Beranda blog Halaman 20

Hadis No. 119 Sunan An-Nasa’i

0
Sunan An-Nasa'i
Sunan An-Nasa'i

Hadispedia.id – Al-Imam An-Nasa’i berkata dalam Sunan-nya pada kitab bersuci bab mengusap sepasang khuff,

أَخْبَرَنَا الْعَبَّاسُ بْنُ عَبْدِ الْعَظِيمِ قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ قَالَ: حَدَّثَنَا حَرْبُ بْنُ شَدَّادٍ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ عَمْرِو بْنِ أُمَيَّةَ الضَّمْرِيِّ، عَنْ أَبِيهِ: أَنَّهُ رَأَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ وَمَسَحَ عَلَى الْخُفَّيْنِ

Al-Abbas bin Abdul Adhim telah mengabarkan kepada kami, dia berkata, Abdurrahman telah menceritakan kepada kami, dia berkata, Harb bin Syaddad telah menceritakan kepada kami, dari Yahya bin Abi Katsir, dari Abu Salamah, dari Ja’far bin Amr bin Umayyah Ad-Dhamri, dari ayahnya, bahwa dia pernah melihat Rasulullah saw. berwudhu dan beliau mengusap kedua khuff (sepatu) nya.”

Hadis No. 118 Sunan An-Nasa’i

0
Sunan An-Nasa'i
Sunan An-Nasa'i

Hadispedia.id – Al-Imam An-Nasa’i berkata dalam Sunan-nya pada kitab bersuci bab mengusap sepasang khuff,

أَخْبَرَنَا قُتَيْبَةُ قَالَ: حَدَّثَنَا حَفْصٌ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ هَمَّامٍ، عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ: أَنَّهُ تَوَضَّأَ وَمَسَحَ عَلَى خُفَّيْهِ فَقِيلَ لَهُ: أَتَمْسَحُ؟ فَقَالَ: «قَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُ» وَكَانَ أَصْحَابُ عَبْدِ اللَّهِ يُعْجِبُهُمْ قَوْلُ جَرِيرٍ وَكَانَ إِسْلَامُ جَرِيرٍ قَبْلَ مَوْتِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَسِيرٍ

Qutaibah telah mengabarkan kepada kami, dia berkata, Hafs telah menceritakan kepada kami, dari Al-A’masy, dari Ibrahim, dari Hammam, dari Jarir bin Abdullah, bahwa dia berwudhu dan mengusap kedua khuffnya (sepatunya). Lalu dia ditanya, “Apakah kamu mengusapnya?” Dia menjawab, “Aku sungguh pernah melihat Rasulullah saw. mengusapnya.” Para sahabat Abdullah merasa kagum dengan perkataan Jarir, karena Jarir masuk Islam beberapa saat sebelum wafatnya Rasulullah saw.

Hadis No. 117 Sunan An-Nasa’i

0
Sunan An-Nasa'i
Sunan An-Nasa'i

Hadispedia.id – Al-Imam An-Nasa’i berkata dalam Sunan-nya pada kitab bersuci bab wudhu dengan mengenakan sandal,

أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ إِدْرِيسَ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ وَمَالِكٍ وَابْنِ جُرَيْجٍ، عَنِ الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ عُبَيْدِ بْنِ جُرَيْجٍ قَالَ: قُلْتُ لِابْنِ عُمَرَ: رَأَيْتُكَ تَلْبَسُ هَذِهِ النِّعَالَ السِّبْتِيَّةَ وَتَتَوَضَّأُ فِيهَا. قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَلْبَسُهَا وَيَتَوَضَّأُ فِيهَا

Muhammad bin Al-‘Ala’ telah mengabarkan kepada kami, dia berkata, Ibnu Idris telah menceritakan kepada kami, dari Ubaidullah, Malik, dan Ibnu Juraij, dari Al-Maqburi, dari Ubaid bin Juraij, dia berkata, aku berkata kepada Ibnu Umar, “Aku pernah melihatmu memakai sandal sibtiyyah (terbuat dari kulit sapi) dan kamu berwudhu dengan mengenakannya.” Dia menjawab, “Aku pernah melihat Rasulullah saw. berwudhu dengan mengenakannya.”

