِّرْمِذِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ أَحْمَدَ بْنَ حَنْبَلٍ يَقُولُ إِذَا سَمِعْتَ الْحَدِيثَ عَنْ زَائِدَةَ وَزُهَيْرٍ فَلَا تُبَالِي أَنْ لَا تَسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِهِمَا إِلَّا حَدِيثَ أَبِي إِسْحَقَ وَأَبُو إِسْحَقَ اسْمُهُ عَمْرُو بْنُ عَبْدِ اللَّهِ السَّبِيعِيُّ الْهَمْدَانِيُّ وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ لَمْ يَسْمَعْ مِنْ أَبِيهِ وَلَا يُعْرَفُ اسْمُهُ

Hannad dan Qutaibah telah menceritakan kepada kami, mereka berkata, Waki’ telah menceritakan kepada kami dari Isra’il dari Abu Ishaq dari Abu Ubaidah dari Abdullah, ia berkata, Nabi saw. keluar untuk buang hajat, beliau lalu bersabda, “Carikanlah tiga buah batu untukku.” Abdullah berkata, “Maka, aku pun membawakan beliau dua batu dan satu kotoran binatang yang telah kering, beliau hanya mengambil dua batu dan melemparkan kotoran binatang tersebut kemudian bersabda, “Sesungguhnya kotoran binatang itu najis.” Abu Isa berkata, “Seperti inilah Qais bin Ar-Rabi’ meriwayatkan hadis ini dari Abu Ishaq dari Abu Ubaidah dari Abdullah sebagaimana hadis riwayat Isra’il.”

Ma’mar dan ‘Ammar bin Ruzaiq juga meriwayatkan dari Abu Ishaq dari Alqamah dari Abdullah. Zuhair meriwayatkan dari Abu Ishaq dari Abdurrahman bin Aswad dari bapaknya – Al-Aswad bin Yazid – dari Abdullah. Namun, hadis ini ada kekacauan di dalamnya.

Muhammad bin Basysyar Al-Abdi telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Muhammad bin Ja’far telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Syu’bah telah menceritakan kepada kami, dari Amru bin Murrah, ia berkata, “Apakah engkau mengingat sesuatu dari Abdullah?” Ia menjawab, “Tidak”. Abu Isa berkata, “Aku bertanya kepada Abdullah bin Abdurrahman, ‘Riwayat manakah yang paling shhaih dalam hadis Abu Ishaq ini?” Namun, ia tidak menjawab dengan sesuatu pun. Dan aku juga bertanya kepada Muhammad, ia pun tidak memberikan jawaban apapun.” Seakan-akan ia melihat bahwa hadis Zuhair dari Abu Ishaq dari Abdurrahman bin Aswad dari bapaknya dari Abdullah mempunyai kemiripan, lalu ia meletakkannya dalam kitab Al-Jami’.

Abu Isa berkata, “Dalam bab ini, menurutku yang paling shahih adalah hadis Israil dan Qais dari Abu Ishaq, dari Abu Ubaidah, dari Abdullah. Sebab, Israil adalah seorang yang lebih kuat dan hafal dengan hadis Abu Ishaq dari yang lainnya. Hal itu diperkuat oleh Qais bin Ar-Rabi’.” Abu Isa berkata, “Aku mendengar Abu Musa Muhammad ibnu Al-Mutsanna berkata, “Aku mendengar Abdurrahman bin Mahdi berkata, “Tidaklah hilang dariku sebagaimana hilang dariku dari hadis Sufyan Ats-Tsauri dari Abu Ishaq kecuali sesuatu yang aku pegang atas Israil karena ia meriwayatkan dengan sesuatu yang lebih sempurna.”

Abu Isa berkata, “Riwayat Zuhair dari Abu Ishaq tidaklah demikian, karena ia mendengarnya di saat-saat akhir.” Ia berkata, “Aku mendengar Ahmad bin Hasan At-Tirmidzi berkata, “Aku mendengar Ahmad bin Hanbal mengatakan, “Apabila engkau mendengar hadis dari Zaidah dan Zuhair, maka mantaplah, meskipun engkau tidak mendengarnya dari yang lain, kecuali hadis dari Abu Ishaq, sedang Abu Ishaq namanya adalah Amru bin Abdullah As-Sabi’i Al-Hamdani, dan Abu Ubaidah bin Abdullah bin Mas’ud tidak mendengar dari bapaknya, dan namanya juga tidak dikenal.”

