Beranda blog Halaman 14

Hadis No. 42 Sunan Ibn Majah

0
Sunan Ibnu Majah
hadis larangan berbuat bid'ah

Hadispedia.id – Al-Imam Ibnu Majah dalam Sunan-nya pada kitab muqaddimah bab mengikuti sunnah Al-Khulafa’ Ar-Rasyidin Al-Mahdiyyin,

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ بَشِيرِ بْنِ ذَكْوَانَ الدِّمَشْقِيُّ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْعَلَاءِ -يعني ابن زَبْرٍ- حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ أَبِي الْمُطَاعِ، قَالَ سَمِعْتُ الْعِرْبَاضَ بْنَ سَارِيَةَ يَقُولُ: قَامَ فِينَا رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ذَاتَ يَوْمٍ، فَوَعَظَنَا مَوْعِظَةً بَلِيغَةً وَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ، وَذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ، فَقِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَعَظْتَنَا مَوْعِظَةَ مُوَدِّعٍ فَاعْهَدْ إِلَيْنَا بِعَهْدٍ. فَقَالَ: عَلَيْكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا، وَسَتَرَوْنَ مِنْ بَعْدِي اخْتِلَافًا شَدِيدًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ، عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَالْأُمُورَ الْمُحْدَثَاتِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

Abdullah bin Ahmad bin Basyir bin Dzakwan Ad-Dimasyqi telah menceritakan kepada kami, dia berkata, Al-Walid bin Muslim telah menceritakan kepada kami, dia berkata, Abdullah bin Al-Ala’ yaitu Ibnu Zabr telah menceritakan kepada kami, dia berkata, Yahya bin Abu Al-Mutha’ telah menceritakan kepadaku, dia berkata, aku pernah mendengar Al-‘Irbadh bin Sariyah berkata, “Pada suatu hari, Rasulullah saw. berdiri di tengah-tengah kami. Beliau memberi nasihat yang sangat menyentuh hati menjadi gemetar dan air mata berlinangan. Lalu dikatakan, “Wahai Rasulullah, engkau memberikan nasihat kepada kami satu nasihat perpisahan, maka berilah kami satu wasiyat.” Beliau bersabda, “Hendaklah kalian bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat meski kepada budak Habsyi. Sepeninggalku nanti, kalian akan melihat perselisihan yang sangat dahsyat, maka hendaklah kalian berpegang dengan sunnahku dan sunnah para Al-Khulafa’ Ar-Rasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah sunnah ini dengan gigi graham, dan jangan sampai kalian mengikuti perkara-perkara yang dibuat-buat, karena sesungguhnya semua bid’ah itu adalah sesat.”

Hadis No. 96 Sunan At-Tirmidzi

0
Sunan At-Tirmidzi
Sunan At-Tirmidzi

Hadispedia.id – Al-Imam At-Tirmidzi berkata di dalam Sunannya pada kitab bersuci bab mengusap sepasang khuff bagi musafir dan muqim,

حَدَّثَنَا هَنَّادٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو الأَحْوَصِ، عَنْ عَاصِمِ بْنِ أَبِي النَّجُودِ، عَنْ زِرِّ بْنِ حُبَيْشٍ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ عَسَّالٍ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنَا إِذَا كُنَّا سَفَرًا أَنْ لاَ نَنْزِعَ خِفَافَنَا ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ وَلَيَالِيهِنَّ، إِلاَّ مِنْ جَنَابَةٍ، وَلَكِنْ مِنْ غَائِطٍ وَبَوْلٍ وَنَوْمٍ
هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
وَقَدْ رَوَى الحَكَمُ بْنُ عُتَيْبَةَ، وَحَمَّادٌ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ النَّخَعِيِّ، عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ الجَدَلِيِّ، عَنْ خُزَيْمَةَ بْنِ ثَابِتٍ وَلاَ يَصِحُّ
قَالَ عَلِيُّ بْنُ الْمَدِينِيِّ: قَالَ يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ: قَالَ شُعْبَةُ: لَمْ يَسْمَعْ إِبْرَاهِيمُ النَّخَعِيُّ مِنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ الجَدَلِيِّ حَدِيثَ الْمَسْحِ

