Beranda blog Halaman 24

Hadis No. 56 Shahih Muslim

0
Shahih Muslim
Shahih Muslim

Hadispedia.id – Al-Imam ِAbu Al-Husain Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi berkata dalam Shahih-nya kitab Al-Iman bab dalil orang yang ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad Saw. sebagai Rasul, maka ia orang yang beriman meskipun ia pernah melakukan dosa besar,

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ أَبِي عُمَرَ الْمَكِّيُّ، وَبِشْرُ بْنُ الْحَكَمِ، قَالَا: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ وَهُوَ ابْنُ مُحَمَّدٍ الدَّرَاوَرْدِيُّ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ الْهَادِ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ، عَنِ الْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: ذَاقَ طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا

Muhammad bin Yahya bin Abu Umar Al-Makki dan Bisyr bin Al-Hakam telah menceritakan kepada kami, mereka berkata, Abdul Aziz bin Muhammad Ad-Darawardi telah menceritakan kami, dari Yazid bin Al-Had, dari Muhammad bin Ibrahim, dari Amir bin Sa’d, dari Al-Abbas bin Abdul Muthallib, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Telah merasakan nikmatnya iman bagi orang yang ridha dengan Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Rasul.”

Hadis No. 82 Shahih Al-Bukhari

0
Shahih Bukhari
Shahih Bukhari

Hadispedia.id – Al-Imam Al-Bukhari berkata di dalam Shahih-nya pada Kitab Al-Ilmu bab keutamaan ilmu,

حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عُفَيْرٍ قَالَ: حَدَّثَنِي اللَّيْثُ، قَالَ: حَدَّثَنِي عُقَيْلٌ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ حَمْزَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، أَنَّ ابْنَ عُمَرَ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: بَيْنَا أَنَا نَائِمٌ، أُتِيتُ بِقَدَحِ لَبَنٍ، فَشَرِبْتُ حَتَّى إِنِّي لَأَرَى الرِّيَّ يَخْرُجُ فِي أَظْفَارِي، ثُمَّ أَعْطَيْتُ فَضْلِي عُمَرَ بْنَ الخَطَّابِ قَالُوا: فَمَا أَوَّلْتَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: العِلْمَ

Sa’id bin Ufair telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Al-Laits telah menceritakan kepadaku, ia berkata, Uqail telah menceritakan kepadaku, dari Ibnu Syihab, dari Hamzah bin Abdullah bin Umar, bahwa Ibnu Umar berkata, Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda,  “Ketika aku tidur, aku bermimpi diberi segelas susu lalu aku meminumnya hingga aku melihat susu yang diminum tersebut keluar di kuku-kukuku, kemudian aku berikan sisanya kepada sahabat muliaku Umar bin Al-Khattab.” Orang-orang bertanya, “Apa takwilnya wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ilmu”.

Hadis No. 81 Shahih Al-Bukhari

0
Shahih Bukhari
Shahih Bukhari

Hadispedia.id – Al-Imam Al-Bukhari berkata di dalam Shahih-nya pada Kitab Al-Ilmu bab diangkatnya ilmu dan merebaknya kebodohan,

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: لَأُحَدِّثَنَّكُمْ حَدِيثًا لاَ يُحَدِّثُكُمْ أَحَدٌ بَعْدِي، سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ:  مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ: أَنْ يَقِلَّ العِلْمُ، وَيَظْهَرَ الجَهْلُ، وَيَظْهَرَ الزِّنَا، وَتَكْثُرَ النِّسَاءُ، وَيَقِلَّ الرِّجَالُ، حَتَّى يَكُونَ لِخَمْسِينَ امْرَأَةً القَيِّمُ الوَاحِدُ

Musaddad telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Yahya telah menceritakan kepada kami, dari Syu’bah, dari Qatadah, dari Anas bin Malik, ia berkata, Aku akan menceritakan kepada kalian hadis yang tidak pernah diceritakan oleh seorang pun setelahku, aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat adalah sedikitnya ilmu dan merebaknya kebodohan, perzinaan secara terang-terangan, jumlah perempuan lebih banyak dan sedikitnya laki-laki, sehingga (perbandingannya) lima puluh perempuan sama dengan hanya satu orang laki-laki.”

