Beranda blog Halaman 67

Hadis No. 7 Sunan An-Nasa’i

0
Sunan An-Nasa'i
Sunan An-Nasa'i

قَالَ الْاِمَامُ النَّسَائيُّ فِيْ سُنَنِهِ فِيْ بَابِ الرُّخْصَةِ فِي السِّوَاكِ بِالْعَشِيِّ لِلصَّائِمِ

أَخْبَرَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ عَنْ مَالِكٍ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ

Al-Imam An-Nasa’i berkata dalam kitab Sunan-nya pada bab rukhsah bersiwak ketika sore bagi orang puasa,

Qutaibah bin Sa’id telah mengabarkan kepada kami dari Malik dari Abu Az-Zinad dari Al-A’raj dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Seandainya aku tidak khawatir memberatkan umatku, aku pasti memerintahkan mereka untuk bersiwak setiap hendak shalat.”

Hadis No. 6 Sunan An-Nasa’i

0
Sunan An-Nasa'i
Sunan An-Nasa'i

قَالَ الْاِمَامُ النَّسَائيُّ فِيْ سُنَنِهِ فِيْ بَابِ الْإِكْثَارِ فِي السِّوَاكِ

أَخْبَرَنَا حُمَيْدُ بْنُ مَسْعَدَةَ وَعِمْرَانُ بْنُ مُوسَى قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ قَالَ حَدَّثَنَا شُعَيْبُ بْنُ الْحَبْحَابِ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ أَكْثَرْتُ عَلَيْكُمْ فِي السِّوَاكِ

Al-Imam An-Nasa’i berkata dalam kitab Sunan-nya pada bab memperbanyak bersiwak,

Humaid bin Mas’adah dan Imran bin Musa telah mengabarkan kepada kami, mereka berkata, Abdul Warits telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Syu’aib bin Al-Habhab telah menceritakan kepada kami, dari Anas bin Malik, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Aku sering menganjurkan kepada kalian untuk banyak bersiwak.”

Hadis No. 5 Sunan An-Nasa’i

0
Sunan An-Nasa'i
Sunan An-Nasa'i

قَالَ الْاِمَامُ النَّسَائيُّ فِيْ سُنَنِهِ فِيْ بَاب التَّرْغِيبِ فِي السِّوَاكِ

أَخْبَرَنَا حُمَيْدُ بْنُ مَسْعَدَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى عَنْ يَزِيدَ وَهُوَ ابْنُ زُرَيْعٍ قَالَ حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي عَتِيقٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي قَالَ سَمِعْتُ عَائِشَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ السِّوَاكُ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ

Al-Imam An-Nasa’i berkata dalam kitab Sunan-nya pada bab anjuran bersiwak,

Humaid bin Mas’adah dan Muhammad bin Abdul A’la telah mengabarkan kepada kami, dari Yazid; yaitu Ibnu Zurai’, ia berkata, Abdurrahman bin Abu ‘Atiq telah menceritakan kepadaku, ia berkata, ayahku telah menceritakan kepadaku, ia berkata, ‘Aku mendengar Aisyah dari Nabi saw., beliau bersabda, “Bersiwak dapat membersihkan mulut dan diridhai Tuhan.”

Hadis No. 4 Sunan An-Nasa’i

0
Sunan An-Nasa'i
Sunan An-Nasa'i

قَالَ الْاِمَامُ النَّسَائيُّ فِيْ سُنَنِهِ فِيْ بَابِ هَلْ يَسْتَاكُ الْإِمَامُ بِحَضْرَةِ رَعِيَّتِهِ

أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا يَحْيَى وَهُوَ ابْنُ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنَا قُرَّةُ بْنُ خَالِدٍ قَالَ حَدَّثَنَا حُمَيْدُ بْنُ هِلَالٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبُو بُرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوسَى قَالَ أَقْبَلْتُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَعِي رَجُلَانِ مِنْ الْأَشْعَرِيِّينَ أَحَدُهُمَا عَنْ يَمِينِي وَالْآخَرُ عَنْ يَسَارِي وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَاكُ فَكِلَاهُمَا سَأَلَ الْعَمَلَ قُلْتُ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ نَبِيًّا مَا أَطْلَعَانِي عَلَى مَا فِي أَنْفُسِهِمَا وَمَا شَعَرْتُ أَنَّهُمَا يَطْلُبَانِ الْعَمَلَ فَكَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَى سِوَاكِهِ تَحْتَ شَفَتِهِ قَلَصَتْ فَقَالَ إِنَّا لَا أَوْ لَنْ نَسْتَعِينَ عَلَى الْعَمَلِ مَنْ أَرَادَهُ وَلَكِنْ اذْهَبْ أَنْتَ فَبَعَثَهُ عَلَى الْيَمَنِ ثُمَّ أَرْدَفَهُ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا

Al-Imam An-Nasa’i berkata dalam kitab Sunan-nya pada bab apakah pemimpin bersiwak di hadapan rakyatnya?

Amr bin Ali telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Yahya telah menceritakan kepada kami, ia adalah Ibnu Sa’id, ia berkata, Qurrah bin Khalid telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Humaid bin Hilal telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Abu Buraidah telah menceritakan kepadaku, dari Abu Musa, ia berkata, “Aku pernah menghadap kepada Nabi saw., dan ada dua laki-laki dari Bani Asy’ari bersamaku, salah satunya berada di sebelah kananku, yang lainnya berada di sebelah kiriku, sedangkan Rasulullah saw. sedang bersiwak. Lalu, masing-masing dari dua orang laki-laki itu meminta jabatan (kepada beliau). Maka, aku (Abu Musa) berkata, “Demi Dzat yang mengutus engkau sebagai Nabi dengan membawa kebenaran, dua orang laki-laki tadi tidak mengungkapkan uneg-unegnya kepadaku dan aku juga tidak sadar kalau keduanya meminta jabatan, kemudian seolah-olah aku melihat siwak beliau yang berada di bawah bibirnya sehingga menyatu dan naik. Lalu, beliau bersabda, ‘Kami tidak atau tidak akan meminta pertolongan orang yang menginginkan jabatan, maka pergilah kamu.’ Beliau mengutusnya ke Yaman, dan diboncengkan oleh Mu’adz bin Jabal r.a.

Syadz dan Mahfudz dalam Kajian Ilmu Hadis

0
Syadz dan Mahfudz
Syadz dan Mahfudz

Hadispedia.id – Syadz dan mahfudz dalam kajian ilmu hadis adalah sub bab yang saling berkaitan, namun dengan definisi yang saling bertolak belakang. Sayyid Alawi Al-Maliki dalam karyanya Al-Manhal Al-Lathif fi Ushul Al-Hadis As-Syarif menjelaskan hadis syadz adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi terpercaya, yang bertentangan dengan perawi yang lebih terpercaya, baik dalam bentuk sanad atau matan dan hadis tersebut tidak bisa dikompromikan. Penjelasan ini yang menurut beliau lebih komprehensif menengahi ikhtilaf ulama dalam mendefinisikan hadis syadz.

Sedangkan pengertian hadis Mahfudz kebalikan dengan hadis Syadz yakni Hadis yang diriwayatkan oleh rawi yang lebih tsiqah (al-autsaq) yang menyelisihi riwayat rawi yang tsiqah. Kedua kasus ini dapat terjadi pada sanad dan matan dalam sebuah periwayatan hadis

Dan contoh untuk kedua pembahasan ini bisa diamati pada hadis yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah dari jalur periwayat Ibnu Uyainah dari Amr bin Dinar dari ‘Ausajah dari Ibnu Abbas :

أن رجلا توفي على عهد رسول الله صلى الله عليه و سلم و لم يدع وارثا إلا مولى هو أعتقه

“Bahwa ada seseorang pada zaman Rasulullah saw. meninggal dan tidak meninggalkan warisan kecuali satu budaknya yang telah ia merdekakan” (H.R. Abu Daud)

Riwayat di atas juga dikuatkan oleh Ibnu Juraij dan lainnya yang menjelaskan bahwa riwayat ini juga tersambung dari Ibnu ‘Uyainah dengan sanad akhir Ibnu Abbas.

