Beranda blog Halaman 66

Hadis No. 19 Sunan Abi Daud

0
Sunan Abu Daud
Sunan Abu Daud

Hadispedia.id – ِAl-Imam Abu Daud; Sulaiman bin Al-Asy’ats berkata di dalam kitab Sunan-nya pada bab menjaga kebersihan setelah kencing,

حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَهَنَّادُ بْنُ السَّرِيِّ قَالَا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ قَالَ سَمِعْتُ مُجَاهِدًا يُحَدِّثُ عَنْ طَاوُسٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى قَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا يُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا هَذَا فَكَانَ لَا يَسْتَنْزِهُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا هَذَا فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ دَعَا بِعَسِيبٍ رَطْبٍ فَشَقَّهُ بِاثْنَيْنِ ثُمَّ غَرَسَ عَلَى هَذَا وَاحِدًا وَعَلَى هَذَا وَاحِدًا وَقَالَ لَعَلَّهُ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا قَالَ هَنَّادٌ يَسْتَتِرُ مَكَانَ يَسْتَنْزِهُ حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَعْنَاهُ قَالَ كَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ وَقَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ يَسْتَنْزِهُ

Zuhair bin Harb dan Hannad bin As-Sari telah menceritakan kepada kami, mereka berkata, Waki’ telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Al-A’masy telah menceritakan kepada kami, ia berkata, aku mendengar Mujahid menceritakan dari Thawus dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Rasulullah saw. pernah melewati dua kuburan, lalu bersabda, ‘Sesungguhnya keduanya sedang diazab, dan keduanya tidak diazab karena dosa besar. Adapun yang ini, maka karena ia tidak sempurna bersucinya dari kencing, sedangkan yang ini, karena dia berjalan dengan namimah (adu domba/fitnah).” Kemudian beliau menyuruh seseorang mengambil dahan kurma basah, lalu dibelah menjadi dua, kemudian beliau menanamkannya pada kuburan ini dan menanamkan satunya pada kuburan yang lain, dan beliau bersabda, “Semoga ia dapat meringankan keduanya selama ia belum kering.” Hannad meriwayatkan dengan lafadz yastatir pada tempat yastanzih. Usman bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami, Jarir telah menceritakan kepada kami, dari Manshur dari Mujahid, dari Ibnu Abbas, dari Nabi saw. yang semakna dengan lafadz di atas, ia menyebutkan, “Dia tidak menutup diri dari kencingnya.” Sedangkan Mu’awiyah menyebutkan, “Dia tidak bersuci.”

Hadis No. 18 Sunan Abi Daud

0
Sunan Abu Daud
Sunan Abu Daud

Hadispedia.id – ِAl-Imam Abu Daud; Sulaiman bin Al-Asy’ats berkata di dalam kitab Sunan-nya pada bab cincin yang ada ukiran nama Allah dibawa masuk ke dalam WC,

حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ أَبِي عَلِيٍّ الْحَنَفِيِّ عَنْ هَمَّامٍ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَنَسٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْخَلَاءَ وَضَعَ خَاتَمَهُ قَالَ أَبُو دَاوُد هَذَا حَدِيثٌ مُنْكَرٌ وَإِنَّمَا يُعْرَفُ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ عَنْ زِيَادِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّخَذَ خَاتَمًا مِنْ وَرِقٍ ثُمَّ أَلْقَاهُ وَالْوَهْمُ فِيهِ مِنْ هَمَّامٍ وَلَمْ يَرْوِهِ إِلَّا هَمَّامٌ

Nasr bin Ali telah menceritakan kepada kami, dari Abu Ali Al-Hanafi, dari Hammam, dari Ibnu Juraij, dari Az-Zuhri, dari Anas, ia berkata, “Nabi saw. apabila hendak masuk WC, beliau meletakkan cincinnya.” Abu Daud berkata, “Ini hadis Munkar, hanya diketahui dari Ibnu Juraij, dari Ziyad bin Sa’d dari Az-Zuhri, dari Anas bahwasannya Nabi saw. menggunakan cincin dari perak, kemudian beliau membuangnya. Kekeliruan di sini dari Hammam. Hadis ini tidak ada yang meriwayatkannya kecuali Hammam.”

Hadis No. 17 Sunan Abi Daud

0
Sunan Abu Daud
Sunan Abu Daud

Hadispedia.id – ِAl-Imam Abu Daud; Sulaiman bin Al-Asy’ats berkata di dalam kitab Sunan-nya pada bab seseorang berdzikir kepada Allah saat dalam kondisi tidak suci?,

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي زَائِدَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ خَالِدِ بْنِ سَلَمَةَ يَعْنِي الْفَأْفَاءَ عَنْ الْبَهِيِّ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى كُلِّ أَحْيَانِهِ

Muhammad bin Al-‘Ala’ telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Ibnu Abi Zaidah telah menceritakan kepada kami, dari ayahnya, dari Khalid bin Salamah yakni Al-Fa’fa’, dari Al-Bahi, dari ‘Urwah, dari Aisyah, ia berkata, “Rasulullah saw. selalu berdzikir kepada Allah Azza Wa Jalla dalam setiap kondisi beliau.”

Hadis No. 16 Sunan Abi Daud

0
Sunan Abu Daud
Sunan Abu Daud

Hadispedia.id – ِAl-Imam Abu Daud; Sulaiman bin Al-Asy’ats berkata di dalam kitab Sunan-nya pada bab apakah boleh menjawab salam saat sedang kencing?,

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى حَدَّثَنَا سَعِيدٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ حُضَيْنِ بْنِ الْمُنْذِرِ أَبِي سَاسَانَ عَنْ الْمُهَاجِرِ بْنِ قُنْفُذٍ أَنَّهُ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَبُولُ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ حَتَّى تَوَضَّأَ ثُمَّ اعْتَذَرَ إِلَيْهِ فَقَالَ إِنِّي كَرِهْتُ أَنْ أَذْكُرَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا عَلَى طُهْرٍ أَوْ قَالَ عَلَى طَهَارَةٍ

Muhammad bin Al-Mutsanna telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Abdul A’la telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Sa’id telah menceritakan kepada kami, dari Qatadah, dari Al-Hasan, dari Hudhain bin Al-Mundzir Abi Sasan dari Al-Muhajir bin Qunfudz, bahwasannya ia pernah menemui Nabi saw. ketika beliau sedang buang air kecil, lalu ia mengucapkan salam kepada beliau, namun beliau tidak menjawab salamnya hingga berwudhu’, kemudian beliau meminta maaf seraya bersabda, “Sesungguhnya aku tidak suka menyebut Nama Allah Ta’ala kecuali dalam keadaan suci.”