Hadis No. 80 Shahih Al-Bukhari

0
Shahih Bukhari
Shahih Bukhari

Hadispedia.id – Al-Imam Al-Bukhari berkata di dalam Shahih-nya pada Kitab Al-Ilmu bab diangkatnya ilmu dan merebaknya kebodohan,

حَدَّثَنَا عِمْرَانُ بْنُ مَيْسَرَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الوَارِثِ، عَنْ أَبِي التَّيَّاحِ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ: أَنْ يُرْفَعَ العِلْمُ وَيَثْبُتَ الجَهْلُ، وَيُشْرَبَ الخَمْرُ، وَيَظْهَرَ الزِّنَا

Imran bin Maisarah telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Abdul Warits telah menceritakan kepada kami, dari Abu At-Tayyah, dari Anas bin Malik r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat adalah diangkatnya ilmu (dengan wafatnya ahli ilmu), merebaknya kebodohan, banyaknya orang yang minum minuman keras, dan perzinaan yang merajalela.”

Hadis No. 79 Shahih Al-Bukhari

0
Shahih Bukhari
Shahih Bukhari

Hadispedia.id – Al-Imam Al-Bukhari berkata di dalam Shahih-nya pada Kitab Al-Ilmu bab keutamaan pelajar dan pengajar,

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ العَلاَءِ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ أُسَامَةَ، عَنْ بُرَيْدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِي بُرْدَةَ، عَنْ أَبِي مُوسَى، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ مِنَ الهُدَى وَالعِلْمِ، كَمَثَلِ الغَيْثِ الكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا، فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ، قَبِلَتِ المَاءَ، فَأَنْبَتَتِ الكَلَأَ وَالعُشْبَ الكَثِيرَ، وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ، أَمْسَكَتِ المَاءَ، فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ، فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا، وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى، إِنَّمَا هِيَ قِيعَانٌ لاَ تُمْسِكُ مَاءً وَلاَ تُنْبِتُ كَلَأً، فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِي دِينِ اللَّهِ، وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ، وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا، وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ» قَالَ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ: قَالَ إِسْحَاقُ: وَكَانَ مِنْهَا طَائِفَةٌ قَيَّلَتِ المَاءَ، قَاعٌ يَعْلُوهُ المَاءُ، وَالصَّفْصَفُ المُسْتَوِي مِنَ الأَرْضِ

Muhammad bin Al-‘Ala’ telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Hammad bin Usamah telah menceritakan kepada kami, dari Buraidah bin Abdullah, dari Abu Burdah, dari Abu Musa r.a., dari Nabi saw., beliau bersabda, “Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengan membawanya adalah seperti hujan yang lebat yang turun mengenai tanah. Di antara tanah itu ada jenis yang dapat menyerap air sehingga dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Di antaranya ada tanah yang keras lalu menahan air (tergenang), lalu Allah memberikan manfaat manusia dengan air itu, mereka dapat meminumnya, memberikan minuman binatang ternaknya, dan untuk menyiram tanaman. Ada permukaan tanah lainnya yang berbentuk lembah yang tidak dapat menahan air dan juga tidak dapat menumbuhkan tanaman. Perumpamaan itu adalah seperti orang yang paham agama Allah dan dapat memanfaatkan apa yang aku diutus dengannya, dia mempelajarinya dan mengajarkannya, dan juga perumpamaan orang yang tidak dapat mengangkat derajat (kiyasan bagi yang takabur dengan ilmunya) dan tidak menerima hidayah Allah dengan apa yang aku diutus dengannya.” Abu Abdillah berkata, Ishaq berkata, “Dan di antara jenis tanah itu ada yang berbentuk lembah yang dapat menampung air hingga penuh dan di antaranya ada padang sahara yang datar.”