وقَالَ زَائِدَةُ: عَنْ مَنْصُورٍ، كُنَّا فِي حُجْرَةِ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيِّ وَمَعَنَا إِبْرَاهِيمُ النَّخَعِيُّ، فَحَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ التَّيْمِيُّ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مَيْمُونٍ، عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ الجَدَلِيِّ، عَنْ خُزَيْمَةَ بْنِ ثَابِتٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَسْحِ عَلَى الخُفَّيْنِ
قَالَ مُحَمَّدٌ: أَحْسَنُ شَيْءٍ فِي هَذَا البَابِ حَدِيثُ صَفْوَانَ بْنِ عَسَّالٍ
وَهُوَ قَوْلُ العُلَمَاءِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَالتَّابِعِينَ، وَمَنْ بَعْدَهُمْ مِنَ الفُقَهَاءِ مِثْلِ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ، وَابْنِ الْمُبَارَكِ، وَالشَّافِعِيِّ، وَأَحْمَدَ، وَإِسْحَاقَ، قَالُوا: يَمْسَحُ الْمُقِيمُ يَوْمًا وَلَيْلَةً، وَالمُسَافِرُ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ وَلَيَالِيهِنَّ
وَقَدْ رُوِيَ عَنْ بَعْضِ أَهْلِ العِلْمِ أَنَّهُمْ لَمْ يُوَقِّتُوا فِي الْمَسْحِ عَلَى الخُفَّيْنِ، وَهُوَ قَوْلُ مَالِكِ بْنِ أَنَسٍ
وَالتَّوْقِيتُ أَصَحُّ
وَقَدْ رُوِيَ هَذَا الحَدِيثُ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ عَسَّالٍ أَيْضًا مِنْ غَيْرِ حَدِيثِ عَاصِمٍ

Hannad telah menceritakan kepada kami, dia berkata, Abu Al-Ahwash telah menceritakan kepada kami, dari Ashim bin Abu An-Najud, dari Zir bin Hubaish, dari Shafwan bin Assal, dia berkata, “Jika kami sedang berpergian, Rasulullah saw. memerintahkan agar kami tidak membuka khuff (sepatu) kami selama tiga hari tiga malam kecuali ketika kami junub, tetapi kami membukanya karena buang air besar, buang air kecil, dan tidur.

Abu Isa berkata, “Ini Hadis Hasan Shahih”.

Al-Hakam bin Utbah dan Hammad meriwayatkan hadis ini dari Ibrahim An-Nakha’i, dan Abu Abdillah Al-Jadali, dari Khuzaimah bin Tsabit, namun statusnya tidak shahih.

Ali bin Al-Madini berkata, Yahya bin Sa’id berkata, Syu’bah berkata, “Ibrahim An-Nakha’i tidak mendengar dari Abu Abdillah Al-Jadzali tentang hadis mengusap khuff.”

Zaidah berkata dari Manshur, “Kami pernah di kamar Ibrahim At-Taimi, dan Ibrahim An-Nakha’i bersama kami, lalu Ibrahim At-Taimi menceritakan kepada kami dari Amr bin Maimun, dari Abu Abdillah Al-Jadali, dari Khuzaimah bin Tsabit, dari Nabi saw. tentang mengusap dua khuff.”

Muhammad bin Ismail berkata, “Hadis yang paling bagus dalam bab ini adalah hadis riwayat Shafwan bin Assal Al-Muradi.”

Abu Isa berkata, “Ini adalah pendapat mayoritas ulama dari kalangan sahabat Nabi saw., tabi’in, dan orang-orang setelah mereka dari kalangan para ahli fikih; seperti Sufyan Ats-Tsauri, Ibnu Al-Mubarak, As-Syafi’i, Ahmad, dan Ishaq. Mereka berkata, “Orang yang tinggal di rumah mengusap khuffnya selama sehari semalam, sedangkan musafir tiga hari tiga malam.”

Abu Isa berkata, “Diriwayatkan pula dari sebagian ahli ilmu bahwa mereka tidak memberikan batasan waktu dalam mengusap sepasang khuff, dan inilah pendapat Malik bin Anas.”

Abu Isa berkata, “Pendapat yang memberikan batas waktu lebih shahih.”

Hadis ini juga diriwayatkan dari Shafwan bin Assal selain dari hadis Ashim.