Hadis No. 15 Sunan Abi Daud

0
Sunan Abu Daud
Sunan Abu Daud

Hadispedia.id – ِAl-Imam Abu Daud; Sulaiman bin Al-Asy’ats berkata di dalam kitab Sunan-nya pada apakah boleh menjawab salam saat sedang kencing?,

حَدَّثَنَا عُثْمَانُ وَأَبُو بَكْرِ ابْنَا أَبِي شَيْبَةَ قَالَا حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ الضَّحَّاكِ بْنِ عُثْمَانَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ مَرَّ رَجُلٌ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَبُولُ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ قَالَ أَبُو دَاوُد وَرُوِيَ عَنْ ابْنِ عُمَرَ وَغَيْرِهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَيَمَّمَ ثُمَّ رَدَّ عَلَى الرَّجُلِ السَّلَامَ

Usman dan Abu Bakr (keduanya) putra Abi Syaibah telah menceritakan kepada kami, mereka berkata, Umar bin Sa’d telah menceritakan kepada kami dari Sufyan dari Ad-Dhahhak bin Usman dari Nafi’ dari Ibnu Umar, ia berkata, “Ada seorang laki-laki yang melewati Nabi saw. saat beliau sedang buang air kecil. Lalu, ia mengucapkan salam kepada beliau, namun beliau tidak menjawabnya.” Abu Daud berkata, “Diriwayatkan dari Ibnu Umar dan selainnya, bahwasannya Nabi saw. bertayammum, kemudian beliau menjawab salam laki-laki tersebut.”

Hadis No. 14 Sunan Abi Daud

0
Sunan Abu Daud
Sunan Abu Daud

Hadispedia.id – ِAl-Imam Abu Daud; Sulaiman bin Al-Asy’ats berkata di dalam kitab Sunan-nya pada bab makruhnya bicara saat buang hajat,

حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ بْنِ مَيْسَرَةَ حَدَّثَنَا ابْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا عِكْرِمَةُ بْنُ عَمَّارٍ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ هِلَالِ بْنِ عِيَاضٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبُو سَعِيدٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَخْرُجْ الرَّجُلَانِ يَضْرِبَانِ الْغَائِطَ كَاشِفَيْنِ عَنْ عَوْرَتِهِمَا يَتَحَدَّثَانِ فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَمْقُتُ عَلَى ذَلِكَ قَالَ أَبُو دَاوُد هَذَا لَمْ يُسْنِدْهُ إِلَّا عِكْرِمَةُ بْنُ عَمَّارٍ

Ubaidullah bin Umar bin Maisarah telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Ibnu Mahdi telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Ikrimah bin ‘Ammar telah menceritakan kepada kami, dari Yahya bin Abu Katsir, dari Hilal bin ‘Iyadh, ia berkata, Abu Sa’id telah menceritakan kepadaku, ia berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah dua orang laki-laki pergi ke tempat buang hajat dalam keadaan membuka aurat keduanya, lalu bercakap-cakap, karena sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla membenci demikian.” Abu Daud berkata, “Kalimat ini hanya diisnadkan oleh Ikrimah bin ‘Ammar.”

Perawi Hadis yang Penisbatan Namanya Tidak Sesuai Ekspektasi

0
Perawi Hadis
Perawi Hadis

Hadispedia.id – Para perawi hadis umumnya menyematkan nisbat di belakang namanya dengan nama kota kelahirannya, seperti Imam Al-Bukhari. Nama beliau adalah Muhammad bin Isma’il. Sedangkan Al-Bukhari dinisbatkan pada nama kota kelahirannya Bukhara.

Ada juga sejumlah perawi hadis yang namanya dinisbatkan pada nama tempat, peperangan, kabilah, atau pekerjaaan tertentu, namun penisbatan itu tidak sesuai ekspektasi. Artinya, mereka dinisbatkan kepada nisbat tersebut karena ada kejadian tertentu, tempat tertentu, tempat pekerjaan tertentu, atau sebab lainnya.

Pembahasan ini menjadi bahasan khusus dalam kajian ilmu hadis. Menurut Dr. Mahmud Thahhan dalam kitab Taisir Musthalah Al-Hadis faidah pembahasan ini adalah untuk mengetahui tentang nisbat-nisbat yang tidak sebenarnya, melainkan hanya nisbat yang disematkan karena kasus tertentu. Sekaligus untuk mengetahui kejadian atau sebab yang karenanya ia dinisbatkan kepadanya.

Baca juga: Kitab-Kitab Populer dalam Ilmu Hadis

Di antara contoh nama perawi hadis yang dinisbatkan pada nama yang tidak sesuai ekspektasi dijelaskan di dalam kitab Taqrib karya Imam An-Nawawi sebagai berikut:

  1. Abu Mas’ud Al-Badri, menurut mayoritas ulama ia tidak pernah ikut perang Badar. Ia dinisbatkan ke Badar karena memang ia pernah tinggal di daerah Badar.
  2. Sulaiman At-Taimi. Ia adalah orang yang yang pernah tinggal di daerah Taim, tapi ia bukan dari klan Taim.
  3. Abu Khalid Ad-Dalani. Ia dinisbatkan demikian karena ia pernah tinggal di daerah Dalan. Ia sendiri berasal dari daerah Hamadan dan bermarga suku Asad. Bahkan ia menjadi pemimpin Bani Asad.
  4. Ibrahim Al-Khuz. Ia bukan berasal dari Khuz, tetapi ia pernah tinggal di daerah itu pada saat berada di Makkah.
  5. Abdul Malik Al-Arzami. Ia dinisbatkan demikian karena ia pernah tinggal di Kabilah Jabbanah Arzam, satu daerah yang berada di wilayah Farazah, Kufah.
  6. Muhammad bin Sinan Al-Awaqi. Ia adalah seorang Bahil yang bernah tinggal di daerah Awaqah. Ia sendiri berasal dari klan Abdul Qais.
  7. Ahmad bin Yusuf As-Sulami yang hadisnya pernah diriwayatkan oleh Imam Muslim. Ia berasal dari kabilah Azd dan ibunya berasal dari kabilah Sulami.
  8. Abu Amr bin Nujaid As-Sulami. Ia sama dengan nama sebelumnya, karena ia cucu dari Ahmad bin Yusuf.
  9. Abu Abdirrahman As-Sulami As-Shufi. Karena kakeknya adalah paman dari Ahmad bin Yusuf, sedang ibunya anak dari Abu ‘Amr yang disebutkan di atas.
  10. Miqsam, orang yang disebut sebagai budak Ibnu Abbas. Ia disebut demikian karena kemanapun ia selalu bersama Ibnu Abbas. Padahal ia adalah budak Abdullah bin Harits.
  11. Yazid Al-Faqir. Ia disebut demikian karena ia mampunyai penyakit di tulang belakangnya.
  12. Khalid Al-Hadzdza’ (si tukang sol sepatu). Ia sebenarnya bukan tukang sol sepatu. Ia mendapat julukan itu karena ia sering nongkrong di tempat mangkal tukang sol sepatu.