Hadis No. 104 Sunan Abi Daud

0
Sunan Abu Daud
Sunan Abu Daud

Hadispedia.id – ِAl-Imam Abu Daud; Sulaiman bin Al-Asy’ats berkata di dalam Sunan-nya pada kitab bersuci bab sifat wudhu Nabi saw.,

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ السَّرْحِ، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، عَنْ عَمْرِو بْنِ الْحَارِثِ، أَنَّ حَبَّانَ بْنَ وَاسِعٍ، حَدَّثَهُ أَنَّ أَبَاهُ حَدَّثَهُ، أَنَّهُ سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ زَيْدِ بْنِ عَاصِمٍ الْمَازِنِيَّ، يَذْكُرُ أَنَّهُ رَأَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ وُضُوءَهُ، وَقَالَ: وَمَسَحَ رَأْسَهُ بِمَاءٍ غَيْرِ فَضْلِ يَدَيْهِ، وَغَسَلَ رِجْلَيْهِ حَتَّى أَنْقَاهُمَا

Ahmad bin Amru bin As-Sarh telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Ibnu Wahb telah menceritakan kepada kami, dari Amru bin Al-Harits, bahwa Habban bin Wasi’ telah menceritakan kepadanya bahwa ayahnya telah menceritakan kepadanya, sesungguhnya dia pernah mendengar Abdullah bin Zaid bin Ashim Al-Mazini menyebutkan bahwa dia pernah melihat Rasulullah saw., lalu dia menyebutkan cara wudhu beliau dan berkata; Dan beliau mengusap kepalanya dengan air yang bukan sisa kedua tangannya dan membasuh kedua kakinya hingga membersihkannya.

Hadis No. 103 Sunan Abi Daud

0
Sunan Abu Daud
Sunan Abu Daud

Hadispedia.id – ِAl-Imam Abu Daud; Sulaiman bin Al-Asy’ats berkata di dalam Sunan-nya pada kitab bersuci bab sifat wudhu Nabi saw.,

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ، عَنْ مَالِكٍ، عَنْ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى الْمَازِنِيِّ، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّهُ قَالَ لِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَاصِمٍ – وَهُوَ جَدُّ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى الْمَازِنِيِّ -: هَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تُرِيَنِي كَيْفَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَوَضَّأُ؟ فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ زَيْدٍ: نَعَمْ، فَدَعَا بِوَضُوءٍ فَأَفْرَغَ عَلَى يَدَيْهِ فَغَسَلَ يَدَيْهِ، ثُمَّ تَمَضْمَضَ وَاسْتَنْثَرَ ثَلَاثًا، ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثًا، ثُمَّ غَسَلَ يَدَيْهِ مَرَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ، ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ بِيَدَيْهِ، فَأَقْبَلَ بِهِمَا وَأَدْبَرَ بَدَأَ بِمُقَدَّمِ رَأْسِهِ، ثُمَّ ذَهَبَ بِهِمَا إِلَى قَفَاهُ، ثُمَّ رَدَّهُمَا حَتَّى رَجَعَ إِلَى الْمَكَانِ الَّذِي بَدَأَ مِنْهُ، ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا خَالِدٌ، عَنْ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى الْمَازِنِيِّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَاصِمٍ بِهَذَا الْحَدِيثِ، قَالَ: فَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ مِنْ كَفٍّ وَاحِدَةٍ يَفْعَلُ ذَلِكَ، ثَلَاثًا، ثُمَّ ذَكَرَ نَحْوَهُ