Hadis No. 116 Sunan An-Nasa’i

0
Sunan An-Nasa'i
Sunan An-Nasa'i

Hadispedia.id – Al-Imam An-Nasa’i berkata dalam Sunan-nya pada kitab bersuci bab batasan basuhan,

أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ السَّرْحِ وَالْحَارِثُ بْنُ مِسْكِينٍ قِرَاءَةً عَلَيْهِ وَأَنَا أَسْمَعُ وَاللَّفْظُ لَهُ، عَنِ ابْنِ وَهْبٍ، عَنْ يُونُسَ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، أَنَّ عَطَاءَ بْنَ يَزِيدَ اللَّيْثِيَّ، أَخْبَرَهُ أَنَّ حُمْرَانَ مَوْلَى عُثْمَانَ أَخْبَرَهُ: أَنَّ عُثْمَانَ دَعَا بِوَضُوءٍ «فَتَوَضَّأَ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ، ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْمِرْفَقِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ، ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْكَعْبَيْنِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ». ثُمَّ قَالَ: «رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا». ثُمَّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ لَا يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Ahmad bin Amr bin As-Sarh dan Al-Haris bin Miskin telah mengabarkan kepada kami yang dibacakan kepadanya dan saya mendengarkan dan redaksi hadis adalah miliknya, dari Yunus, dari Ibnu Syihab, bahwa Atha’ bin Yazid Al-Laitsi telah mengabarkan kepadanya, Humran yakni bekas hamba sahaya Usman telah mengabarkan kepadanya bahwa Usman meminta air wudhu, lalu beliau berwudhu, membasuh kedua telapak tangannya tiga kali, kemudian berkumur dan istinsyaq, lalu membasuh wajahnya tiga kali, membasuh tangan kanannya sampai siku-siku tiga kali, membasuh tangan kirinya seperti itu juga, mengusap kepalanya, membasuh kaki kanannya sampai mata kaki tiga kali, lalu membasuh kaki kirinya seperti itu juga. Kemudian beliau berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah saw. berwudhu sebagaimana cara wudhuku ini.” Dia berkata juga bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang berwudhu seperti wudhuku ini, kemudian dia shalat dua rakaat yang dia tidak mengajak dirinya sendiri untuk berbicara di dalam dua rakaat itu (konsentrasi), maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”

Abu Hurairah, sahabat paling banyak meriwayatkan hadis

0
Sosok Abu Hurairah ra, Sahabat Nabi SAW
Sosok Abu Hurairah ra, Sahabat Nabi SAW

Jonathan Brown mencatat lewat buku Hadith Muhammad’s Legacy in the Medieval and Modern World, bahwa Ignas Goldziher merupakan seorang orientalis yang kritis dan meragukan autentisitas hadits Nabi Muhammad. Ia mengkaji sejarah klasik Islam dengan pendekatan skeptis.

Orientalis asal Hungaria itu menjelaskan posisi sebagai bukti otentik Islam sangat lemah.  Pasalnya, hadits lebih mengedepankan tradisi lisan, sehingga diragukan autentisitasnya. Toh tradisi tulisan belum begitu berkembang di jazirah Arab saat itu.

Salah satu juga yang menyebabkan Ignas Goldziher meragukan keotensitas hadis adalah kevaliditan hadis dari Abu Hurairah. Pasalnya, sahabat Nabi ini meriwayatkan hadis dari Rasullullah lewat dari 5000 hadis. Jumlah fantastis.

Jauh lebih banyak dari istri Nabi sendiri, Aisyah binti Abu Bakar. Aisyah yang senantiasa menemani Rasul hingga menutup usia, kalah jumlah periwayatan hadis dari Abu Hurairah. Pun jauh lebih banyak juga dengan orang terdekat Rasulullah, Abu Bakar Ash Siddik. Yang dalam sejarah dijelaskan, Abu Bakar Islam pada periode awal kenabian. Sejak Nabi masih di Mekah.