Hadis No. 95 Sunan At-Tirmidzi

0
Sunan At-Tirmidzi
Sunan At-Tirmidzi

Hadispedia.id – Al-Imam At-Tirmidzi berkata di dalam Sunannya pada kitab bersuci bab mengusap sepasang khuff bagi musafir dan muqim,

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ مَسْرُوقٍ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيِّ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مَيْمُونٍ، عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ الجَدَلِيِّ، عَنْ خُزَيْمَةَ بْنِ ثَابِتٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُ سُئِلَ عَنِ الْمَسْحِ عَلَى الخُفَّيْنِ؟ فَقَالَ: لِلْمُسَافِرِ ثَلاَثَةٌ، وَلِلْمُقِيمِ يَوْمٌ
وَذُكِرَ عَنْ يَحْيَى بْنِ مَعِينٍ أَنَّهُ صَحَّحَ حَدِيثَ خُزَيْمَةَ بْنِ ثَابِتٍ فِي الْمَسْحِ
وَأَبُو عَبْدِ اللهِ الجَدَلِيُّ اسْمُهُ عَبْدُ بْنُ عَبْدٍ
وَيُقَالُ: عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَبْدٍ
هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
وَفِي البَابِ عَنْ عَلِيٍّ، وَأَبِي بَكْرَةَ، وَأَبِي هُرَيْرَةَ، وَصَفْوَانَ بْنِ عَسَّالٍ، وَعَوْفِ بْنِ مَالِكٍ، وَابْنِ عُمَرَ، وَجَرِيرٍ

Qutaibah telah menceritakan kepada kami, dia berkata, Abu Awanah telah menceritakan kepada kami, dari Sa’id bin Masruq, dari Ibrahim At-Taimi, dari Amr bin Maimun, dari Abu Abdillah Al-Jadzali, dari Khuzaimah bin Tsabit, dari Nabi saw., bahwa beliau pernah ditanya tentang mengusap sepasang khuff. Beliau menjawab, “Bagi orang yang sedang dalam perjalanan (musafir) tiga hari, dan bagi orang yang berada di rumah sehari.”

Disebutkan pula dari Yahya bin Ma’in bahwasannya dia menshahihkan hadis Khuzaimah bin Tsabit mengenai mengusap khuff.

Abu Abdillah Al-Jadzali namanya adalah Abdu bin Abd, dan disebutkan pula dia bernama Abdurrahman bin Abd.

Ini berderajat Hadis Hasan Shahih.

Dalam bab ini juga terdapat riwayat dari Ali, Abu Bakrah, Abu Hurairah, Shafwan bin Assal, Auf bin Malik, Ibnu Umar, dan Jarir.

Hadis No. 119 Sunan An-Nasa’i

0
Sunan An-Nasa'i
Sunan An-Nasa'i

Hadispedia.id – Al-Imam An-Nasa’i berkata dalam Sunan-nya pada kitab bersuci bab mengusap sepasang khuff,

أَخْبَرَنَا الْعَبَّاسُ بْنُ عَبْدِ الْعَظِيمِ قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ قَالَ: حَدَّثَنَا حَرْبُ بْنُ شَدَّادٍ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ عَمْرِو بْنِ أُمَيَّةَ الضَّمْرِيِّ، عَنْ أَبِيهِ: أَنَّهُ رَأَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ وَمَسَحَ عَلَى الْخُفَّيْنِ

Al-Abbas bin Abdul Adhim telah mengabarkan kepada kami, dia berkata, Abdurrahman telah menceritakan kepada kami, dia berkata, Harb bin Syaddad telah menceritakan kepada kami, dari Yahya bin Abi Katsir, dari Abu Salamah, dari Ja’far bin Amr bin Umayyah Ad-Dhamri, dari ayahnya, bahwa dia pernah melihat Rasulullah saw. berwudhu dan beliau mengusap kedua khuff (sepatu) nya.”