Abdullah bin Maslamah telah menceritakan kepada kami, dari Malik, dari Amru bin Yahya Al-Mazini, dari ayahnya, bahwasannya dia berkata kepada Abdullah bin Zaid bin Ashim – ia adalah kakek Amru bin Yahya Al-Mazini – “Apakah kamu bisa memperlihatkan kepadaku bagaimana Rasulullah saw. berwudhu?” Maka Abdullah bin Zaid menjawab, “Ya”. Lalu dia meminta untuk didatangkan air wudhu, kemudian dia menuangkannya pada kedua tangannya, dia membasuh kedua tangannya, lalu berkumur dan (beristinsyaq dan) beristintsar tiga kali, kemudian membasuh mukanya tiga kali, lalu membasuh tangannya dua kali dua kali hingga siku, kemudian mengusap kepalanya dengan kedua tangannya, dia mengusapkan keduanya ke depan dan ke belakang, dia mulai dengan bagian depan kepala kemudian mengusapkan keduanya sampai ke tengkuknya, lalu mengembalikan keduanya hingga sampai di tempat di mana dia mulai darinya, kemudian dia membasuh kedua kakinya.

Musaddad telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Khalid telah menceritakan kepada kami, dari Amru bin Yahya Al-Mazini, dari ayahnya, dari Abdullah bin Zaid bin ‘Ashim dengan hadis ini, dia menyebutkan; Lalu, dia berkumur dan beristinsyaq dari satu telapak tangan, dia melakukannya tiga kali, lalu dia menyebutkan lafadz semisal di atas.

Hadis No. 78 Shahih Al-Bukhari

0
Shahih Bukhari
Shahih Bukhari

Hadispedia.id – Al-Imam Al-Bukhari berkata di dalam Shahih-nya pada Kitab Al-Ilmu bab keluar untuk belajar,

حَدَّثَنَا أَبُو القَاسِمِ خَالِدُ بْنُ خَلِيٍّ قَاضِي حِمْصَ قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَرْبٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا الأَوْزَاعِيُّ، أَخْبَرَنَا الزُّهْرِيُّ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ بْنِ مَسْعُودٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّهُ تَمَارَى هُوَ وَالحُرُّ بْنُ قَيْسِ بْنِ حِصْنٍ الفَزَارِيُّ فِي صَاحِبِ مُوسَى، فَمَرَّ بِهِمَا أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ، فَدَعَاهُ ابْنُ عَبَّاسٍ فَقَالَ: إِنِّي تَمَارَيْتُ أَنَا وَصَاحِبِي هَذَا فِي صَاحِبِ مُوسَى الَّذِي سَأَلَ السَّبِيلَ إِلَى لُقِيِّهِ، هَلْ سَمِعْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ شَأْنَهُ؟ فَقَالَ أُبَيٌّ: نَعَمْ، سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ شَأْنَهُ يَقُولُ: ” بَيْنَمَا مُوسَى فِي مَلَإٍ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ، إِذْ جَاءَهُ رَجُلٌ فَقَالَ: أَتَعْلَمُ أَحَدًا أَعْلَمَ مِنْكَ؟ قَالَ مُوسَى: لاَ، فَأَوْحَى اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى مُوسَى: بَلَى، عَبْدُنَا خَضِرٌ، فَسَأَلَ السَّبِيلَ إِلَى لُقِيِّهِ، فَجَعَلَ اللَّهُ لَهُ الحُوتَ آيَةً، وَقِيلَ لَهُ: إِذَا فَقَدْتَ الحُوتَ فَارْجِعْ، فَإِنَّكَ سَتَلْقَاهُ، فَكَانَ مُوسَى صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَّبِعُ أَثَرَ الحُوتِ فِي البَحْرِ، فَقَالَ فَتَى مُوسَى لِمُوسَى: (أَرَأَيْتَ إِذْ أَوَيْنَا إِلَى الصَّخْرَةِ فَإِنِّي نَسِيتُ الحُوتَ وَمَا أَنْسَانِيهِ إِلَّا الشَّيْطَانُ أَنْ أَذْكُرَهُ)، قَالَ مُوسَى: (ذَلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِي فَارْتَدَّا عَلَى آثَارِهِمَا قَصَصًا)، فَوَجَدَا خَضِرًا، فَكَانَ مِنْ شَأْنِهِمَا مَا قَصَّ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ

Abu Al-Qasim; Khalid bin Khali, seorang hakim kota Himsh telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Muhammad bin Harb telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Al-Auza’i telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Az-Zuhri telah mengabarkan kepada kami, dari Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah bin Mas’ud, dari Ibnu Abbas r.a., bahwasannya ia dan Al-Hurru bin Qais bin Hishn Al-Fazari berdebat tentang sahabat Nabi Musa a.s. Tiba-tiba Ubay bin Ka’b lewat di depan keduanya. Maka, Ibnu Abbas r.a. memanggilnya dan berkata, “Aku dan temanku berdebat tentang sahabat Nabi Musa a.s. yang ditanya tentang jalan yang akhirnya mempertemukannya, apakah kamu pernah mendengar Nabi saw. menceritakan masalah ini?” Ubay menjawab, Ya, benar. Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Ketika Musa di tengah pembesar Bani Israil, datang seseorang yang bertanya, apakah kamu mengetahui orang yang lebih pandai darimu?” Nabi Musa a.s. berkata, “Tidak”. Maka, Allah swt. mewahyukan kepada Nabi Musa a.s., “Ada, yaitu hamba Kami bernama; Khadhir”. Maka, Nabi Musa a.s. meminta jalan untuk bertemu dengannya. Allah menjadikan ikan bagi Musa sebagai tanda dan dikatakan kepadanya, “Jika kamu kehilangan ikan tersebut, kembalilah, nanti kamu akan berjumpa dengannya.” Maka, Nabi Musa a.s. mengikuti jejak ikan di lautan. Murid Nabi Musa a.s. berkata, “Tahukan kamu, tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi? Sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidaklah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali setan.” Maka, Nabi Musa a.s. berkata, “Itulah (tempat) yang kita cari”. Lalu, keduanya kembali mengikuti jejak mereka semula. Maka, akhirnya keduanya bertemu dengan Khadhir a.s.” Begitulah kisah keduanya sebagaimana Allah ceritakan dalam kitab-Nya.

Sekolah Hadis Kajian Kitab Bulughul Maram Vol. 8; Status Potongan Tubuh Hewan Hidup

0
Bulughul Maram
Bulughul Maram

Hadispedia.id – Pada pertemuan kedelapan kajian kitab Bulughul Maram, Ustadz Huda membacakan hadis tentang status potongan tubuh hewan yang masih hidup. Kajian ini diselenggarakan setiap hari Ahad, pukul 19.30 WIB oleh Sekolah Hadis el-Bukhari Institute dan Hadispedia.

وَعَنْ أَبِي وَاقِدٍ اَللَّيْثِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ  قَالَ: قَالَ اَلنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا قُطِعَ مِنْ اَلْبَهِيمَةِ -وَهِيَ حَيَّةٌ- فَهُوَ مَيِّتٌ. أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ وَاَلتِّرْمِذِيُّ وَحَسَّنَهُ وَاللَّفْظُ لَهُ

Ustadz Huda menjelaskan bahwa hadis ini disebutkan secara mu’allaq untuk meringkas sanad. Hanya disisakan sanad perawi di tingkatan sahabat, yaitu Abu Waqid Al-Laitsi. Beliau dari kaum muhajirin. Daerah asalnya adalah Makkah. Beliau termasuk sahabat yang ikut perang Badar.

Oleh sebab itu, beliau disebut Badriyun. Perang yang sangat menentukan masa setelah itu. Dengan perang yang sangat heroik itu, dapat menimbulkan kepercayaan diri bagi umat Islam. Mereka dianugerahi kemenangan, rasa percaya diri, dan mereka menjadi lebih bersemangat.