Baca juga: Perawi Hadis yang Namanya Tidak Dinisbatkan kepada Nama Ayahnya

Kitab yang paling terkenal membahas hal ini adalah kitab Al-Ansab karya As-Sam’ani dan telah diringkas oleh Ibnu Al-Atsir dalam kitab yang diberi judul Al-Lubab fi Tahdzib Al-Ansab. Lalu, diringkas lagi oleh imam As-Suyuthi dengan kitab yang berjudul Lubb Al-Lubab.

Perawi Hadis yang Namanya Tidak Dinisbatkan kepada Nama Ayahnya

0
Perawi Hadis yang Namanya Tidak Dinisbatkan kepada Ayahnya
Perawi Hadis yang Namanya Tidak Dinisbatkan kepada Ayahnya

Hadispedia.id – Umumnya, nama seseorang dinisbatkan kepada nama ayahnya. Seperti, Nama Ali bin Abi Thalib. Abu Thalib adalah ayah dari sayyidina Ali karramallahu wajhah. Namun, ada perawi hadis yang namanya lebih terkenal dinisbatkan kepada bukan ayahnya. Baik dinisbatkan kepada yang bersifat dekat, seperti kepada ibu dan kakek, atau yang bersifat asing seperti kepada pengasuhnya atau semisalnya.

Pengetahuan tentang nama perawi yang dinisbatkan tidak kepada nama ayahnya penting diketahui oleh para pengkaji hadis. Hal ini disebabkan karena agar tidak terjadi persangkaan adanya dua perawi yang berbeda ketika ia dinisbatkan kepada nama ayahnya.

Imam Nawawi di dalam kitab At-Taqrib wa At-Taisir li Ma’rifati Sunan Al-Basyir An-Nadzir menjelaskan bahwa terkait hal ini ada empat kategori:

  1. Perawi yang dinisbatkan kepada nama ibunya. Seperti Mu’adz, Mu’awidz, dan Audz. Ketiga orang ini berasal dari Bani ‘Afra’. Sedangkan nama ayah mereka adalah Al-Harits. Begitu pula Bilal bin Hamamah (Bilal putranya ibu Hamamah), nama ayahnya adalah Rabah. Suhail, Sahl, dan Shafwan dari suku Baidha’. Ayah mereka adalah Wahb. Syurahbil bin Hasanah, nama ayahnya adalah Abdullah bin Mutha’. Abdullah bin Buhainah, nama ayahnya adalah Malik. Muhammad bin Al-Hanafiyah, nama ayahnya adalah Ali bin Abi Thalib. Begitu juga dengan Ismail bin Ulayyah. Nama ayahnya adalah Ibrahim.
  2. Perawi yang dinisbatkan kepada nama neneknya. Seperti Ya’la bin Munyah. Munyah adalah nama nenek dari jalur ayahnya. Ada yang mengatakan nenek dari jalur ibunya. Sedangkan nama ayahnya adalah Umayyah. Begitu juga dengan Basyir bin Al-Khashasyiyah. Khashasyiyah adalah nama ibu yang ketiga dari jalur kakeknya. Namun, ada yang mengatakan Khashasyiyah adalah nama ibunya. Sedangkan nama ayahnya adalah Ma’bad.
  3. Perawi yang dinisbatkan kepada nama kakeknya. Di kalangan sahabat yang masuk dalam kategori ini, antara lain, Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, namanya adalah Amir bin Abdullah bin Al-Jarrah. Haml bin An-Nabighah, namanya adalah Haml bin Malik bin An-Nabighah. Ahmad bin Hanbal, namanya adalah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal.
  4. Perawi yang dinisbatkan kepada nama orang lain yang tidak punya ikatan kekeluargaan karena suatu alasan. Contohnya Miqdad bin Amr Al-Kindi, ia juga dikatakan Miqdad bin Al-Aswad, karena ia pernah dipangku Al-Aswad bin Abd Yaghuts. Ia pun kemudian diangkat menjadi anak angkat Al-Aswad. Juga Al-Hasan bin Dinar. Dinar adalah ayah tirinya. Sedangkan ayah aslinya bernama Washil.

Kisah Isra’ Mi’raj Riwayat Imam Muslim

0
Isra' Mi'raj
Isra' Mi'raj

Hadispedia.id – Setiap tanggal 27 Rajab, Umat Islam memperingati Peristiwa Isra’ Mi’raj yang pernah dialami Nabi Muhammad saw. Bagaimanakah kisahnya? Berikut adalah kisah Isra’ Mi’raj riwayat Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya.

حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ حَدَّثَنَا ثَابِتٌ الْبُنَانِىُّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ  أُتِيتُ بِالْبُرَاقِ – وَهُوَ دَابَّةٌ أَبْيَضُ طَوِيلٌ فَوْقَ الْحِمَارِ وَدُونَ الْبَغْلِ يَضَعُ حَافِرَهُ عِنْدَ مُنْتَهَى طَرْفِهِ – قَالَ فَرَكِبْتُهُ حَتَّى أَتَيْتُ بَيْتَ الْمَقْدِسِ – قَالَ – فَرَبَطْتُهُ بِالْحَلْقَةِ الَّتِى يَرْبِطُ بِهِ الأَنْبِيَاءُ – قَالَ – ثُمَّ دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ فَصَلَّيْتُ فِيهِ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ خَرَجْتُ فَجَاءَنِى جِبْرِيلُ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – بِإِنَاءٍ مِنْ خَمْرٍ وَإِنَاءٍ مِنْ لَبَنٍ فَاخْتَرْتُ اللَّبَنَ فَقَالَ جِبْرِيلُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اخْتَرْتَ الْفِطْرَة

ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ فَقِيلَ مَنْ أَنْتَ قَالَ جِبْرِيلُ. قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ. قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ. فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِآدَمَ فَرَحَّبَ بِى وَدَعَا لِى بِخَيْرٍ. ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الثَّانِيَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ. فَقِيلَ مَنْ أَنْتَ قَالَ جِبْرِيلُ. قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ. قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ. فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِابْنَىِ الْخَالَةِ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَيَحْيَى بْنِ زَكَرِيَّاءَ صَلَوَاتُ اللَّهِ عَلَيْهِمَا فَرَحَّبَا وَدَعَوَا لِى بِخَيْرٍ