Hadis Keutamaan Doa Sapu Jagat

0
doa sapu jagat
doa sapu jagat

Hadispedia.id – Beberapa hari lalu, grup gambus Sabyan merilis single terbarunya berjudul “Sapu Jagat”. Lagu yang salah satu liriknya digubah dari doa yang terdapat dalam ayat Al-Qur’an tersebut langsung tranding di Youtube Indonesia. Doa tersebut memang terkenal dengan sebutan doa sapu jagat.

Dalam riwayat Imam Al-Bukhari, menurut kesaksian sahabat Anas bin Malik r.a. disebutkan bahwa Nabi saw. sering sekali membaca doa sapu jagat ini.

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ عَنْ أَنَسٍ قَالَ كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Musaddad telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Abdul Warits telah menceritakan kepada kami, dari Abdul Aziz, dari Anas, ia berkata, “Doa yang paling banyak dibaca Nabi saw. adalah Allahumma Rabbanaa atina fid dunya hasanah wa fil akhirati hasanah wa qina ‘‘dzaban nar (Wahai Allah, Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa api neraka).”

Menilik makna doa tersebut, tidak heran jika ia dikenal dengan doa sapu jagat. Hal ini disebabkan karena ia tidak hanya mengandung permintaan kebaikan di dunia melainkan juga di akhirat, bahkan permintaan agar dihindarkan dari siksa api neraka. Di dalam riwayat Imam Muslim disebutkan bahwa Sahabat Anas bin Malik r.a. pun mengikuti jejak Rasulullah saw. dengan senantiasa membaca doa sapu jagat. Bahkan ketika ia hendak membaca doa yang lain , maka ia pun juga selalu menyertakan doa tersebut.

Doa sapu jagat ini menunjukkan betapa Allah dan Rasulullah saw. mengajarkan kepada umat Muslim agar tidak melupakan akhirat dalam setiap doanya. Imam Badrud Din Al-Aini dalam kitab Umdatul Qari menjelaskan bahwa sebagian Orang Arab dulu ada yang terlalu fokus berdoa agar tahun ini ada hujan, tahun kesuburan, dan tahun lahirnya anak-anak yang baik.

Namun, mereka tidak sama sekali menyebutkan kebaikan untuk urusan akhirat. Oleh sebab itu, di dalam Al-Qur’an, Allah swt. menyebutkan, mereka tidak mendapatkan apapun di akhirat. Sementara di antara mereka ada yang berdoa dengan doa sapu jagat tersebut, maka mereka pun memperoleh apa yang mereka usahakan.

Qadhi Iyadh sebagaimana dikutip oleh Imam Badruddin Al-Aini menjelaskan bahwa maksud dari hasanah (kebaikan) disini menurut ulama adalah kenikmatan. Maka ia meminta kenikmatan dunia, akhirat, dan terjaga dari azab.  Sementara imam Nawawi dalam kitab Syarah Shahih Muslim menjelaskan bahwa hasanah di dunia adalah berupa dapat beribadah, sedangkan hasanah di akhirat adalah berupa surga dan ampunan. Disebutkan juga bahwa maksud hasanah adalah memperoleh kenikmatan baik di dunia maupun di akhirat sebagaimana penjelasan Qadhi ‘Iyadh di atas.

Terkait dengan doa sapu jagat ini, terdapat kisah menarik yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya yang bersumber dari Sahabat Anas bin Malik r.a.

Suatu hari, Rasulullah saw. pernah menjenguk seorang laki-laki muslim yang sedang sakit parah hingga kurus dan lemah tubuhnya seperti seekor burung kecil.

“Apakah kamu pernah berdoa ataupun memohon sesuatu kepada Allah?” Tanya Rasulullah saw.

