Beranda blog Halaman 29

Hadis No. 92 Sunan An-Nasa’i

0
Sunan An-Nasa'i
Sunan An-Nasa'i

Hadispedia.id – Al-Imam An-Nasa’i berkata dalam Sunan-nya pada kitab bersuci bab membasuh wajah,

أَخْبَرَنَا قُتَيْبَةُ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ خَالِدِ بْنِ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ خَيْرٍ قَالَ أَتَيْنَا عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَقَدْ صَلَّى فَدَعَا بِطَهُورٍ فَقُلْنَا مَا يَصْنَعُ بِهِ وَقَدْ صَلَّى؟ مَا يُرِيدُ إِلَّا لِيُعَلِّمَنَا فَأُتِيَ بِإِنَاءٍ فِيهِ مَاءٌ وَطَسْتٍ فَأَفْرَغَ مِنَ الْإِنَاءِ عَلَى يَدَيْهِ فَغَسَلَهَا ثَلَاثًا ثُمَّ تَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ ثَلَاثًا مِنَ الْكَفِّ الَّذِي يَأْخُذُ بِهِ الْمَاءَ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثًا وَغَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى ثَلَاثًا وَيَدَهُ الشِّمَالَ ثَلَاثًا وَمَسَحَ بِرَأْسِهِ مَرَّةً وَاحِدَةً ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى ثَلَاثًا وَرِجْلَهُ الشِّمَالَ ثَلَاثًا ثُمَّ قَالَ مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَعْلَمَ وُضُوءَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَهُوَ هَذَا

Qutaibah telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Abu Awanah telah menceritakan kepada kami, dari Khalid bin Alqamah, dari Abdu Khair, ia berkata, “Kami datang kepada Ali bin Abi Thalib r.a. Dia sudah shalat, tetapi ia meminta air wudhu, maka kami katakan, ‘Apa yang ia lakukan dengan air ini, padahal ia telah shalat?’ Ternyata ia tidak menginginkan yang demikian kecuali untuk mengajari kami. Maka, dibawakanlah sebuah bejana dan gayung berisi air, lalu ia menuangkan air ke tangannya, lalu membasuhnya tiga kali, berkumur dan memasukkan air ke dalam hidung tiga kali dari telapak tangan yang ia pakai untuk mengambil air, membasuh wajahnya tiga kali, membasuh tangan kanannya tiga kali, membasuh tangan kirinya tiga kali, dan mengusap kepalanya sekali. Kemudian membasuh kaki kanannya tiga kali, dan membasuh kaki kirinya tiga kali. Setelah selesai, Ali berkata, ‘Siapa yang ingin mengetahui wudhunya Rasulullah saw., inilah wudhu beliau.'”

Imam Al-Baihaqi, Ulama Hadis Bermadzhab Syafi’i

0
Imam Al-Baihaqi
Imam Al-Baihaqi

Hadispedia.id – Imam Al-Baihaqi merupakan ulama hadis juga ulama ahli fikih dan ushul fiqh yang lahir setelah generasi ulama-ulama hadis sebelumya, seperti Imam Ahmad, Imam Al-Bukhari, Imam Ad-Darimi, dan lainnya. Tak hanya terkenal sebagaimana ulama di atas, tetapi Imam Al-Baihaqi juga dikenal sebagai ulama Syafi’iyah yang terakhir mengumpulkan naskah-naskah fikih madzhab syafi’i.

Biografi Imam Al-Baihaqi

Beliau ulama pada masa Daulah Abbasiyah yang lahir pada tahun 384 H. pada bulan Sya’ban. Beliau memiliki nama lengkap Abu Bakar Ahmad bin Al-Husain bin Ali bin Musa Al-Khazraujirdi Al-Khurasani Al-Baihaqi. Al-Baihaqi merupakan nama yang dinisbatkan kepada tempat kelahiran beliau, tepatnya di Khazraujirdi, Baihaq. Sebuah perkampungan di wilayah Naisabur, tetapi sekarang menjadi provinsi Khurasan, Iran.