Yang menarik juga, Abu Hurairah ini, belakangan masuk Islam. Di sebutkan dalam kitab Tabaqat al-Kubra karya Ibnu Sa’ad bahwa ia memeluk agama Islam pada tahun 7 Hijriyah, setelah perang Khaibar.

Artinya, Abu Hurairah itu masuk Islam pada saat Nabi telah hijrah dan menetap di Madinah selama 7 tahun. Pun ia hanya bertemu sekitar 3 sampai 4 tahun dengan Rasulullah. Pasalnya, Nabi meninggal pada 10 atau 11 Hijriah.

Alasan Abu Hurairah Banyak Meriwayatkan Hadis

Mengomentari persoalan banyaknya hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, peneliti hadis dari El Bukhari Institute, Khoirul Huda menjelaskan bahwa Abu Hurairah adalah sahabat yang fokus mengikuti pelbagai majelis Rasulullah. Ia tidak pernah absen.

Dalam sebuah riwayat dijelaskan, Abu Hurarirah adalah seorang pendatang miski dari Yaman. Ia di Madinah sebagai ahli suffah. Yang tidak ada pekerjaan. Ia hanya fokus mengikuti pelbagai forum Rasulullah.

Hal itu berbeda dengan sahabat Muhajirin lain,  yang datang dari Mekah kebanyakan adalah pedagang. Para sahabat lain,  lebih banyak mengurusi profesinya. Tidak dengan Abu Hurairah,  sebab tak ada pekerjaan lain, ia memiliki banyak waktu luang.

Selain itu, Abu Hurairah merupakan sahabat yang mendapat tabarruk dari Nabi. Ia langsung didoakan Nabi untuk kuat dalam hafalan. Al Kisah, dalam salah satu majelis. Nabi bersabda, bagi orang yang ingin kuat hafalannya, maka bentangkan sorban kalian. Lalu didoakan oleh Rasulullah. Usai berdoa, lalu  serban itu diusapkan.

Setelah itu, sahabat Abu Hurairah tidak mudah lupa. Dan kuat hafalan. Sebab mendapatkan doa langsung dari Nabi. Hal itulah yang membuat ia mendapatkan keistimewaan dalam hal kuat hafalan dan tidak mudah lupa.

Kendati tradisi tulisan belum begitu marak, tapi patut dicatat bahwa orang Arab seperti Abu Hurairah memang kuat dalam hafalan. Hal itu terbukti dalam pelbagai penelitian mutakhir.

Tulisan ini pernah dipublikasikan di Bincang Syariah

Hadis No. 115 Sunan An-Nasa’i

0
Sunan An-Nasa'i
Sunan An-Nasa'i

Hadispedia.id – Al-Imam An-Nasa’i berkata dalam Sunan-nya pada kitab bersuci bab jumlah basuhan kedua kaki,

أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ آدَمَ، عَنِ ابْنِ أَبِي زَائِدَةَ قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي، وَغَيْرُهُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ أَبِي حَيَّةَ الْوَادِعِيِّ قَالَ: رَأَيْتُ عَلِيًّا تَوَضَّأَ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلَاثًا وَتَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ ثَلَاثًا، وَغَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثًا، وَذِرَاعَيْهِ ثَلَاثًا ثَلَاثًا وَمَسَحَ بِرَأْسِهِ، وَغَسَلَ رِجْلَيْهِ ثَلَاثًا ثَلَاثًا. ثُمَّ قَالَ: هَذَا وُضُوءُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Muhammad bin Adam telah mengabarkan kepada kami, dari Ibnu Abi Zaidah, beliau berkata, ayahku dan selainnya telah menceritakan kepadaku, dari Abu Ishaq, dari Abu Hayyah Al-Wadi’i, dia berkata, “Aku pernah melihat Ali r.a. berwudhu lalu dia membasuh kedua telapak tangan tiga kali, berkumur dan beristinsyaq tiga kali, membasuh wajahnya tiga kali, kedua lengannya tiga kali tiga kali, mengusap kepalanya, dan membasuh kedua kakinya tiga kali tiga kali. Kemudian beliau berkata, “Inilah cara wudhu Rasulullah saw.”