ثُمَّ عَرَجَ بِى إِلَى السَّمَاءِ الثَّالِثَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ. فَقِيلَ مَنْ أَنْتَ قَالَ جِبْرِيلُ.قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ -صلى الله عليه وسلم-. قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ. فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِيُوسُفَ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا هُوَ قَدْ أُعْطِىَ شَطْرَ الْحُسْنِ فَرَحَّبَ وَدَعَا لِى بِخَيْرٍ. ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الرَّابِعَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ. قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قَالَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ. فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِإِدْرِيسَ فَرَحَّبَ وَدَعَا لِى بِخَيْرٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ (وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا)

ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الْخَامِسَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ. قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ. قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ. فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِهَارُونَ -صلى الله عليه وسلم- فَرَحَّبَ وَدَعَا لِى بِخَيْرٍ. ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ السَّادِسَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ. قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ. قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ. فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِمُوسَى -صلى الله عليه وسلم- فَرَحَّبَ وَدَعَا لِى بِخَيْرٍ

ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ فَقِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ. قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ -صلى الله عليه وسلم-. قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ. فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِإِبْرَاهِيمَ -صلى الله عليه وسلم- مُسْنِدًا ظَهْرَهُ إِلَى الْبَيْتِ الْمَعْمُورِ وَإِذَا هُوَ يَدْخُلُهُ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ لاَ يَعُودُونَ إِلَيْهِ ثُمَّ ذَهَبَ بِى إِلَى السِّدْرَةِ الْمُنْتَهَى وَإِذَا وَرَقُهَا كَآذَانِ الْفِيَلَةِ وَإِذَا ثَمَرُهَا كَالْقِلاَلِ – قَالَ – فَلَمَّا غَشِيَهَا مِنْ أَمْرِ اللَّهِ مَا غَشِىَ تَغَيَّرَتْ فَمَا أَحَدٌ مِنْ خَلْقِ اللَّهِ يَسْتَطِيعُ أَنْ يَنْعَتَهَا مِنْ حُسْنِهَا

فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَىَّ مَا أَوْحَى فَفَرَضَ عَلَىَّ خَمْسِينَ صَلاَةً فِى كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ فَنَزَلْتُ إِلَى مُوسَى -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ مَا فَرَضَ رَبُّكَ عَلَى أُمَّتِكَ قُلْتُ خَمْسِينَ صَلاَةً. قَالَ ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ فَإِنَّ أُمَّتَكَ لاَ يُطِيقُونَ ذَلِكَ فَإِنِّى قَدْ بَلَوْتُ بَنِى إِسْرَائِيلَ وَخَبَرْتُهُمْ. قَالَ فَرَجَعْتُ إِلَى رَبِّى فَقُلْتُ يَا رَبِّ خَفِّفْ عَلَى أُمَّتِى. فَحَطَّ عَنِّى خَمْسًا فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقُلْتُ حَطَّ عَنِّى خَمْسًا. قَالَ إِنَّ أُمَّتَكَ لاَ يُطِيقُونَ ذَلِكَ فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ. – قَالَ – فَلَمْ أَزَلْ أَرْجِعُ بَيْنَ رَبِّى تَبَارَكَ وَتَعَالَى وَبَيْنَ مُوسَى – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – حَتَّى قَالَ يَا مُحَمَّدُ إِنَّهُنَّ خَمْسُ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ لِكُلِّ صَلاَةٍ عَشْرٌ فَذَلِكَ خَمْسُونَ صَلاَةً. وَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كُتِبَتْ لَهُ حَسَنَةً فَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ لَهُ عَشْرًا وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا لَمْ تُكْتَبْ شَيْئًا فَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ سَيِّئَةً وَاحِدَةً – قَالَ – فَنَزَلْتُ حَتَّى انْتَهَيْتُ إِلَى مُوسَى -صلى الله عليه وسلم- فَأَخْبَرْتُهُ فَقَالَ ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ قَدْ رَجَعْتُ إِلَى رَبِّى حَتَّى اسْتَحْيَيْتُ مِنْهُ

Syaiban bin Farrukh telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Hammad bin Salamah telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Tsabit Al-Bunani telah menceritakan kepada kami, dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Aku telah didatangi Buraq. Yaitu seekor binatang yang berwarna putih, lebih besar dari keledai tetapi lebih kecil dari bighal. Sekali melangkah dapat mencapai sejangkauan pandangan matanya.” Beliau bersabda lagi, “Maka aku segera menungganginya sehingga sampai ke Baitul Maqdis.” Beliau bersabda lagi, “Kemudian aku mengikatnya di tempat para nabi biasa menambatkan kendaraannya. Kemudian, aku masuk ke dalam masjid dan melaksanakan shalat dua rakaat. Setelah selesai, aku keluar. Tiba-tiba, aku didatangi oleh Jibril dengan membawa semangkuk arak dan semangkuk susu. Aku pun memilih susu. Lalu, Jibril berkata, “Kamu telah memilih fitrah.”

Lalu, Jibril membawaku naik ke langit. Ketika Jibril meminta agar dibukakan pintu, maka ditanyakan, “Siapakah kamu?”. Jibril menjawab, “Jibril”. Ditanyakan lagi, “Siapa yang bersamamu?”. Jibril menjawab, “Muhammad”. Jibril ditanya lagi, “Apakah dia telah diutus?”. Jibril menjawab, “Ya, dia telah diutus”. Maka, dibukalah pintu untuk kami. Tiba-tiba, aku bertemu dengan Nabi Adam. Ia menyambutku serta mendoakanku dengan kebaikan. Lalu, aku dibawa naik ke langit kedua. Jibril lalu minta agar dibukakan pintu. Lalu, ditanyakan lagi, “Siapakah kamu?” Jibril menjawab, “Jibril”. Ditanyakan lagi, “Siapa yang bersamamu?”. Jibril menjawab, “Muhammad”. Jibril ditanya lagi, “Apakah dia telah diutus?”. Jibril menjawab, “Ya, dia telah diutus”. Maka, dibukalah pintu untuk kami. Tiba-tiba, aku bertemu dengan Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakaria. Mereka menyambutku serta mendoakanku dengan kebaikan.

Aku dibawa naik ke langit yang ketiga. Jibril pun meminta agar dibukakan pintu. Lalu, ditanyakan lagi, “Siapakah kamu?” Jibril menjawab, “Jibril”. Ditanyakan lagi, “Siapa yang bersamamu?”. Jibril menjawab, “Muhammad”. Jibril ditanya lagi, “Apakah dia telah diutus?”. Jibril menjawab, “Ya, dia telah diutus”. Maka, dibukalah pintu untuk kami. Tiba-tiba, aku bertemu dengan Nabi Yusuf ‘alaihis salam. Ternyata ia telah dianugerahi setengah ketampanan. Ia menyambutku serta mendoakanku dengan kebaikan.