“Ya, saya pernah berdoa, “Ya Allah, Ya Tuhanku, apa yang akan Engkau siksakan kepadaku di akhirat kelak, maka segerakanlah siksa tersebut di dunia ini!” Jawab laki-laki itu.

Mendengar pengakuannya itu, Rasulullah saw. kaget seraya bersabda,

“Subhanallah, mengapa kamu berdoa seperti itu?. Tentu kamu tidak akan kuat. Mengapa kamu tidak berdoa, “Allahumma Atina fid dunya hasanah wa fil akhirati hasanah wa qina adzabbannar (Ya Allah, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan akhirat, dan peliharalah kami dari siksa api neraka).”

Sahabat Anas r.a. berkata, “Lalu, Rasulullah saw. berdoa kepada Allah swt. untuk sahabat tersebut. Akhirnya, Allah pun menyembuhkannya.”

Kisah tersebut semakin mempertegas pentingnya doa sapu jagat ini untuk senantiasa kita baca dalam setiap doa. Kita yakin, tidak ada manusia yang terlepas dari luput dan dosa. Kita pun tidak akan mampu jika kita menanggung azab itu baik di dunia dan akhirat. Maka, sudah semestinya kita berdoa, meminta kepada-Nya agar mengampuni dosa-dosa kita. Semoga kita memperoleh kebaikan baik di dunia maupun akhirat dan terhindar dari siksa neraka. Wa Allahu a’lam bis shawab.

Hadis No. 5 Sunan Ibn Majah

0
Sunan Ibn Majah
Sunan Ibn Majah

Hadispedia.id – Al-Imam Ibnu Majah berkata dalam kitab Sunan-nya pada bab mengikuti sunnah Rasulullah saw.,

حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ الدِّمَشْقِىُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عِيسَى بْنِ سُمَيْعٍ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سُلَيْمَانَ الأَفْطَسُ عَنِ الْوَلِيدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْجُرَشِىِّ عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ عَنْ أَبِى الدَّرْدَاءِ قَالَ خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَنَحْنُ نَذْكُرُ الْفَقْرَ وَنَتَخَوَّفُهُ فَقَالَ « آلْفَقْرَ تَخَافُونَ وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَتُصَبَّنَّ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا صَبًّا حَتَّى لاَ يُزِيغَ قَلْبَ أَحَدٍ مِنْكُمْ إِزَاغَةً إِلاَّ هِيَهْ وَايْمُ اللَّهِ لَقَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى مِثْلِ الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا وَنَهَارُهَا سَوَاءٌ ». قَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ صَدَقَ وَاللَّهِ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- تَرَكَنَا وَاللَّهِ عَلَى مِثْلِ الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا وَنَهَارُهَا سَوَاءٌ

Hisyam bin ‘Ammar Ad-Dimasyqi telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Muhammad bin Isa bin Suma’i telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Ibrahim bin Sulaiman Al-Afthas telah menceritakan kepada kami, dari Al-Walid bin Abdurrahman Al-Jurasyi, dari Jubair bin Nufair, dari Abu Darda’, ia berkata, Rasulullah saw. keluar menemui kami, sementara kami sedang memperbincangkan masalah kefakiran dan kami merasa takut darinya. Lalu beliau bersabda, “Apakah kalian takut kepada kemiskinan? Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh akan diberikan kepada kalian dunia, hingga hati salah seorang dari kalian tidak bisa berpaling kecuali akan menemuinya. Sungguh, telah aku tinggalkan untuk kalian perkara terang benderang, malam dan siangnya sama.” ِAbu Darda’ berkata, “Benar, demi Allah, Rasulullah saw. telah meninggalkan bagi kita perkara yang terang benderang, malam dan siangnya sama.”

Muhammad Fuad Abdul Baqi dan Dr. Mustafa Muhammad Husein Ad-Dzahabi di menjelaskan bahwa maksud ‘mitslul baidha’ adalah hati yang putih (terang benderang) dan bersih dari kecondongan pada kebatilan. Artinya, hati salah satu dari para sahabat itu tidak akan condong pada dunia, meskipun mereka diberikan kecukupan di dunia.