Hadispedia.id – Seorang muhaddits yang menyebarkan hadis kepada khalayak luas hendaknya menunjukkan sikap dan perilaku yang terpuji agar dirinya dapat menjadi panutan yang baik bagi masyarakat. Karenanya, ada beberapa hal utama yang menjadi adab muhaddis berdasarkan pendapat Dr. Mahmud Thahhan dalam kitab Taisir Musthalah al-Hadis.
Pertama, seorang muhaddits harus meluruskan niatnya serta ikhlas dalam mempelajari dan mengajarkan hadis sehingga tidak ada dalam hatinya tujuan untuk meraih popularitas atau perkara duniawi sebagaimana sabda Rasulullah saw:
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبتَغَى بِهِ وَجْهُ اللهِ تَعَالَى لَا يَتَعَلَّمُهُ إلَّا لِيُصِيْبَ بِهِ عَرْضًا مِنَ الدُّنيَا، لَمْ يَجِدْ عُرْفَ الجَنَّةِ يَوْمَ القِيَامَةِ
“Barangsiapa yang menuntut ilmu yang dianjurkan Allah swt. dan ia tidak mempelajarinya melainkan untuk meraih keduniawian. Maka pada hari Kiamat ia tidak akan memperoleh harumnya wangi surga.” (H.R. Imam Abu Daud, Imam Ibnu Majah, dan Imam Ahmad dari sahabat Abu Hurairah r.a.)
Baca juga: Apa itu Hadis Mutawatir?
Kedua, muhaddits hendaknya memberikan perhatian yang besar terhadap penyebarluasan hadis dan ia hendaknya menyampaikan apa yang berasal dari Rasulullah saw. dengan harapan mendapat pahala dari Allah swt.
Ketiga, hendaknya ia tidak menyampaikan hadis jika di hadapannya terdapat orang yang lebih utama darinya baik dari segi usia ataupun keilmuan.
Keempat, menunjukkan kepada orang yang bertanya mengenai sesuatu dalam hadis sementara ia tahu bahwa hal tersebut ada pada orang lain.
Kelima, yang harus diperhatikan adalah jika ada seseorang yang tidak tulus niatnya dalam menyampaikan hadis, maka seorang muhaddits hendaknya tidak menghalangi kegiatan orang tersebut hanya karena ia berharap akan meluruskan niatnya.
Terakhir adalah hendaknya membentuk perkumpulan untuk mengkaji hadis jika ia memiliki kualifikasi yang mumpuni dan hal ini merupakan tingkatan tertinggi dalam periwayatan.
Selain enam perkara di atas, ada adab-adab khusus yang berlaku bagi muhaddits yaitu senantiasa meminta kemudahan dalam hal menghafal dan memahami hadis kepada Allah swt., memerhatikan hadis secara komprehensif, dan mendengar hadis dari guru-guru yang paling utama di negerinya.
Seorang muhaddits harus menghormati serta memuliakan gurunya. Ia pun hendaknya dengan senang hati menyampaikan ilmu yang ia dapatkan kepada kawan-kawannya namun tidak menutup dirinya untuk menerima ilmu dari orang yang lebih muda atau yang kedudukannya lebih rendah darinya. Ia juga tidak boleh berpuas diri atas ilmu yang telah ia dapatkan. Dengan kata lain, seorang muhaddits harus selalu haus akan ilmu.
Dalam hal mendengar, menghafal, dan memahami hadis, dianjurkan untuk mendahulukan kitab Shahihain dan dilanjutkan dengan kitab-kitab Sunan, Musnad, dan Jawami’ berturut-turut.
Adapun jika seorang muhaddits akan menghadiri majelis ilmu, maka dianjurkan baginya untuk bersuci dan merapikan penampilannya. Saat di majelis, hendaknya ia duduk dengan tenang serta penuh perhatian sebagai bentuk hormat terhadap Rasulullah saw.
Baca juga: Sayyidah Aisyah dan Kepakarannya dalam Bidang Hadis
Ketika menyampaikan pelajaran, seorang muhaddits harus memerhatikan seluruh yang hadir, tidak memusatkan perhatiannya hanya pada satu orang hingga melalaikan yang lainnya. Majelis pun hendaknya diawali dan diakhiri dengan pujian kepada Allah swt., shalawat ke atas Nabi Muhammad saw., serta doa sesuai dengan kondisi.
Materi yang disampaikan pun hendaknya bukan perkara-perkara dari hadis yang sulit diterima oleh akal hadirin atau yang tidak sanggup dipahami. Untuk menutup kajian, sebaiknya disampaikan kisah-kisah unik untuk menyenangkan hati dan menghilangkan perilaku yang buruk. Wa Allahu a’lam bis shawab.