Namun di sisi lain dalam riwayat Hammad bin Zaid, ia meriwayatkan dari ‘Amr bin Dinar, dari ‘Awsajah dan tidak menyebutkan Ibnu ‘Abbas. Dapat dijelaskan dari riwayat Hammad bahwa hadis tersebut mursal (sanad yang putus di ranah sahabat).

Masyhur dijelaskan bahwa Hammad bin Zaid seorang rawi yang dhabt dan adil, namun dalam keadaan ini Imam Abu Hatim menguatkan riwayat Ibnu Uyainah karena banyak dikuatkan oleh riwayat lain. Walhasil riwayat Hammad Syadz karena perawi dhabt (terpercaya) menyalahi rawi yang lebih dhabt. Dan dapat dikatakan pula riwayat Uyainah adalah mahfudz karena ia lebih tsiqah daripada Hammad.

Mahmud At-Thahhan dalam Taisir Musthalah Al-Hadis menerangkan bahwa hadis yang syadz itu mardud (tertolak). Sementara hadis mahfudz riwayatnya dapat diterima. Wa Allahu a’lam bis shawab.

Hadis No. 16 Sunan At-Tirmidzi

0
Sunan At-Tirmidzi
Sunan At-Tirmidzi

قَالَ الْاِمَامُ التِّرْمِذِيُّ فِيْ سُنَنِهِ فِيْ بَاب الِاسْتِنْجَاءِ بِالْحِجَارَةِ

حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ قَالَ قِيلَ لِسَلْمَانَ
قَدْ عَلَّمَكُمْ نَبِيُّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلَّ شَيْءٍ حَتَّى الْخِرَاءَةَ فَقَالَ سَلْمَانُ أَجَلْ نَهَانَا أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ بِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ وَأَنْ نَسْتَنْجِيَ بِالْيَمِينِ أَوْ أَنْ يَسْتَنْجِيَ أَحَدُنَا بِأَقَلَّ مِنْ ثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِرَجِيعٍ أَوْ بِعَظْمٍ
قَالَ أَبُو عِيسَى وَفِي الْبَاب عَنْ عَائِشَةَ وَخُزَيْمَةَ بْنِ ثَابِتٍ وَجَابِرٍ وَخَلَّادِ بْنِ السَّائِبِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ أَبُو عِيسَى وَحَدِيثُ سَلْمَانَ فِي هَذَا الْبَابِ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَهُوَ قَوْلُ أَكْثَرِ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَنْ بَعْدَهُمْ رَأَوْا أَنَّ الِاسْتِنْجَاءَ بِالْحِجَارَةِ يُجْزِئُ وَإِنْ لَمْ يَسْتَنْجِ بِالْمَاءِ إِذَا أَنْقَى أَثَرَ الْغَائِطِ وَالْبَوْلِ وَبِهِ يَقُولُ الثَّوْرِيُّ وَابْنُ الْمُبَارَكِ وَالشَّافِعِيُّ وَأَحْمَدُ وَإِسْحَقُ

Al-Imam At-Tirmidzi berkata di dalam kitab Sunan-nya pada bab istinja’ dengan batu,

Hannad telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Abu Mu’awiyah telah menceritakan kepada kami, dari Al-A’masy dari Ibrahim dari Abdurrahman bin Yazid, ia berkata, Dikatakan kepada Salman, “Nabi kalian saw. telah mengajarkan kepada kalian segala sesuatu hingga tentang cara buang hajat?” Salman menjawab, “Benar, beliau melarang kami menghadap kiblat saat buang air besar atau buang air kecil, istinja’ dengan tangan kanan, atau salah satu dari kita beristinja’ dengan kurang dari tiga batu, atau istinja’ dengan kotoran binatang atau tulang.”