Hadis ini sanad lengkapnya terdapat di dalam kitab Sunan Abi Daud dan Sunan At-Tirmidzi. Ustadz Huda mencoba melacak (melakukan takhrij sederhana), ternyata hadis ini juga terdapat di kitab Musnad Ahmad bin Hanbal. Tidak hanya itu, dalam kitab (pdf) yang sudah ditahqiq disebutkan bahwa hadis ini juga ada di dalam kitab Musnad Abi Ya’la, karya Imam Ibnul Jarud, Syarhul Musykil karya Imam At-Thahawi, dan Al-Mu’jam Al-Kabir karya Imam Ath-Thabarani.

Kalau kita perhatikan, jalurnya hampir mirip untuk dilevel atas, tetapi di tingkat bawah sampai kepada penghimpun hadis itu berbeda. Di level yang semuanya sama perawinya, di sana ada Abu Waqid, Atha’ bin Yasar, Zaid bin Aslam, kemudian Abdurrahman bin Abdullah bin Dinar.

Kalau di dalam sanadnya Imam At-Tirmidzi, seluruh perawinya adalah orang yang tsiqah. Orang-orang yang terpercaya dari sisi kapasitas intelektualnya/kekuatan hafalannya dan juga dari sisi adalahnya yaitu komitmen keberagamaannya yang cukup baik. Tetapi ada satu perawi yang oleh para kritikus hadis menilainya berbeda. Pada umumnya, mereka menilai perawi ini dhaif. Tetapi, ada satu ulama yang menilainya sebagai perawi yang bisa diambil dan dijadikan hujjah hadisnya. Yaitu Imam Al-Bukhari.

Perawi yang masih diperdebatkan oleh para kritikus hadis itu adalah Abdurrahman bin Abdullah bin Dinar. Pada umumnya, ulama di dalam kitab Rijalul hadis menyebutkan sisi kedhaifannya. Misalnya ada yang mengatakan fihi dhu’fun ada pula yang mengatakan layyinul hadis, dan yuktab hadisuhu walayuhtajju (ditulis hadisnya tetapi tidak bisa dijadikan hujjah). Rata-rata redaksi yang digunakan adalah alfadzul jarhi (lafadz yang menunjukkan penilaian negatif terhadap seorang perawi). Kalau mengikuti pendapat yang mengatakan Abdurrahman bin Abdullah bin Dinar ini adalah dhaif, maka kesimpulan sanad hadis ini adalah dhaif.

Ternyata, sebagian ulama tidak berpikir demikian. Misalnya Imam At-Tirmidzi di dalam kitab Sunannya beliau menilai hasan. Sebagaimana dikutip oleh Imam Ibnu Hajar di dalam kitab Bulughul Maram ini, beliau mengatakan wa hassanahu. Artinya Imam At-Tirmidzi menilai hadis ini sebagai hadis yang berkualifikasi hasan.

Baca juga: Sekolah Hadis Kajian Kitab Bulughul Maram Vol. 7; Abu Hurairah dan Riwayat tentang Lalat

Selain hadis shahih dan dhaif ada juga namanya hadis hasan yang berada di tengah-tengah. Oleh sebab itu, menurut Ustadz Huda tidak tepat sebagian pernyataan orang yang tidak mau beramal kecuali dengan hadis shahih. Kenapa? karena ada hadis lain yang bisa diterima dengan kualitas yang bukan shahih, tetapi hadis hasan. Dalam ilmu hadis, kategori hadis itu ada dua. Ada yang mardud (ditolak), yakni hadis dhaif dan ada hadis yang maqbul (diterima), yakni hadis shahih dan hasan.