Aku dibawa lagi naik ke langit yang keempat. Jibril pun meminta agar dibukakan pintu. Terdengar suara yang bertanya lagi, “Siapakah ini?” Jibril menjawab, “Jibril”. Ditanyakan lagi, “Siapa yang bersamamu?”. Jibril menjawab, “Muhammad”. Jibril ditanya lagi, “Apakah dia telah diutus?”. Jibril menjawab, “Ya, dia telah diutus”. Maka, dibukalah pintu untuk kami. Tiba-tiba, aku bertemu dengan Nabi Idris ‘alaihis salam. Ia menyambutku serta mendoakanku dengan kebaikan. Allah berfirman, “Dan Kami telah mengangkatnya ke tempat yang tinggi derajatnya”.

Aku dibawa lagi ke langit kelima. Jibril lalu meminta agar dibukakan pintu. Ditanyakan, “Siapakah ini?” Jibril menjawab, “Jibril”. Ditanyakan lagi, “Siapa yang bersamamu?”. Jibril menjawab, “Muhammad”. Jibril ditanya lagi, “Apakah dia telah diutus?”. Jibril menjawab, “Ya, dia telah diutus”. Maka, dibukalah pintu untuk kami. Tiba-tiba, aku bertemu dengan Nabi Harun ‘alaihis salam. Ia menyambutku serta mendoakanku dengan kebaikan.

Aku dibawa lagi ke langit keenam. Jibril lalu meminta agar dibukakan pintu. Ditanyakan, “Siapakah ini?” Jibril menjawab, “Jibril”. Ditanyakan lagi, “Siapa yang bersamamu?”. Jibril menjawab, “Muhammad”. Jibril ditanya lagi, “Apakah dia telah diutus?”. Jibril menjawab, “Ya, dia telah diutus”. Maka, dibukalah pintu untuk kami. Tiba-tiba, aku bertemu dengan Nabi Musa ‘alaihis salam. Ia menyambutku serta mendoakanku dengan kebaikan.

Aku dibawa lagi ke langit ketujuh. Jibril lalu meminta agar dibukakan pintu. Ditanyakan, “Siapakah ini?” Jibril menjawab, “Jibril”. Ditanyakan lagi, “Siapa yang bersamamu?”. Jibril menjawab, “Muhammad”. Jibril ditanya lagi, “Apakah dia telah diutus?”. Jibril menjawab, “Ya, dia telah diutus”. Maka, dibukalah pintu untuk kami. Tiba-tiba, aku bertemu dengan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Ia sedang menyandarkan punggungnya di Baitul Ma’mur. Keluasannya setiap hari bisa memasukkan tujuh puluh ribu malaikat. Setelah keluar, mereka tidak kembali lagi ke sana (Baitul Ma’mur). Kemudian aku dibawa ke Sidratul Muntaha. Daun-daunnya besar seperti daun telinga gajah dan ternyata buahnya sebesar tempayan.

Beliau bersabda, “Ketika ia tertutup oleh perintah Tuhanku, maka sidratul muntaha berubah. Tidak seorang pun dari makhluk Allah yang mampu menggambarkan keindahannya. Lalu, Allah memberikan wahyu kepadaku dengan mewajibkan shalat lima puluh waktu sehari semalam. Lalu, aku turun dan bertemu Nabi Musa ‘alaihis salam. Ia bertanya, “Apakah yang telah diwajibkan Tuhanmu kepada umatmu?” Beliau menjawab, “Shalat lima puluh waktu.” Nabi Musa berkata, “Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan karena umatmu tidak akan mampu melaksanakannya. Aku pernah mencoba Bani Israil dan menguji mereka.” Beliau bersabda, “Aku kembali kepada Tuhan seraya berkata, Wahai Tuhanku, berilah keringanan kepada umatku.” Lalu, Allah swt. mengurangkan lima waktu shalat dari beliau. Lalu, aku kembali kepada Nabi Musa dan berkata, “Allah telah mengurangkan lima waktu shalat dariku”. Nabi Musa berkata, “Umatmu tidak akan mampu melaksanakannya. Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan lagi.” Beliau bersabda, “Aku masih saja bolak balik antara Tuhanku dan Nabi Musa, sehingga Allah berfirman, ‘Wahai Muhammad! Sesungguhnya aku fardhukan lima waktu sehari semalam. Setiap shalat dilipatgandakan dengan sepuluh kali lipat. Maka, itulah lima puluh shalat fardhu. Barang siapa yang berniat untuk melakukan kebaikan tetapi ia tidak melakukannya, maka akan dicatat baginya satu kebaikan. Jika ia melaksanakannya, maka dicatat sepuluh kebaikan baginya. Sebaliknya, barang siapa yang berniat ingin melakukan kejahatan, tetapi ia tidak melakukannya, niscaya tidak dicatat baginya sesuatu pun. Lalu, jika ia mengerjakannya, maka dicatat sebagai satu kejahatan baginya.”

Kemudian aku turun hingga sampai kepada Nabi Musa, lalu aku memberitahu kepadanya. Ia masih mengatakan, “Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan kepadanya.” Rasulullah saw. bersabda, “Aku berkata, ‘Aku telah bolak-balik kepada Tuhanku, sehingga aku malu terhadap-Nya.”

 

 

Kisah Isra’ Mi’raj Lengkap dalam Kitab Shahih Al-Bukhari

0
Isra' Mi'raj
Isra' Mi'raj

Hadispedia.id – Isra’ adalah perjalanan yang dilakukan oleh Nabi saw. pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsho. Sedangkan Mi’raj berarti dinaikkannya Nabi saw. ke langit untuk menerima perintah shalat lima waktu. Kisah Isra’ Mi’raj diriwayatkan dalam berbagai kitab-kitab hadis. Di antaranya adalah diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya pada bab Al-Mi’raj sebagaimana berikut.