Abu Isa berkata, “Dalam bab ini juga ada riwayat dari Aisyah, Khuzaiman bin Tsabit, Jabir, Khallad bin Saib, dari ayahnya.” Abu Isa berkata, “Hadis Salman dalam bab ini adalah hadis hasan shahih. Ini adalah pendapat kebanyakan ahli ilmu dari kalangan sahabat Nabi saw. dan orang-orang setelahnya. Mereka berpendapat bahwa beristinja’ dengan batu sudah mencukupi meskipun ia tidak melakukannya dengan air, yaitu ketika batu tersebut telah dapat membersihkan kotoran yang ada. Pendapat ini juga diambil oleh Ats-Tsauri, Ibn Al-Mubarak, As-Syafi’i, Ahmad, dan Ishaq.”

Hadis No. 15 Sunan At-Tirmidzi

0
Sunan At-Tirmidzi
Sunan At-Tirmidzi

قَالَ الْاِمَامُ التِّرْمِذِيُّ فِيْ سُنَنِهِ فِيْ بَاب مَا جَاءَ فِي كَرَاهَةِ الِاسْتِنْجَاءِ بِالْيَمِينِ

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عُمَرَ الْمَكِّيُّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي قَتَادَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ يَمَسَّ الرَّجُلُ ذَكَرَهُ بِيَمِينِهِ
وَفِي هَذَا الْبَاب عَنْ عَائِشَةَ وَسَلْمَانَ وَأبِي هُرَيْرَةَ وَسَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَأَبُو قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيُّ اسْمُهُ الْحَارِثُ بْنُ رِبْعِيٍّ وَالْعَمَلُ عَلَى هَذَا عِنْدَ عَامَّةِ أَهْلِ الْعِلْمِ كَرِهُوا الِاسْتِنْجَاءَ بِالْيَمِينِ

Al-Imam At-Tirmidzi berkata di dalam kitab Sunan-nya pada bab makruh istinja’ dengan tangan kanan,

Muhammad bin Abu Umar Al-Makki telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Sufyan bin Uyainah telah menceritakan kepada kami dari Ma’mar dari Yahya bin Abi Katsir dari Abdullah bin Abi Quhafah dari ayahnya, bahwasannya Nabi saw. melarang seorang laki-laki menyentuh kemaluannya dengan tangan kanannya.

Dalam bab ini juga ada riwayat dari Aisyah, Salman, Abu Hurairah, dan Sahl bin Hunaif. Abu Isa berkata, “Ini hadis hasan shahih.” Sedangkan Abu Qatadah Al-Anshari, namanya adalah Al-Harits bin Rib’i. Menurut para ahli ilmu penerapan hadis ini adalah dimakruhkannya melakukan istinja’ dengan menggunakan tangan kanan.

Hadis No. 14 Sunan At-Tirmidzi

0
Sunan At-Tirmidzi
Sunan At-Tirmidzi

قَالَ الْاِمَامُ التِّرْمِذِيُّ فِيْ سُنَنِهِ فِيْ بَاب مَا جَاءَ فِي الِاسْتِتَارِ عِنْدَ الْحَاجَةِ

 حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ السَّلَامِ بْنُ حَرْبٍ الْمُلَائِيُّ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَنَسٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ الْحَاجَةَ لَمْ يَرْفَعْ ثَوْبَهُ حَتَّى يَدْنُوَ مِنْ الْأَرْضِ

قَالَ أَبُو عِيسَى هَكَذَا رَوَى مُحَمَّدُ بْنُ رَبِيعَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَنَسٍ هَذَا الْحَدِيثَ وَرَوَى وَكِيعٌ وَأَبُو يَحْيَى الْحِمَّانِيُّ عَنْ الْأَعْمَشِ قَالَ قَالَ ابْنُ عُمَرَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ الْحَاجَةَ لَمْ يَرْفَعْ ثَوْبَهُ حَتَّى يَدْنُوَ مِنْ الْأَرْضِ وَكِلَا الْحَدِيثَيْنِ مُرْسَلٌ وَيُقَالُ لَمْ يَسْمَعْ الْأَعْمَشُ مِنْ أَنَسٍ وَلَا مِنْ أَحَدٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ نَظَرَ إِلَى أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ رَأَيْتُهُ يُصَلِّي فَذَكَرَ عَنْهُ حِكَايَةً فِي الصَّلَاةِ وَالْأَعْمَشُ اسْمُهُ سُلَيْمَانُ بْنُ مِهْرَانَ أَبُو مُحَمَّدٍ الْكَاهِلِيُّ وَهُوَ مَوْلًى لَهُمْ قَالَ الْأَعْمَشُ كَانَ أَبِي حَمِيلًا فَوَرَّثَهُ مَسْرُوقٌ