Hadis No. 118 Sunan An-Nasa’i

0
Sunan An-Nasa'i
Sunan An-Nasa'i

Hadispedia.id – Al-Imam An-Nasa’i berkata dalam Sunan-nya pada kitab bersuci bab mengusap sepasang khuff,

أَخْبَرَنَا قُتَيْبَةُ قَالَ: حَدَّثَنَا حَفْصٌ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ هَمَّامٍ، عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ: أَنَّهُ تَوَضَّأَ وَمَسَحَ عَلَى خُفَّيْهِ فَقِيلَ لَهُ: أَتَمْسَحُ؟ فَقَالَ: «قَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُ» وَكَانَ أَصْحَابُ عَبْدِ اللَّهِ يُعْجِبُهُمْ قَوْلُ جَرِيرٍ وَكَانَ إِسْلَامُ جَرِيرٍ قَبْلَ مَوْتِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَسِيرٍ

Qutaibah telah mengabarkan kepada kami, dia berkata, Hafs telah menceritakan kepada kami, dari Al-A’masy, dari Ibrahim, dari Hammam, dari Jarir bin Abdullah, bahwa dia berwudhu dan mengusap kedua khuffnya (sepatunya). Lalu dia ditanya, “Apakah kamu mengusapnya?” Dia menjawab, “Aku sungguh pernah melihat Rasulullah saw. mengusapnya.” Para sahabat Abdullah merasa kagum dengan perkataan Jarir, karena Jarir masuk Islam beberapa saat sebelum wafatnya Rasulullah saw.

Hadis No. 117 Sunan An-Nasa’i

0
Sunan An-Nasa'i
Sunan An-Nasa'i

Hadispedia.id – Al-Imam An-Nasa’i berkata dalam Sunan-nya pada kitab bersuci bab wudhu dengan mengenakan sandal,

أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ إِدْرِيسَ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ وَمَالِكٍ وَابْنِ جُرَيْجٍ، عَنِ الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ عُبَيْدِ بْنِ جُرَيْجٍ قَالَ: قُلْتُ لِابْنِ عُمَرَ: رَأَيْتُكَ تَلْبَسُ هَذِهِ النِّعَالَ السِّبْتِيَّةَ وَتَتَوَضَّأُ فِيهَا. قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَلْبَسُهَا وَيَتَوَضَّأُ فِيهَا

Muhammad bin Al-‘Ala’ telah mengabarkan kepada kami, dia berkata, Ibnu Idris telah menceritakan kepada kami, dari Ubaidullah, Malik, dan Ibnu Juraij, dari Al-Maqburi, dari Ubaid bin Juraij, dia berkata, aku berkata kepada Ibnu Umar, “Aku pernah melihatmu memakai sandal sibtiyyah (terbuat dari kulit sapi) dan kamu berwudhu dengan mengenakannya.” Dia menjawab, “Aku pernah melihat Rasulullah saw. berwudhu dengan mengenakannya.”

Hadis No. 116 Sunan An-Nasa’i

0
Sunan An-Nasa'i
Sunan An-Nasa'i

Hadispedia.id – Al-Imam An-Nasa’i berkata dalam Sunan-nya pada kitab bersuci bab batasan basuhan,

أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ السَّرْحِ وَالْحَارِثُ بْنُ مِسْكِينٍ قِرَاءَةً عَلَيْهِ وَأَنَا أَسْمَعُ وَاللَّفْظُ لَهُ، عَنِ ابْنِ وَهْبٍ، عَنْ يُونُسَ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، أَنَّ عَطَاءَ بْنَ يَزِيدَ اللَّيْثِيَّ، أَخْبَرَهُ أَنَّ حُمْرَانَ مَوْلَى عُثْمَانَ أَخْبَرَهُ: أَنَّ عُثْمَانَ دَعَا بِوَضُوءٍ «فَتَوَضَّأَ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ، ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْمِرْفَقِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ، ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْكَعْبَيْنِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ». ثُمَّ قَالَ: «رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا». ثُمَّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ لَا يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Ahmad bin Amr bin As-Sarh dan Al-Haris bin Miskin telah mengabarkan kepada kami yang dibacakan kepadanya dan saya mendengarkan dan redaksi hadis adalah miliknya, dari Yunus, dari Ibnu Syihab, bahwa Atha’ bin Yazid Al-Laitsi telah mengabarkan kepadanya, Humran yakni bekas hamba sahaya Usman telah mengabarkan kepadanya bahwa Usman meminta air wudhu, lalu beliau berwudhu, membasuh kedua telapak tangannya tiga kali, kemudian berkumur dan istinsyaq, lalu membasuh wajahnya tiga kali, membasuh tangan kanannya sampai siku-siku tiga kali, membasuh tangan kirinya seperti itu juga, mengusap kepalanya, membasuh kaki kanannya sampai mata kaki tiga kali, lalu membasuh kaki kirinya seperti itu juga. Kemudian beliau berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah saw. berwudhu sebagaimana cara wudhuku ini.” Dia berkata juga bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang berwudhu seperti wudhuku ini, kemudian dia shalat dua rakaat yang dia tidak mengajak dirinya sendiri untuk berbicara di dalam dua rakaat itu (konsentrasi), maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”

