Bagaimana Peran Ibu dalam Pembentukan Karakter Anak dalam Hadis?

Hadispedia.id- Pembentukan karakter seorang anak telah dijelaskan dalam Musnad al-Shihab al-Quda’iy. Kitab ini dikarang oleh Muhammad ibn Salamah bin Ja’far ibn Ali al-Qadiy Abu Abdullah al-Quda’iy atau terkenal dengan nama al-Quda’iy. Merupakan kumpulan dari beberapa hadis yang membahas tentang hikmah, wasiat-wasiat, tata krama, perumpamaan dan nasihat-nasihat. Salah satunya yaitu nasihat dalam pembentukan karakter anak.

Karakter seorang anak diturunkan dari orang tua. Sebagaimana pola didik yang diterapkan, akan sangat mempengaruhi karakter anak. Karakter dalam hal ini dipahami sebagai awal pembentukan kepribadian yang lebih baik. Dengan kata lain, pembentukan karakter dipengaruhi oleh pola asuh yang diterapkan dalam keluarga. Keluarga merupakan suatu unit terkecil dalam struktur masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak.

Ibu mempunyai peran penting dalam pembentukan karakter anak. Karena ibu lebih banyak menghabiskan waktu bersama anaknya. Seorang ibu yang baik akan mendidik anaknya menjadi kepribadian yang baik. Sebaliknya seorang ibu yang kurang baik akan berakibat kurang baik pula pada kepribadian seorang anak.

Baca juga: Riwayat Hadis Tentang Penyebab Hati yang Gelisah, Begini Penjelasannya!

Seperti yang terdapat dalam hadis khadra’ al-diman dalam Musnad al-Shihab al-Quda’iy No. Indeks 957: 

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِيَّاكُمْ وَخَضْرَاءَ الدِّمَنِ ، فَقِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا خَضْرَاءُ الدِّمَنِ؟ قَالَ: الْمَرْأَةُ الْحَسْنَاءُ فِي الْمَنْبَتِ السُّوءِ

Dari Abi Sa’id al-Khudriy, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda, “Berhati-hatilah kamu sekalian pada khadra’ al-diman.” Maka dikatakan, “Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud khadra’ al-diman?” Beliau menjawab, “Yaitu wanita yang tampak dhahirnya cantik tapi ia tumbuh dalam lingkungan keluarga yang buruk.”

Dimana perempuan senantiasa harus diwaspadai sebagai awal mula kehidupan bagi anak-anak yang akan dilahirkannya kelak. Karena perempuan cantik yang tumbuh di lingkungan buruk akan melahirkan habit yang buruk juga. Dalam hal ini ibu yang tumbuh pada lingkungan buruk akan membentuk karakter anaknya berkepribadian kurang baik.

Hadis ini jika ditinjau dari persambungan sanadnya bisa dikatakan munqathi’ atau terputus. Karena terdapat perawi kelima yaitu al-Waqidiy, seorang rawi yang matruk sehingga gugur dalam periwayatannya. Dan terdapat perawi yang tidak muttasil atau terputus periwayatannya yaitu al-Shihab al-Quda’iy dari Muhammad ibn Ahmad al-Asbahaniy dari Abu Sa’id al-Hasan ibn Ali.

Baca juga: Hadis Segala Perbuatan Ditentukan Niatnya

Selanjutnya, perawi keempat dalam hadis ini yaitu Yahya ibn Sa’id ibn Dinar, perawi kesembilan yaitu Abu ‘Ibad adz-Dzunnun dan perawi kesepuluh Abu Sa’id al-Hasan ibn Ali tergolong perawi yang majhul ain. Karena tidak ada yang men-ta’dil juga men-jarh mereka. Sehingga hadis yang diriwayatkan disebut hadis majhul. Hukum hadis majhul pada prinsipnya adalah dhaif, tidak dapat dijadikan hujjah.

Hadis yang tidak dapat dijadikan hujjah secara hukum tidak dapat diterima (mardud). Namun dhaif secara sanad belum tentu dhaif secara matan. Dalam teks matan hadis ini jika dibandingkan dengan hadis lain yang mempunyai tema sama, tidak terdapat perbedaan secara signifikan pada pelafalan hadisnya.

Tidak bertentangan dengan akal. Tidak bertentangan dengan syari’at Islam. Tidak terdapat syadz dan memenuhi kriteria kesahihan matan. Sehingga matan hadis ini dapat diterima dan dapat dijadikan hujjah untuk fadla’il a’mal. Ibnu Hajar al-Asqalaniy termasuk salah satu ulama ahli hadis yang membolehkan berhujjah dengan hadis dhaif untuk fadla’il a’mal (keutamaan amal). Bukan untuk menetapkan syariat seperti halal haram dan bukan untuk menetapkan aqidah-aqidah.

Di samping itu, hadis ini diperkuat oleh Al-Qur’an dalam Surat al-Tin ayat 4. Disebutkan dalam Tafsir al-Misbah Quraish Shihab bahwa orang tua mempunyai peran penting dalam pembentukan anak-anaknya. Termasuk dalam pembentukan keadaan fisik maupun psikisnya. Zaghlul an-Najjar dalam bukunya “Pembuktian Sains dalam Sunnah” juga menyebutkan keturunan dan didikan dari orang tua merupakan dua faktor yang dominan dalam pembentukan kepribadian anak.

Baca juga: Hadis Tahapan Penciptaan Manusia dan Amalan Terakhirnya

Pernyataan tersebut dipertegas kembali dalam hadis Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan al-Dailami

اُنْظُرْ فِي أَيِ نِصَابٍ تَضَعُ وَلَدَكَ فَاِنَّ الْعِرْقَ دَسَّاسٌ

“Perhatikan tempat menumpahkan benihmu (sperma), karena sesungguhnya karakter dan watak orang tua menurun kepada anak”.

Maka peran orang tua terutama ibu dalam mendidik anaknya sangat penting untuk pembentukan karakter seorang anak. Meskipun hadis khadra’ al-diman ini dalam jalur sanadnya dhaif tidak berarti bahwa hadis ini tidak perlu diterapkan dalam bermasyarakat. Bahkan hadis ini bisa menjadi pengetahuan buat acuan guna hati-hati dalam memilih seorang pasangan. Cantik secara dhahir bukan hal utama namun keluarga atau keturunan lebih penting. Dari keluargalah karakter dan kepribadian itu terbentuk.

Rizqotul Luqi Mufidah
Rizqotul Luqi Mufidah
Rizqotul Luqi Mufidah. Alumni Ilmu Hadis UIN Sunan Ampel Surabaya

Artikel Terkait

spot_img

Artikel Terbaru