Al-Imam At-Tirmidzi berkata di dalam kitab Sunan-nya pada bab menutupi diri ketika buang hajat,

Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Abdus Salam bin Harb Al-Mula’i telah menceritakan kepada kami dari Al-A’masy dari Anas r.a., ia berkata, “Apabila Nabi saw. hendak buang hajat, beliau tidak mengangkat bajunya hingga hampir menyentuh tanah.”

Abu Isa berkata, “Demikianlah Muhammad bin Rabi’ah meriwayatkan hadis ini dari Al-A’masy dari Anas.” Sementara Waki’ dan Abu Yahya Al-Himmani meriwayatkan dari Al-A’masy, ia berkata, Ibnu Umar berkata, “Apabila Nabi saw. hendak buang hajat, maka beliau tidak mengangkat bajunya hingga hampir menyentuh tanah.” Kedua hadis ini adalah mursal. Dikatakan juga bahwa Al-A’masy tidak mendengar dari Anas dan tidak juga dari salah seorang sahabat Nabi saw. Ia melihat Anas bin Malik, lalu ia berkata, “Aku melihat Anas sedang shalat.” Lalu, ia menyebutkan darinya tentang shalat. Sedangkan nama Al-A’masy adalah Sulaiman bin Mihran; Abu Muhammad Al-Kahili. Ia adalah seorang mantan budak dari Bani Kahili. Al-A’masy berkata, “Dulu, bapakku dibawa (dari negaranya menuju negara Islam) dalam keadaan masih kecil, lalu Masruq menjadikannya sebagai ahli warisnya.”

Hadis No. 13 Sunan At-Tirmidzi

0
Sunan At-Tirmidzi
Sunan At-Tirmidzi

قَالَ الْاِمَامُ التِّرْمِذِيُّ فِيْ سُنَنِهِ فِيْ بَاب الرُّخْصَةِ فِي ذَلِكَ

حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنِ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ حُذَيْفَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَى سُبَاطَةَ قَوْمٍ فَبَالَ عَلَيْهَا قَائِمًا فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوءٍ فَذَهَبْتُ لِأَتَأَخَّرَ عَنْهُ فَدَعَانِي حَتَّى كُنْتُ عِنْدَ عَقِبَيْهِ فَتَوَضَّأَ وَمَسَحَ عَلَى خُفَّيْهِ

قَالَ أَبُو عِيسَى وَسَمِعْتُ الْجَارُودَ يَقُولُ سَمِعْتُ وَكِيعًا يُحَدِّثُ بِهَذَا الْحَدِيثِ عَنِ الْأَعْمَشِ ثُمَّ قَالَ وَكِيعٌ هَذَا أَصَحُّ حَدِيثٍ رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَسْحِ و سَمِعْتُ أَبَا عَمَّارٍ الْحُسَيْنَ بْنَ حُرَيْثٍ يَقُولُ سَمِعْتُ وَكِيعًا فَذَكَرَ نَحْوَهُ قَالَ أَبُو عِيسَى وَهَكَذَا رَوَى مَنْصُورٌ وَعُبَيْدَةُ الضَّبِّيُّ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ حُذَيْفَةَ مِثْلَ رِوَايَةِ الْأَعْمَشِ وَرَوَى حَمَّادُ بْنُ أَبِي سُلَيْمَانَ وَعَاصِمُ بْنُ بَهْدَلَةَ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَحَدِيثُ أَبِي وَائِلٍ عَنْ حُذَيْفَةَ أَصَحُّ وَقَدْ رَخَّصَ قَوْمٌ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ فِي الْبَوْلِ قَائِمًا