Hadis No. 68 Shahih Muslim

0
Shahih Muslim
Shahih Muslim

Hadispedia.id – Al-Imam ِAbu Al-Husain Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi berkata dalam Shahih-nya kitab Al-Iman bab penjelasan tentang tiga hal yang membuat seseorang merasakan manisnya iman,

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى، وَابْنُ بَشَّارٍ، قَالَا: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، قَالَ: سَمِعْتُ قَتَادَةَ، يُحَدِّثُ عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ طَعْمَ الْإِيمَانِ: مَنْ كَانَ يُحِبُّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ، وَمَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَمَنْ كَانَ أَنْ يُلْقَى فِي النَّارِ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَرْجِعَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ

Muhammad bin Al-Mutsanna dan Ibnu Basysyar telah menceritakan kepada kami mereka berkata, Muhammad bin Ja’far telah menceritakan kepada kami, dia berkata, Syu’bah telah menceritakan kepada kami, dia berkata, aku mendengar Qatadah bercerita dari Anas, dia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Tiga perkara yang jika itu ada pada seseorang, maka dia akan merasakan manisnya iman; orang yang mencintai seseorang yang dia tidak mencintainya kecuali karena Allah, orang yang mana Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai dari pada selain keduanya, dan orang yang dia dimasukkan ke dalam neraka lebih dia cintai dari pada dia kembali ke dalam kekufuran setelah Allah menyelamatkannya dari kekufuran itu.”

حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ مَنْصُورٍ، أَنْبَأَنَا النَّضْرُ بْنُ شُمَيْلٍ، أَنْبَأَنَا حَمَّادٌ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنَحْوِ حَدِيثِهِمْ غَيْرَ أَنَّهُ قَالَ: مِنْ أَنْ يَرْجِعَ يَهُودِيًّا أَوْ نَصْرَانِيًّا

Ishaq bin Manshur telah menceritakan kepada kami, dia berkata, An-Nadhr bin Syumail telah memberitakan kepada kami, dia berkata Hammad telah memberitakan kepada kami, dari Tsabit, dari Anas, dia berkata, Rasulullah saw. bersabda dengan sebagaimana hadis mereka, hanya saja dia menyebutkan, “Dari pada dia kembali dalam keadaan Yahudi atau Nasrani.”

Hadis No. 67 Shahih Muslim

0
Shahih Muslim
Shahih Muslim

Hadispedia.id – Al-Imam ِAbu Al-Husain Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi berkata dalam Shahih-nya kitab Al-Iman bab penjelasan tentang tiga hal yang membuat seseorang merasakan manisnya iman,

حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، وَمُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ أَبِي عُمَرَ، وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، جَمِيعًا عَنْ الثَّقَفِيِّ، قَالَ ابْنُ أَبِي عُمَرَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ، عَنْ أَيُّوبَ، عَنْ أَبِي قِلَابَةَ، عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ: مَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

Ishaq bin Ibrahim, Muhammad bin Yahya bin Abu Umar, dan Muhammad bin Basyar telah menceritakan kepada kami, semuanya dari Ats-Tsaqafi, Ibnu Abi Umar berkata, Abdul Wahhab telah menceritakan kepada kami, dari Ayyub, dari Abu Qilabah, dari Anas, dari Nabi saw., beliau bersabda, “Tiga perkara jika itu ada pada seseorang, maka ia akan merasakan manisnya iman; orang yang mana Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai dari pada selain keduanya, mencintai seseorang yang ia tidak mencintainya kecuali karena Allah, dan dia benci kembali ke dalam kekufuran setelah Allah menyelamatkannya dari kekufuran itu sebagaimana dia benci untuk dimasukkan ke dalam neraka.”

10 Keistimewaan Sayyidah ‘Aisyah RA

0
Sayyidah Aisyah
Sayyidah Aisyah

Terdapat banyak keistimewaan Sayyidah ‘Aisyah. Ia merupakan salah satu istri Nabi yang meriwayatkan banyak hadis. ia adalah putri dari sahabat Abu Bakar al-Shiddiq. Dari banyak keutamaan beliau, tulisan ini akan menjelaskan 10 Keistimewaan Sayyidah ‘Aisyah RA.