Argumentasi Imam At-Tirmidzi menilai hasan hadis ini adalah disebabkan karena beliau lebih cenderung kepada pendapat gurunya, yaitu Imam Al-Bukhari. Oleh karena ada yang menilai dhaif dan ada yang masih menganggap hadis riwayatnya Abdurrahman bin Abdullah bin Dinar, maka Imam At-Tirmidzi menggunakan bahasa yang tengah-tengah, yaitu hasan. Adapun redaksi hadis yang dikutip oleh Imam Ibnu Hajar di dalam kitab Bulughul Maram di atas adalah milik Imam At-Tirmidzi.

Sedangkan terkait matan hadisnya disebutkan,

مَا قُطِعَ مِنْ اَلْبَهِيمَةِ -وَهِيَ حَيَّةٌ- فَهُوَ مَيِّتٌ

Bagian sesuatu yang terpotong dari binatang ternak, sedangkan ia masih hidup, maka bagian itu dihukumi bangkai. Ustadz Huda menjelaskan bahwa di dalam riwayat Imam Ahmad, hadis ini terdapat asbabul wurudnya (hal yang melatar belakangi adanya hadis ini).

Suatu ketika Rasulullah saw. datang ke kota Madinah. Ada orang-orang yang memotong punuknya unta dan daging yang dekat pantatnya kambing. Mereka itu mempunyai kebiasaan memotong punuknya unta atau bagian belakangnya kambing untuk dikonsumsi atau dijual. Jadi, untanya dan kambingnya masih hidup tapi ada bagian tertentu yang dipotong.

Selanjutnya, kajian kitab Bulughul Maram yang berdurasi kurang lebih 40 menit ini dapat Anda dengarkan di Channel YouTube hadispedia.

Sekolah Hadis Kajian Kitab Bulughul Maram Vo. 7; Abu Hurairah dan Riwayat tentang Lalat

0
Bulughul Maram
Bulughul Maram

Hadispedia.id – Pada pertemuan ketujuh sekolah hadis kajian kitab Bulughul Maram, semakin banyak peserta yang mengikuti setelah diputuskan oleh pihak el-Bukhari Institute dibuka untuk umum. Sebelumnya, kajian ini memang dikhususkan untuk member Sekolah Hadis.

Oleh sebab itu, Ustadz Huda menjelaskan kembali bahwa Bulughul Maram ini merupakan kitab yang menghimpun hadis-hadis hukum atau hadis-hadis yang menjadi dalil dari hukum-hukum syara’. Terutama dalam madzhab Syafi’i.

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا وَقَعَ اَلذُّبَابُ فِي شَرَابِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْمِسْهُ ثُمَّ لِيَنْزِعْهُ فَإِنَّ فِي أَحَدِ جَنَاحَيْهِ دَاءً وَفِي اَلْآخَرِ شِفَاءً أَخْرَجَهُ اَلْبُخَارِيُّ وَأَبُو دَاوُدَ وَزَادَ وَإِنَّهُ يَتَّقِي بِجَنَاحِهِ اَلَّذِي فِيهِ اَلدَّاءُ

Hadis diriwayatkan oleh Sahabat Abu Hurairah r.a., bahwa beliau mengatakan Rasulullah saw. bersabda, “Ketika seekora lalat masuk/jatuh dalam minuman salah seorang dari kalian, maka hendaknya dia menenggelamkannya, kemudian dia mengangkat/membuangnya, karena sesungguhnya pada salah satu sayap itu terdapat penyakit, dan di dalam sayap yang lain, terdapat obat.” Hadis ini disebutkan oleh Imam Al-Bukhari di dalam kitab Shahihnya dan Imam Abu Daud di dalam kitab Sunannya. Imam Abu Daud menambahkan redaksi, “Dan sesungguhnya lalat itu akan menjaga sayap yang di dalamnya terdapat penyakit.