حَدَّثَنَا هُدْبَةُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا هَمَّامُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ مَالِكِ بْنِ صَعْصَعَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدَّثَهُمْ عَنْ لَيْلَةِ أُسْرِيَ بِهِ بَيْنَمَا أَنَا فِي الْحَطِيمِ وَرُبَّمَا قَالَ فِي الْحِجْرِ مُضْطَجِعًا إِذْ أَتَانِي آتٍ فَقَدَّ قَالَ وَسَمِعْتُهُ يَقُولُ فَشَقَّ مَا بَيْنَ هَذِهِ إِلَى هَذِهِ فَقُلْتُ لِلْجَارُودِ وَهُوَ إِلَى جَنْبِي مَا يَعْنِي بِهِ قَالَ مِنْ ثُغْرَةِ نَحْرِهِ إِلَى شِعْرَتِهِ وَسَمِعْتُهُ يَقُولُ مِنْ قَصِّهِ إِلَى شِعْرَتِهِ فَاسْتَخْرَجَ قَلْبِي ثُمَّ أُتِيتُ بِطَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ مَمْلُوءَةٍ إِيمَانًا فَغُسِلَ قَلْبِي ثُمَّ حُشِيَ ثُمَّ أُعِيدَ ثُمَّ أُتِيتُ بِدَابَّةٍ دُونَ الْبَغْلِ وَفَوْقَ الْحِمَارِ أَبْيَضَ

فَقَالَ لَهُ الْجَارُودُ هُوَ الْبُرَاقُ يَا أَبَا حَمْزَةَ قَالَ أَنَسٌ نَعَمْ يَضَعُ خَطْوَهُ عِنْدَ أَقْصَى طَرْفِهِ فَحُمِلْتُ عَلَيْهِ فَانْطَلَقَ بِي جِبْرِيلُ حَتَّى أَتَى السَّمَاءَ الدُّنْيَا فَاسْتَفْتَحَ فَقِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ نَعَمْ قِيلَ مَرْحَبًا بِهِ فَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ فَفَتَحَ فَلَمَّا خَلَصْتُ فَإِذَا فِيهَا آدَمُ فَقَالَ هَذَا أَبُوكَ آدَمُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَرَدَّ السَّلَامَ ثُمَّ قَالَ مَرْحَبًا بِالِابْنِ الصَّالِحِ وَالنَّبِيِّ الصَّالِحِ

ثُمَّ صَعِدَ بِي حَتَّى أَتَى السَّمَاءَ الثَّانِيَةَ فَاسْتَفْتَحَ قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ نَعَمْ قِيلَ مَرْحَبًا بِهِ فَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ فَفَتَحَ فَلَمَّا خَلَصْتُ إِذَا يَحْيَى وَعِيسَى وَهُمَا ابْنَا الْخَالَةِ قَالَ هَذَا يَحْيَى وَعِيسَى فَسَلِّمْ عَلَيْهِمَا فَسَلَّمْتُ فَرَدَّا ثُمَّ قَالَا مَرْحَبًا بِالْأَخِ الصَّالِحِ وَالنَّبِيِّ الصَّالِحِ

ثُمَّ صَعِدَ بِي إِلَى السَّمَاءِ الثَّالِثَةِ فَاسْتَفْتَحَ قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ نَعَمْ قِيلَ مَرْحَبًا بِهِ فَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ فَفُتِحَ فَلَمَّا خَلَصْتُ إِذَا يُوسُفُ قَالَ هَذَا يُوسُفُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَرَدَّ ثُمَّ قَالَ مَرْحَبًا بِالْأَخِ الصَّالِحِ وَالنَّبِيِّ الصَّالِحِ

ثُمَّ صَعِدَ بِي حَتَّى أَتَى السَّمَاءَ الرَّابِعَةَ فَاسْتَفْتَحَ قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ أَوَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ نَعَمْ قِيلَ مَرْحَبًا بِهِ فَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ فَفُتِحَ فَلَمَّا خَلَصْتُ إِلَى إِدْرِيسَ قَالَ هَذَا إِدْرِيسُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَرَدَّ ثُمَّ قَالَ مَرْحَبًا بِالْأَخِ الصَّالِحِ وَالنَّبِيِّ الصَّالِحِ

ثُمَّ صَعِدَ بِي حَتَّى أَتَى السَّمَاءَ الْخَامِسَةَ فَاسْتَفْتَحَ قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ نَعَمْ قِيلَ مَرْحَبًا بِهِ فَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ فَلَمَّا خَلَصْتُ فَإِذَا هَارُونُ قَالَ هَذَا هَارُونُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَرَدَّ ثُمَّ قَالَ مَرْحَبًا بِالْأَخِ الصَّالِحِ وَالنَّبِيِّ الصَّالِحِ

ثُمَّ صَعِدَ بِي حَتَّى أَتَى السَّمَاءَ السَّادِسَةَ فَاسْتَفْتَحَ قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ مَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ نَعَمْ قَالَ مَرْحَبًا بِهِ فَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ فَلَمَّا خَلَصْتُ فَإِذَا مُوسَى قَالَ هَذَا مُوسَى فَسَلِّمْ عَلَيْهِ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَرَدَّ ثُمَّ قَالَ مَرْحَبًا بِالْأَخِ الصَّالِحِ وَالنَّبِيِّ الصَّالِحِ فَلَمَّا تَجَاوَزْتُ بَكَى قِيلَ لَهُ مَا يُبْكِيكَ قَالَ أَبْكِي لِأَنَّ غُلَامًا بُعِثَ بَعْدِي يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِهِ أَكْثَرُ مِمَّنْ يَدْخُلُهَا مِنْ أُمَّتِي

ثُمَّ صَعِدَ بِي إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ نَعَمْ قَالَ مَرْحَبًا بِهِ فَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ فَلَمَّا خَلَصْتُ فَإِذَا إِبْرَاهِيمُ قَالَ هَذَا أَبُوكَ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ قَالَ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَرَدَّ السَّلَامَ قَالَ مَرْحَبًا بِالِابْنِ الصَّالِحِ وَالنَّبِيِّ الصَّالِحِ ثُمَّ رُفِعَتْ إِلَيَّ سِدْرَةُ الْمُنْتَهَى فَإِذَا نَبْقُهَا مِثْلُ قِلَالِ هَجَرَ وَإِذَا وَرَقُهَا مِثْلُ آذَانِ الْفِيَلَةِ قَالَ هَذِهِ سِدْرَةُ الْمُنْتَهَى وَإِذَا أَرْبَعَةُ أَنْهَارٍ نَهْرَانِ بَاطِنَانِ وَنَهْرَانِ ظَاهِرَانِ فَقُلْتُ مَا هَذَانِ يَا جِبْرِيلُ قَالَ أَمَّا الْبَاطِنَانِ فَنَهْرَانِ فِي الْجَنَّةِ وَأَمَّا الظَّاهِرَانِ فَالنِّيلُ وَالْفُرَاتُ