Tak terhitung banyak sekali keutamaan lain yang dimiliki oleh Sayyidah Aisyah sebagaimana yang termaktub dalam berbagai riwayat. Di antaranya adalah sabda Nabi Saw:

فَضْلُ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ

“Keutamaan Aisyah terhadap wanita-waita lain bagaikan keutamaan makanan tsarid dibandingkan seluruh makanan lain”. (Muttafaq alaih)

Tsarid adalah sejenis makanan yang terbuat dari daging dan roti yang dibuat bubur dan berkuah. Makanan ini termasuk menu terenak pada saat itu dan ini sekaligus menunjukkan bagaimana utamanya Aisyah dibanding perempuan lain.

Selain itu, dalam kitab Siyar A’lam an-Nubala disebutkan bahwa setidaknya ada 9 keistimewaan yang dimiliki oleh Sayyidah Aisyah dan tidak dimiliki oleh perempuan lain. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Aisyah r.a.:

“Sungguh diriku telah dianugerahi 9 hal yangmana tidak pernah diberikan kepada perempuan manapun setelah Maryam binti Imran”

Adapun 9 keistimewaan tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama. Setelah Khadijah r.a. wafat, Malaikat Jibril a.s. mendatangi Nabi Saw dan membawa bayangan Aisyah dalam mimpi Rasulullah Saw, kemudian ia menyampaikan perihal pernikahan Rasulullah Saw dengannya. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah Saw berkata kepada Aisyah r.a.:

أُرِيتُكِ فِى الْمَنَامِ ثَلاَثَ لَيَالٍ جَاءَنِى بِكِ الْمَلَكُ فِى سَرَقَةٍ مِنْ حَرِيرٍ فَيَقُولُ هَذِهِ امْرَأَتُكَ. فَأَكْشِفُ عَنْ وَجْهِكِ فَإِذَا أَنْتِ هِىَ فَأَقُولُ إِنْ يَكُ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ يُمْضِهِ

“Dulu kamu diperlihatkan kepadaku selama tiga malam dalam mimpiku. Seorang malaikat datang membawamu kepadaku dengan beragam sutera. Malaikat itu berkata, “Hai Muhammad, inilah isterimu!” Kemudian aku buka cadar wajahmu dan ternyata itu adalah kamu. Maka aku katakan: “Jika mimpi ini berasal dari Allah, niscaya Dia pasti akan merealisasikannya.” (Muttafaq Alaih)

Baca Juga:  Ibu Membunuh 3 Anak di Brebes Karena Suami Sering Menganggur: Ini Kewajiban Suami dalam Islam

Kedua. Aisyah adalah satu-satunya istri Rasulullah Saw yang beliau nikahi dan masih berstatus gadis. Berbeda halnya dengan istri-istri beliau yang lain yang beliau nikahi dan berstatus janda.

Ketiga. Rasulullah Saw wafat dalam pangkuan Aisyah. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah r.a. disebutkan:

إِنْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيَتَعَذَّرُ فِي مَرَضِهِ أَيْنَ أَنَا الْيَوْمَ أَيْنَ أَنَا غَدًا اسْتِبْطَاءً لِيَوْمِ عَائِشَةَ فَلَمَّا كَانَ يَوْمِي قَبَضَهُ اللَّهُ بَيْنَ سَحْرِي وَنَحْرِي وَدُفِنَ فِي بَيْتِي

“Ketika Rasulullah Saw tengah sakit (beliau bertanya): “dimana aku hari ini dan dimana keesokannya?”, saat itu rupanya beliau menginginkan berlama-lama dengan Aisyah r.a. Saat tiba hari giliranku, Allah mencabut nyawa beliau yang saat itu tengah berada dalam dekapan dadaku dan pangkuanku, lalu beliau dikebumikan di rumahku”. (HR. Bukhari)

Empat. Rasulullah Saw dimakamkan di kediaman Aisyah berdampingan dengan kedua sahabat dan khalifah beliau; Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. dan Umar bin Khattab r.a..