Baca juga: Sekolah Hadis Kajian Kitab Bulughul Maram Vol. 6; Nabi dan A’rabi

Setelah membaca dan mengartikan hadis tersebut, Ustadz Huda kemudian mengajak para peserta untuk mengulas bagian perbagian. Beliau memulai pembahasan dari segi sanadnya. Ustadz Huda mengatakan bahwa Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani (penyusun kitab Bulughul Maram) itu tidak menyantumkan sanad secara lengkap. Jadi, disajikan secara mu’allaq. Mu’allaq adalah membuang sanad keseluruhan dan disisakan satu yaitu di level sahabat. Seperti dalam konteks hadis di atas.

Jika kita ingin mengetahui sanadnya secara lengkap, maka kita dapat melihat di dalam kitab yang direkomendasikan oleh Imam Ibnu Hajar Al-‘Asqalani. Pada kontes hadis ini adalah kitab Shahih Al-Bukhari.

Sahabat Abu Hurairah r.a. adalah sahabat yang berasal dari suku Dausi di Yaman; Arab Selatan. Beliau masuk Islam ketika Rasulullah saw. sudah hijrah ke kota Madinah. 7 tahun setelah Rasulullah saw. hidup di Madinah, setelah perang Khaibar, Abu Hurairah r.a. ini datang dari Yaman dan masuk Islam. Kemudian, ia belajar di Madinah bersama para sahabat lainnya.

Disebabkan karena beliau adalah sahabat muhajirin/pendatang, maka hidupnya seadanya. Tidur di masjid dan makan menunggu ada yang memberi kepadanya. Beliau termasuk Ashabus Suffah. Beliau adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis di antara sahabat-sahabat yang lainnya.

Ada sekitar 5000 hadis yang diriwayatkan oleh Sahabat Abu Hurairah r.a. Itu lebih banyak dibanding dari riwayat istri Rasulullah saw.; Sayyidah Aisyah r.a. Sebagian orang menganggap aneh. Kenapa Sahabat Abu Hurairah r.a. bisa meriwayatkan begitu banyak hadis. Padahal beliau masuk Islam, datang ke kota Madinah, bertemu Rasulullah saw. itu tahun ke-7 H. Pada tahun 11 H. Rasulullah saw. wafat. Artinya, Sahabat Abu Hurairah r.a. bertemu Rasulullah hanya 3 tahun (atau empat tahun).

Tapi kenapa riwayat hadisnya paling banyak? Lebih banyak dari pada Sahabat Abu Bakr As-Shiddiq. Sebagaimana kita tahu, Sahabat Abu Bakr As-Shiddiq adalah (bersama Rasulullah saw.) ketika setelah beliau beriman dan sejak di Makkah. Namun, riwayat beliau sangat sedikit sekali riwayatnya.

Ini sangat mengherankan bagi sebagian orang. Tapi, kalau kita melihat sejarah/sirah Sahabat Abu Hurairah r.a. maka kita akan memaklumi. Dalam sebuah riwayat disebutkan beliau mengatakan bahwa beliau adalah seorang yang miskin, pendatang di kota Madinah, maka tidak ada kerjaan. Kalau Sahabat Muhajirin yang lainnya banyak yang bekerja, mengurus urusannya. Sehingga, beliau memiliki waktu luang yang banyak. Setiap ada forum yang di situ ada Rasulullah saw., maka hampir-hampir Sahabat Abu Hurairah r.a. tidak pernah absent.

Selain itu, dalam suatu majelis, beliau pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda bahwa bagi kalian yang ingin kuat hafalannya, maka bentangkan sorban kalian. Lalu didoakan oleh Rasulullah saw. dan diusapkan. Hal itu merupakan ad-du’a bir rumus. Jadi, ditabarruki atau diambil keberkahannya. Sehingga, Sahabat Abu Hurairah r.a. tidak mudah lupa.

Selanjutnya, kajian kitab Bulughul Maram yang berdurasi kurang lebih satu setengah jam ini dapat Anda dengarkan di Channel YouTube hadispedia.