ثُمَّ رُفِعَ لِي الْبَيْتُ الْمَعْمُورُ ثُمَّ أُتِيتُ بِإِنَاءٍ مِنْ خَمْرٍ وَإِنَاءٍ مِنْ لَبَنٍ وَإِنَاءٍ مِنْ عَسَلٍ فَأَخَذْتُ اللَّبَنَ فَقَالَ هِيَ الْفِطْرَةُ الَّتِي أَنْتَ عَلَيْهَا وَأُمَّتُكَ ثُمَّ فُرِضَتْ عَلَيَّ الصَّلَوَاتُ خَمْسِينَ صَلَاةً كُلَّ يَوْمٍ فَرَجَعْتُ فَمَرَرْتُ عَلَى مُوسَى فَقَالَ بِمَا أُمِرْتَ قَالَ أُمِرْتُ بِخَمْسِينَ صَلَاةً كُلَّ يَوْمٍ قَالَ إِنَّ أُمَّتَكَ لَا تَسْتَطِيعُ خَمْسِينَ صَلَاةً كُلَّ يَوْمٍ وَإِنِّي وَاللَّهِ قَدْ جَرَّبْتُ النَّاسَ قَبْلَكَ وَعَالَجْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَشَدَّ الْمُعَالَجَةِ فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ لِأُمَّتِكَ فَرَجَعْتُ فَوَضَعَ عَنِّي عَشْرًا فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقَالَ مِثْلَهُ فَرَجَعْتُ فَوَضَعَ عَنِّي عَشْرًا

فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقَالَ مِثْلَهُ فَرَجَعْتُ فَوَضَعَ عَنِّي عَشْرًا فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقَالَ مِثْلَهُ فَرَجَعْتُ فَأُمِرْتُ بِعَشْرِ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ فَرَجَعْتُ فَقَالَ مِثْلَهُ فَرَجَعْتُ فَأُمِرْتُ بِخَمْسِ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقَالَ بِمَ أُمِرْتَ قُلْتُ أُمِرْتُ بِخَمْسِ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ قَالَ إِنَّ أُمَّتَكَ لَا تَسْتَطِيعُ خَمْسَ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ وَإِنِّي قَدْ جَرَّبْتُ النَّاسَ قَبْلَكَ وَعَالَجْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَشَدَّ الْمُعَالَجَةِ فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ لِأُمَّتِكَ قَالَ سَأَلْتُ رَبِّي حَتَّى اسْتَحْيَيْتُ وَلَكِنِّي أَرْضَى وَأُسَلِّمُ قَالَ فَلَمَّا جَاوَزْتُ نَادَى مُنَادٍ أَمْضَيْتُ فَرِيضَتِي وَخَفَّفْتُ عَنْ عِبَادِي

Hudbah bin Khalid telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Hammam bin Yahya telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Qatadah telah menceritakan kepada kami, dari Anas bin Malik dari Malik bin Sha’sha’ah r.a., bahwa Nabi saw. bercerita kepada mereka tentang malam perjalanan Isra’, “Ketika aku berada di Al-Hathim” – atau beliau menyebutkan di Al-Hjir – dalam keadaan berbaring, tiba-tiba seseorang datang kepadaku lalu membelah.” Qatadah berkata, “Dan aku juga mendengar dia berkata, “Lalu dia membelah apa yang di antara ini dan ini.” Aku bertanya kepada Al-Jarud yang saat itu ada di sampingku, “Apa maksudnya?” Dia berkata, “Dari lubang leher dada hingga bawah perut.” dan aku mendengar dia berkata, Dari atas dadanya sampai tempat tumbuhnya rambut kemaluan. “Lalu, laki-laki itu mengeluarkan hatiku, kemudian dibawakan kepadaku sebuah baskom terbuat dari emas yang dipenuhi dengan iman, lalu ia mencuci hatiku kemudian diisinya dengan iman dan diulanginya. Kemudian aku didatangkan seekor hewan tunggangan berwarna putih yang lebih kecil dari pada bighal, namun lebih besar dari pada keledai.”

Al-Jarud berkata kepadanya, “Apakah itu yang dinamakan Al-Buroq, wahai Abu Hamzah?”. Anas menjawab, “Ya, Al-Buroq itu meletakkan langkah kakinya pada pandangan mata yang terjauh.” Lalu, aku menungganginya kemudian aku berangkat bersama Jibril ‘alaihis salam hingga sampai di langit dunia. Lalu, Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian ditanya, “Siapakah ini?” Jibril menjawab, “Jibril”. Ditanyakan lagi, “Siapa orang yang bersamamu?” Jibril menjawab, “Muhammad.” Ditanyakan lagi, “Apakah dia telah diutus?”. Jibril menjawab, “Ya”. Maka dikatakan, “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang.” Maka pintu langit dibuka dan setelah melewatinya aku berjumpa Adam ‘alaihis salam. Jibril berkata, “Ini adalah bapakmu, Adam. Berilah salam kepadanya.” Maka aku memberi salam kepadanya dan Adam a.s. membalas salamku. Lalu, ia berkata, “Selamat datang anak yang shalih dan nabi yang shalih.”

Kemudian aku dibawa naik ke langit kedua. Lalu, Jibril meminta dibukakan pintu langit. Ia pun ditanya, “Siapakah ini?”. Jibril menjawab, “Jibril”. Ditanyakan lagi, “Siapa orang yang bersamamu?” Jibril menjawab, “Muhammad”. Ditanyakan lagi, “Apakah ia telah diutus?”. Jibril menjawab, “Ya”. Maka dikatakan, “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang.” Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku berjumpa dengan Yahya dan Isa ‘alaihimas salam. Keduanya adalah anak dari satu bibi. Jibril berkata, “Ini adalah Yahya dan Isa, berilah salam kepada keduanya.” Dan keduanya membalas salamku, lalu keduanya berkata, “Selamat datang saudara yang shalih dan nabi yang shalih.”

Kemudian aku dibawa naik ke langit ketiga, lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit. Kemudian ditanya, “Siapakah ini?”. Jibril menjawab, “Jibril”. Ditanyakan lagi, “Siapa orang yang bersamamu?”. Jibril menjawab, “Muhammad”. Ditanyakan lagi, “Apakah ia telah diutus?” Jibril menjawab, “Ya”. Maka dikatakan, “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang.” Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku berjumpa dengan Yusuf ‘alaihis salam. Jibril berkata, “Ini adalah Yusuf. Berilah salam kepadanya.” Maka, aku memberi salam kepadanya dan Yusuf membalas salamku lalu berkata, “Selamat datang saudara yang shalih dan nabi yang shalih.”

Kemudian aku dibawa naik ke langit keempat, lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit. Kemudian ditanya, “Siapakah ini?”. Jibril menjawab, “Jibril”. Ditanyakan lagi, “Siapa orang yang bersamamu?”. Jibril menjawab, “Muhammad”. Ditanyakan lagi, “Apakah ia telah diutus?” Jibril menjawab, “Ya”. Maka dikatakan, “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang.” Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku berjumpa dengan Idris ‘alaihis salam. Jibril berkata, “Ini adalah Idris, berilah salam kepadanya.” Maka, aku memberi salam kepadanya dan Idris membalas salamku lalu berkata, “Selamat datang saudara yang shalih dan nabi yang shalih.”