Lima. Wahyu turun dan Aisyah tengah membersamai Rasulullah Saw dalam selimut. Hal ini menunjukkan bahwa rumah Aisyah dilindungi oleh malaikat. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi Saw berkata kepada istri beliau; Ummu Salamah r.a.:

يَا أُمَّ سَلَمَةَ لَا تُؤْذِينِي فِي عَائِشَةَ فَإِنَّهُ وَاللَّهِ مَا نَزَلَ عَلَيَّ الْوَحْيُ وَأَنَا فِي لِحَافِ امْرَأَةٍ مِنْكُنَّ غَيْرِهَا

“Wahai Ummu Salamah, janganlah kamu sakiti aku dalam masalah Aisyah. Karena demi Allah, tidak ada wahyu yang turun kepadaku saat aku dalam selimut seorang istri diantara kalian kecuali dia (Aisyah)”. (HR. Bukhari)

Enam. Aisyah adalah putri dari sahabat terdekat dan khalifah rasul yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a.

Tujuh. Allah Swt membebaskan Aisyah dari fitnah keji yang dilontarkan oleh orang-orang munafik. Allah Swt berfirman:

Baca Juga:  Tips Memiliki Tubuh Ideal Dari Sayyidah Aisyah

إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ مَا اكْتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ وَالَّذِي تَوَلَّى كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar“. (An-Nur: 11)

Menurut al-Nawawi dalam Syarh Muslim-nya: pembebasan Aisyah dari fitnah yang ditujukan kepadanya merupakan pembebasan yang bersifat qath’i karena berdasarkan nash al-Quran, apabila ada orang yang meragukan hal tersebut maka ia telah kafir lagi murtad. Hal ini sebagaimana ijma’ para ulama.

Delapan. Aisyah diciptakan dalam rupa yang baik dan dari keturunan yang baik pula.

Sembilan. Allah Swt telah menjanjikan ampunan dan rezeki bagi Aisyah r.a. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa ia adalah istri Rasulullah Saw baik di dunia maupun di akhirat.

هِيَ زَوْجَتُهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ يَعْنِي عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا

“Ia adalah istri beliau (Rasulullah Saw) di dunia dan akhirat, yaitu Aisyah r.a.”. (HR. Tirmidzi)

Selain kesembilan keistimewaan yang sudah disebutkan di atas, ada keistimewaan lain yang dimiliki oleh Sayyidah Aisyah dan ini menjadi keistimewaan yang ke-10 yang ia miliki dan tak dimiliki perempuan lain.

Sepuluh. Aisyah adalah salah satu sahabat perempuan yang meriwayatkan hadis. Tak kurang dari 2210 yang Aisyah riwayatkan. Beliau menempati posisi keempat perawi paling banyak meriwayatkan hadis dari Rasulullah atau dari para sahabat senior lainnya. Kepakarannya dalam periwayatan hadis tidak diragukan, beliau juga tak segan mengoreksi hadis-hadis yang salah.

Tulisan ini pernah dipublikasikan di Bincang Muslimah

Ummu Salamah, Istri Rasulullah Saw

0
Perempuan Terbaik di Kalangan Tabi'in
Perempuan Terbaik di Kalangan Tabi'in

Salah satu soso istri Rasulullah yang meriwayatkan banyak hadis dan ahli dalam bidang fiqh adalah Ummu Salamah. Nama aslinya adalah Hindun. Berikut ini biografi singkat tentang Ummu Salamah.

Ummu Salamah terlahir dari pasangan Hudzaifah Abi Umayyah bin al-Mughirah al-Makhzumi (seorang dermawan yang suka memberi bantuan bekal kepada musafir hingga mendapat julukan zad al-rakbi) dan Atikah bin amir bin rabiah dari kalangan yang bagus nasabnya.

Selain mendapat gelar Ummul mukminin, ia juga disebut al-Sayyidah, al-Muhajjibah, al-Thahirah. Sosok yang memiliki paras cantik ini adalah termasuk sahabat wanita yang pertama kali hijrah ke Habasyah dan Madinah. Sebelum menikah dengan Rasulullah, ia telah menikah dengan Abi Salamah bin abdul asad al-makhzumi, pria shaleh yang menjadi saudara radha’ (persusuan) Nabi Saw. dan dikaruniai putra yang juga tergolong sahabat nabi, yaitu: Umar, Salamah, durrah dan Zainab.