Abu Hurairah, sahabat paling banyak meriwayatkan hadis

0
Sosok Abu Hurairah ra, Sahabat Nabi SAW
Sosok Abu Hurairah ra, Sahabat Nabi SAW

Jonathan Brown mencatat lewat buku Hadith Muhammad’s Legacy in the Medieval and Modern World, bahwa Ignas Goldziher merupakan seorang orientalis yang kritis dan meragukan autentisitas hadits Nabi Muhammad. Ia mengkaji sejarah klasik Islam dengan pendekatan skeptis.

Orientalis asal Hungaria itu menjelaskan posisi sebagai bukti otentik Islam sangat lemah.  Pasalnya, hadits lebih mengedepankan tradisi lisan, sehingga diragukan autentisitasnya. Toh tradisi tulisan belum begitu berkembang di jazirah Arab saat itu.

Salah satu juga yang menyebabkan Ignas Goldziher meragukan keotensitas hadis adalah kevaliditan hadis dari Abu Hurairah. Pasalnya, sahabat Nabi ini meriwayatkan hadis dari Rasullullah lewat dari 5000 hadis. Jumlah fantastis.

Jauh lebih banyak dari istri Nabi sendiri, Aisyah binti Abu Bakar. Aisyah yang senantiasa menemani Rasul hingga menutup usia, kalah jumlah periwayatan hadis dari Abu Hurairah. Pun jauh lebih banyak juga dengan orang terdekat Rasulullah, Abu Bakar Ash Siddik. Yang dalam sejarah dijelaskan, Abu Bakar Islam pada periode awal kenabian. Sejak Nabi masih di Mekah.

Yang menarik juga, Abu Hurairah ini, belakangan masuk Islam. Di sebutkan dalam kitab Tabaqat al-Kubra karya Ibnu Sa’ad bahwa ia memeluk agama Islam pada tahun 7 Hijriyah, setelah perang Khaibar.

Artinya, Abu Hurairah itu masuk Islam pada saat Nabi telah hijrah dan menetap di Madinah selama 7 tahun. Pun ia hanya bertemu sekitar 3 sampai 4 tahun dengan Rasulullah. Pasalnya, Nabi meninggal pada 10 atau 11 Hijriah.

Alasan Abu Hurairah Banyak Meriwayatkan Hadis

Mengomentari persoalan banyaknya hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, peneliti hadis dari El Bukhari Institute, Khoirul Huda menjelaskan bahwa Abu Hurairah adalah sahabat yang fokus mengikuti pelbagai majelis Rasulullah. Ia tidak pernah absen.

Dalam sebuah riwayat dijelaskan, Abu Hurarirah adalah seorang pendatang miski dari Yaman. Ia di Madinah sebagai ahli suffah. Yang tidak ada pekerjaan. Ia hanya fokus mengikuti pelbagai forum Rasulullah.

Hal itu berbeda dengan sahabat Muhajirin lain,  yang datang dari Mekah kebanyakan adalah pedagang. Para sahabat lain,  lebih banyak mengurusi profesinya. Tidak dengan Abu Hurairah,  sebab tak ada pekerjaan lain, ia memiliki banyak waktu luang.

Selain itu, Abu Hurairah merupakan sahabat yang mendapat tabarruk dari Nabi. Ia langsung didoakan Nabi untuk kuat dalam hafalan. Al Kisah, dalam salah satu majelis. Nabi bersabda, bagi orang yang ingin kuat hafalannya, maka bentangkan sorban kalian. Lalu didoakan oleh Rasulullah. Usai berdoa, lalu  serban itu diusapkan.

Setelah itu, sahabat Abu Hurairah tidak mudah lupa. Dan kuat hafalan. Sebab mendapatkan doa langsung dari Nabi. Hal itulah yang membuat ia mendapatkan keistimewaan dalam hal kuat hafalan dan tidak mudah lupa.