Kemudian aku dibawa naik ke langit kelima, lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit. Kemudian ditanya, “Siapakah ini?”. Jibril menjawab, “Jibril”. Ditanyakan lagi, “Siapa orang yang bersamamu?”. Jibril menjawab, “Muhammad”. Ditanyakan lagi, “Apakah ia telah diutus?” Jibril menjawab, “Ya”. Maka dikatakan, “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang.” Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku berjumpa dengan Harun ‘alaihis salam. Jibril berkata, “Ini adalah Harun, berilah salam kepadanya.” Maka, aku memberi salam kepadanya dan Harun membalas salamku lalu berkata, “Selamat datang saudara yang shalih dan nabi yang shalih.”

Kemudian aku dibawa naik ke langit keenam, lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit. Kemudian ditanya, “Siapakah ini?”. Jibril menjawab, “Jibril”. Ditanyakan lagi, “Siapa orang yang bersamamu?”. Jibril menjawab, “Muhammad”. Ditanyakan lagi, “Apakah ia telah diutus?” Jibril menjawab, “Ya”. Maka dikatakan, “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang.” Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku berjumpa dengan Musa ‘alaihis salam. Jibril berkata, “Ini adalah Musa, berilah salam kepadanya.” Maka, aku memberi salam kepadanya dan Musa membalas salamku lalu berkata, “Selamat datang saudara yang shalih dan nabi yang shalih.” Ketika aku sudah selesai, tiba-tiba ia menangis. Lalu ditanyakan, “Mengapa engkau menangis?” Musa menjawab, “Aku menangis karena anak ini diutus setelah aku, namun orang yang masuk surga dari umatnya lebih banyak dari orang yang masuk surga dari umatku.”

Kemudian aku dibawa naik ke langit ketujuh, lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit. Kemudian ditanya, “Siapakah ini?”. Jibril menjawab, “Jibril”. Ditanyakan lagi, “Siapa orang yang bersamamu?”. Jibril menjawab, “Muhammad”. Ditanyakan lagi, “Apakah ia telah diutus?” Jibril menjawab, “Ya”. Maka dikatakan, “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang.” Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku mendapati Ibrahim ‘alaihis salam. Jibril berkata, “Ini adalah bapakmu, berilah salam kepadanya.” Maka, aku memberi salam kepadanya dan Ibrahim membalas salamku lalu berkata, “Selamat datang anak yang shalih dan nabi yang shalih.” Kemudian Sidratul Muntaha dinampakkan kepadaku yang ternyata buahnya seperti tempayan daerah Hajar dengan daunnya seperti telinga-telinga gajah. Jibril ‘alaihis salam berkata, “Ini adalah Sidratul Muntaha.” Ternyata di dasarnya ada empat sungai, dua sungai bathin dan dua sungai zahir. Aku bertanya, “Apakah ini wahai Jibril?” Jibril menjawab, “Dua sungai bathin adalah dua sungai yang berada di surga, sedangkan dua sungai zahir adalah nil dan eufrat.”

Kemudian, aku diangkat ke Baitul Ma’mur, lalu aku diberi satu gelas berisi khamr (minuman keras), satu gelas berisi susu, dan satu gelas berisi madu. Aku mengambil gelas yang berisi susu. Jibril berkata, “Ini merupakan fitrah yang kamu dan umatmu berada di atasnya.” Kemudian diwajibkan bagiku shalat lima puluh kali dalam setiap hari. Aku pun kembali dan lewat di hadapan Musa ‘alaihis salam. Musa bertanya, “Apa yang telah diperintahkan kepadamu?” Aku menjawab, “Aku diperintahkan shalat lima puluh kali setiap hari.” Musa berkata, “Sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup melaksanakan lima puluh kali shalat dalam sehari. Dan aku, demi Allah, telah mencoba menerapkannya kepada manusia sebelum kamu, dan aku juga telah berusaha keras membenahi Bani Israil dengan sungguh-sungguh. Maka kembalilah kepada Rabb-mu dan mintalah keringanan untuk umatmu.”

Maka aku kembali dan Allah memberikanku keringanan dengan mengurangi sepuluh shalat, lalu aku kembali menemui Musa. Maka Musa berkata sebagaimana yang dikatakan sebelumnya, lalu aku kembali dan Allah memberiku keringanan dengan mengurangi sepuluh shalat, lalu aku kembali menemui Musa. Maka, Musa berkata sebagaimana yang dikatakan sebelumnya, lalu aku kembali dan Allah memberiku keringanan dengan mengurangi sepuluh shalat, lalu aku kembali menemui Musa. Maka, Musa berkata sebagaimana yang dikatakan sebelumnya.

Aku pun kembali, dan aku diperintah dengan sepuluh shalat setiap hari. Lalu, aku kembali dan Musa kembali berkata seperti sebelumnya. Aku pun kembali, dan akhirnya aku diperintahkan dengan lima kali shalat dalam sehari. Aku kembali kepada Musa dan ia berkata, “Apa yang diperintahkan kepadamu?” Aku menjawab, “Aku diperintahkan dengan lima kali shalat dalam sehari.” Musa berkata, “Sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup melaksanakan lima kali shalat dalam sehari, dan sesungguhnya aku telah mencoba menerapkannya kepada manusia sebelum kamu, dan aku juga telah berusaha keras membenahi Bani Israil dengan sungguh-sungguh. Maka, kembalilah kepada Rabb-mu dan mintalah keringanan untuk umatmu.” Beliau berkata, “Aku telah banyak memohon (keringanan) kepada Rabb-ku hingga aku malu. Tetapi, aku telah ridha dan menerimanya.” Ketika aku telah selesai terdengar suara orang berseru, “Sungguh Aku telah memberikan keputusan kewajiban-Ku dan Aku telah ringankan untuk hamba-hamba-Ku.”

Demikianlah kisah Isra’ Mi’raj yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dalam kitab shahihnya. Kisah tersebut menjadi renungan bagi kita agar tidak mudah meninggalkan shalat; sebuah perintah agung dari yang Maha agung. Betapa seharusnya kita berterima kasih kepada Nabi Muhammad saw. yang rela bolak-balik memintakan dispensasi kepada Allah swt. Terlebih terima kasih kepada Allah swt. yang dengan kasih sayang-Nya mau memberikan dispensasi itu kepada kita. Pada riwayat Imam Muslim disebutkan bahwa meskipun menjadi lima kali shalat, namun bernilai lima puluh shalat, karena masing-masing shalat bernilai sepuluh. Wa Allahu a’lam bis shawab.