قَالَ أَبُو عِيسَى وَعَبِيدَةُ بْنُ عَمْرٍو السَّلْمَانِيُّ رَوَى عَنْهُ إِبْرَاهِيمُ النَّخَعِيُّ وَعَبِيدَةُ مِنْ كِبَارِ التَّابِعِينَ يُرْوَى عَنْ عَبِيدَةَ أَنَّهُ قَالَ أَسْلَمْتُ قَبْلَ وَفَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَنَتَيْنِ وَعُبَيْدَةُ الضَّبِّيُّ صَاحِبُ إِبْرَاهِيمَ هُوَ عُبَيْدَةُ بْنُ مُعَتِّبٍ الضَّبِّيُّ وَيُكْنَى أَبَا عَبْدِ الْكَرِيمِ

Al-Imam At-Tirmidzi berkata di dalam kitab Sunan-nya pada bab rukhsah dalam hal itu (kencing dengan berdiri),

Hannad telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Waki’ telah menceritakan kepada kami dari Al-A’masy dari Abu Wa’il dari Hudzaifah bahwasannya Nabi saw. pernah mendatangi tempat pembuangan sampah suatu kaum, lalu beliau kencing sambil berdiri. Maka, aku mengantarkannya air, aku pun pergi, menjauh dari beliau. Namun, beliau memanggilku hingga aku berada di sisinya, kemudian beliau berwudhu dan mengusap khufnya (muzah/sepatu dari kulit).”

Abu Isa berkata, ‘Aku mendengar Al-Jarud berkata, ‘Aku mendengar Waki’ menceritakan hadis ini dari Al-A’masy, setelah itu Waki’ berkata, “Ini adalah hadis yang paling shahih yang diriwayatkan dari Nabi saw. tentang mengusap khuf. Dan aku juga mendengar Abu Ammar Al-Husain bin Huraits berkata, “Aku mendengar Waki’, lalu ia menyebutkan seperti itu.” Abu Isa berkata, “Seperti inilah Manshur dan Ubaidah Ad-Dhabbi meriwayatkan dari Abu Wa’il dari Hudzaifah, sebagaimana riwayat Al-A’masy.” Hammad bin Abu Sulaiman dan Ashim bin Bahdalah juga meriwayatkan dari Abu Wa’il dari Al-Mughirah bin Syu’bah dari Nabi saw.” Sedangkan hadis Abu Wa’il dari Hudzaifah adalah hadis yang paling shahih. Sebagian ahli ilmu telah memberikan keringanan kencing sambil berdiri.

Abu Isa berkata, “Ibrahim An-Nakha’i telah meriwayatkan dari Abidah bin ‘Amru As-Salmani dan Abidah adalah termasuk tabi’in senior.” Diriwayatkan bahwa Abidah pernah berkata, “Aku masuk Islam dua tahun sebelum wafatnya Nabi saw.” Sedangkan Abidah Ad-Dhabbi adalah sahabat Ibrahim, yaitu Ubaidah bin Mu’attib Ad-Dhabbi, yang dijuluki dengan Abu Abdul Karim.:

 

Hadis No. 12 Sunan At-Tirmidzi

0
Sunan At-Tirmidzi
Sunan At-Tirmidzi

قَالَ الْاِمَامُ التِّرْمِذِيُّ فِيْ سُنَنِهِ فِيْ بَابِ مَا جَاءَ فِى النَّهْىِ عَنِ الْبَوْلِ قَائِمًا

حَدَّثَنَا عَلِىُّ بْنُ حُجْرٍ أَخْبَرَنَا شَرِيكٌ عَنِ الْمِقْدَامِ بْنِ شُرَيْحٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ مَنْ حَدَّثَكُمْ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَبُولُ قَائِمًا فَلاَ تُصَدِّقُوهُ مَا كَانَ يَبُولُ إِلاَّ قَاعِدًا. قَالَ وَفِى الْبَابِ عَنْ عُمَرَ وَبُرَيْدَةَ وَعَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ حَسَنَةَ

قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ عَائِشَةَ أَحْسَنُ شَىْءٍ فِى هَذَا الْبَابِ وَأَصَحُّ وَحَدِيثُ عُمَرَ إِنَّمَا رُوِىَ مِنْ حَدِيثِ عَبْدِ الْكَرِيمِ بْنِ أَبِى الْمُخَارِقِ عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنْ عُمَرَ قَالَ رَآنِى النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- وَأَنَا أَبُولُ قَائِمًا فَقَالَ « يَا عُمَرُ لاَ تَبُلْ قَائِمًا ». فَمَا بُلْتُ قَائِمًا بَعْدُ. قَالَ أَبُو عِيسَى وَإِنَّمَا رَفَعَ هَذَا الْحَدِيثَ عَبْدُ الْكَرِيمِ بْنُ أَبِى الْمُخَارِقِ وَهُوَ ضَعِيفٌ عِنْدَ أَهْلِ الْحَدِيثِ ضَعَّفَهُ أَيُّوبُ السَّخْتِيَانِىُّ وَتَكَلَّمَ فِيهِ

وَرَوَى عُبَيْدُ اللَّهِ عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ عُمَرُ رضى الله عنه مَا بُلْتُ قَائِمًا مُنْذُ أَسْلَمْتُ. وَهَذَا أَصَحُّ مِنْ حَدِيثِ عَبْدِ الْكَرِيمِ وَحَدِيثُ بُرَيْدَةَ فِى هَذَا غَيْرُ مَحْفُوظٍ. وَمَعْنَى النَّهْىِ عَنِ الْبَوْلِ قَائِمًا عَلَى التَّأْدِيبِ لاَ عَلَى التَّحْرِيمِ. وَقَدْ رُوِىَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ إِنَّ مِنَ الْجَفَاءِ أَنْ تَبُولَ وَأَنْتَ قَائِمٌ

Al-Imam At-Tirmidzi berkata di dalam kitab Sunan-nya pada bab larangan kencing berdiri,

Ali bin Hujr telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Syarik telah mengabarkan kepada kami, dari Al-Miqdam bin Syuraih dari ayahnya dari Aisyah, ia berkata, “Barang siapa menceritakan kepada kalian bahwa Nabi saw. buang air kecil dengan berdiri, maka janganlah kalian percayai, karena beliau tidaklah buang air kecil kecuali dengan duduk.” Ia berkata, “Dalam bab ini, ada juga hadis dari sahabat Umar, Buraidah, dan Abdurrahman bin Hasanah.”

Abu Isa berkata, “Hadis Aisyah adalah yang paling baik dan paling shahih dalam bab ini, sedangkan hadis Umar diriwayatkan dari hadis Abdul Karim bin Abu Al-Mukhariq, dari Nafi’, dari Ibnu Umar, dari Umar, ia berkata, ‘Nabi saw. pernah melihatku kencing dalam keadaan berdiri, kemudian beliau bersabda, ‘Wahai Umar, janganlah kamu kencing dengan berdiri.’ Maka setelah itu aku tidak pernah lagi kencing dengan berdiri.” Abu Isa berkata, “Sesungguhnya Abdul Karim bin Abu Al-Mukhariq telah memarfukan hadis ini, sedangkan ia adalah dhaif menurut ahli hadis. Ayyub As-Sikhtiyani mendhaifkannya dan membincangkannya.” 

Ubaidullah telah meriwayatkannya, dari Nafi’, dari Ibnu Umar, ia berkata, Umar r.a., berkata, ‘Aku tidak pernah kencing dengan berdiri sejak aku masuk Isam.” Hadis ini lebih shahih dari pada hadis Abdul Karim, sedangkan hadis Buraidah dalam bab ini tidaklah mahfudz (syadz). Sementara makna larangan kencing berdiri adalah berkaitan dengan tata krama, bukan larangan yang bersifat pengharaman. Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, “Sesungguhnya termasuk perangai buruk apabila kamu kencing dengan berdiri.”