Kendati tradisi tulisan belum begitu marak, tapi patut dicatat bahwa orang Arab seperti Abu Hurairah memang kuat dalam hafalan. Hal itu terbukti dalam pelbagai penelitian mutakhir.

Tulisan ini pernah dipublikasikan di Bincang Syariah

Hadis No. 115 Sunan An-Nasa’i

0
Sunan An-Nasa'i
Sunan An-Nasa'i

Hadispedia.id – Al-Imam An-Nasa’i berkata dalam Sunan-nya pada kitab bersuci bab jumlah basuhan kedua kaki,

أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ آدَمَ، عَنِ ابْنِ أَبِي زَائِدَةَ قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي، وَغَيْرُهُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ أَبِي حَيَّةَ الْوَادِعِيِّ قَالَ: رَأَيْتُ عَلِيًّا تَوَضَّأَ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلَاثًا وَتَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ ثَلَاثًا، وَغَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثًا، وَذِرَاعَيْهِ ثَلَاثًا ثَلَاثًا وَمَسَحَ بِرَأْسِهِ، وَغَسَلَ رِجْلَيْهِ ثَلَاثًا ثَلَاثًا. ثُمَّ قَالَ: هَذَا وُضُوءُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Muhammad bin Adam telah mengabarkan kepada kami, dari Ibnu Abi Zaidah, beliau berkata, ayahku dan selainnya telah menceritakan kepadaku, dari Abu Ishaq, dari Abu Hayyah Al-Wadi’i, dia berkata, “Aku pernah melihat Ali r.a. berwudhu lalu dia membasuh kedua telapak tangan tiga kali, berkumur dan beristinsyaq tiga kali, membasuh wajahnya tiga kali, kedua lengannya tiga kali tiga kali, mengusap kepalanya, dan membasuh kedua kakinya tiga kali tiga kali. Kemudian beliau berkata, “Inilah cara wudhu Rasulullah saw.”

Hadis No. 68 Shahih Muslim

0
Shahih Muslim
Shahih Muslim

Hadispedia.id – Al-Imam ِAbu Al-Husain Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi berkata dalam Shahih-nya kitab Al-Iman bab penjelasan tentang tiga hal yang membuat seseorang merasakan manisnya iman,

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى، وَابْنُ بَشَّارٍ، قَالَا: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، قَالَ: سَمِعْتُ قَتَادَةَ، يُحَدِّثُ عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ طَعْمَ الْإِيمَانِ: مَنْ كَانَ يُحِبُّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ، وَمَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَمَنْ كَانَ أَنْ يُلْقَى فِي النَّارِ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَرْجِعَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ

Muhammad bin Al-Mutsanna dan Ibnu Basysyar telah menceritakan kepada kami mereka berkata, Muhammad bin Ja’far telah menceritakan kepada kami, dia berkata, Syu’bah telah menceritakan kepada kami, dia berkata, aku mendengar Qatadah bercerita dari Anas, dia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Tiga perkara yang jika itu ada pada seseorang, maka dia akan merasakan manisnya iman; orang yang mencintai seseorang yang dia tidak mencintainya kecuali karena Allah, orang yang mana Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai dari pada selain keduanya, dan orang yang dia dimasukkan ke dalam neraka lebih dia cintai dari pada dia kembali ke dalam kekufuran setelah Allah menyelamatkannya dari kekufuran itu.”

حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ مَنْصُورٍ، أَنْبَأَنَا النَّضْرُ بْنُ شُمَيْلٍ، أَنْبَأَنَا حَمَّادٌ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنَحْوِ حَدِيثِهِمْ غَيْرَ أَنَّهُ قَالَ: مِنْ أَنْ يَرْجِعَ يَهُودِيًّا أَوْ نَصْرَانِيًّا

Ishaq bin Manshur telah menceritakan kepada kami, dia berkata, An-Nadhr bin Syumail telah memberitakan kepada kami, dia berkata Hammad telah memberitakan kepada kami, dari Tsabit, dari Anas, dia berkata, Rasulullah saw. bersabda dengan sebagaimana hadis mereka, hanya saja dia menyebutkan, “Dari pada dia kembali dalam keadaan Yahudi atau Nasrani.”