Sebelum meninggal dan menjadi syuhada’ Badar, mantan suaminya, Abu Salamah, pernah berdoa: “Ya Allah setelah aku wafat, berikanlah rezeki Ummu Salamah seorang laki-laki yang lebih baik dariku, yang tidak pernah membuatnya sedih dan menyakitinya.” “Siapakah gerangan yang dimaksud Abu Salamah?” gumam Ummu Salamah setelah wafatnya suaminya itu.

Tak lama berselang setelah melaksanakan iddahnya, Ummu salamah dilamar oleh Abu Bakar, namun ia menolaknya. Umar pun datang untuk melamar pula, lagi-lagi Ummu Salamah menolaknya juga. Kemudian Rasulullah saw. datang dan berbicara dengan Ummu Salamah bersekat hijab penghalang mereka berdua, lalu Rasulullah Saw. melamarnya.

Ia berkata: “Apa yang engkau inginkan dariku? aku hanyalah wanita tua, aku ibu dari anak-anak yatim, dan sangat pencemburu, sedangkan engkau memiliki banyak istri.” Rasulullah saw. pun menjawab:

“Sifat cemburu itu akan dihilangkan oleh Allah, sedangkan masalah umur, maka aku yang lebih tua darimu, dan anak-anak yatimmu adalah tanggung jawab Allah dan Rasul-Nya, maka Ummu Salamahpun memberikan izin Rasulullah Saw. untuk menikahinya pada tahun 2 Hijriyyah di bulan Syawal.

Setelah menikah dengan Rasulullah Saw, otomatis ia memiliki waktu yang cukup banyak bersama beliau. Kesempatan emas ini dimanfaatkan benar oleh Ummu Salamah untuk merekam sabda-sabda Rasulullah saw. dan tindakan yang dilakukannya, sehingga ia pun tergolong sahabat perempuan yang memiliki kiprah dalam periwayatan hadis yang luar biasa dan ahli di bidang fiqh.

Tidak kurang dari 378 hadis Rasulullah saw. telah ia ajarkan kepada murid-muridnya seperti Said bin al-Musaiyyib, Mujahid, al-Sya’bi dan Nafi’ maula Ibnu Umar. Ia adalah  adalah istri Nabi yang terakhir meninggal dunia. Dia dianugrahkan berumur panjang, hingga ia menyaksikan pembunuhan Husain.

Saat itu ia diam tak bisa berkata-kata karena marah, sampai membuatnya pingsan tak sadarkan diri. Perasaannya yang lembut membuatnya sedih sekali melihat kejadian itu. Dia menangis dan Salma salah seorang tabiin perempuan menghampirinya untuk menanyakan keadaanya:

“Kenapa kamu menangis?” “Aku bermimpi Rasulullah Saw. namun kepala dan jenggotnya berdebu, lalu aku bertanya “Apa yang terjadi ya Rasulullah Saw.?,”, “Sungguh aku telah menyaksikan pembunuhan Husain tadi.”

Istri Rasulullah tahu benar betapa Rasulullah saw. sangat mencintai anak dan cucunya, karena suatu ketika turun ayat 33 surah al-Ahzab di rumahnya (Innama yuridu Allahu liyudzhiba ankum al-Rijza Ahlal baiti) Rasulullah Saw. pun mengatakan bahwa Fathimah, Ali, Hasan dan Husain adalah ahlul bait ku, kemudian ia pun berkata: “Wahai Rasulullah Saw, apakah aku juga termasuk ahlul baitmu? “Iya pasti, insya Allah” jawab Rasulullah melegakan Ummu Salamah.

Tak lama setelah pristiwa pembantaian Husain, cucu Rasulullah Saw. itu Ummu Salamah pun menyusul menghadap kehadirat Allah Swt juga. di usianya yang ke 90, tahun 61 H dan dimakamkan di Baqi ketika masa khalifah Yazid bin muawiyyah’.

Tulisan ini pernah dipublikasikan di BincangMuslimah.Com