Imam Al-Baihaqi disebut-sebut sebagai ulama pertama penyebar fikih madzhab Syafi’i. Hal tersebut berdasarkan kegiatan beliau yang berhasil mengumpulkan naskah-naskah fikih madzhab Syafi’i dalam karyanya yang berjudul al-Mabsuth. Tidak hanya menjadikannya dalam sebuah kitab, Imam Al-Baihaqi juga mengajarkan apa yang ada dalam kitab tersebut. Namun pernyataan itu ditentang oleh At-Taj As-Subki dalam buku “60 Biografi  Ulama Salaf”.

Menurut At-Taj As-Subki sebagaimana dituturkan oleh gurunya, Syaikh Adz-Dzahabi bahwa beliau merupakan orang terakhir yang mengumpulkan naskah-naskah fikih tersebut. Oleh karena itu, ia menguasai mayoritas apa yang ada dalam kitab-kitab ulama yang sudah mendahuluinya.

Menurut Adz-Dzahabi, tidak seorang pun setelahnya yang mengumpulkan teks-teks seperti yang Imam Al-Baihaqi kumpulkan karena ia telah menutup pintu untuk itu bagi mereka. Beliau hidup pada zaman kekacauan politik yang juga mengacaukan paham Islam pada masa itu, membuat Imam Al-Baihaqi berupaya tetap kokoh dalam agamanya.

Rihlah Intelektual Imam Al-Baihaqi

Dalam buku “60 Biografi Ulama Salaf” dijelaskan berdasarkan riwayat Adz-Dzahabi bahwa Imam Al-Baihaqi pada usia 15 tahun berguru kepada Abu Al-Hasan Muhammad bin Al-Husain Al-Alawi, murid Abu Hamid bin Asy-Syarqi. Abu Hasan merupakan guru pertama beliau. Proses Imam Al-Baihaqi dalam belajar yaitu dengan mendatangi berbagai negara dan berguru ke setiap ulama yang dipercaya. Seperti mendatangi Baghdad dan berguru ke Hilal Al-Haffar, Abu Al-Husain bin Busyran serta ulama lainnya. Tak berhenti di Baghdad, beliau meneruskan lawatan ilmunya ke negara lain seperti Irak, Hijaz, dan Al-Jibal.

Berbeda dengan ulama lainnya yang dapat berguru mencapai 500 bahkan 900 guru, Imam Al-Baihaqi belajar ke 100 guru. Jika dilihat berdasarkan angka, 100 merupakan angka yang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah guru ulama hadis lainnya. Namun, beliau menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh hingga dapat meraup ilmu sebanyak-banyaknya dan menjadi ulama yang terkenal yang diakui keilmuannya.

Karya-karyanya

Imam Al-Baihaqi mulai membuat karya setelah melakukan lawatan ilmu yang cukup panjang. Dikatakan dalam Thabaqat Asy-Syafi’iyah bahwa belum ada seorang pun yang bisa menandinginya dalam menyusun karya-karya seperti yang telah dicapainya tersebut. Beliau dapat menulis kitab hingga 1000 juz dengan beragam tema bahasan seperti akidah, hadis, fikih, hingga tarikh. Berikut adalah di antara karya-karya beliau,

  1. Al-Ma’rifah fi as-Sunan wa al-Atsar
  2. As-Sunan al-Kubra
  3. As-Sunan as-Shaghir
  4. As-Sunan wa al-Atsar
  5. Al-Asma’wa ash-Shifat
  6. Al-Mu’taqad
  7. Al-Ba’ts
  8. At-Targhib wa at-Tarhib
  9. Ad-Da’awat
  10. Az-Zuhd
  11. Manaqib asy-Syafi’i
  12. Manaqib Ahmad

Pandangan Ulama Terhadap Imam Al-Baihaqi

Imam Al-Harmain, dalam buku “Biografi 60 Ulama Salaf” mengatakan tentang Imam Al-Baihaqi, “tidak ada seorang pun dari pengikut madzhab Syafi’I kecuali asy-Syafi’I berada di lehernya. Namun hal itu tidak berlaku bagi imam Al-Baihaqi, karena ia terlepas dari keterikatan itu dan justru membela madzhab dan perkataan Imam Asy-Syafi’i dengan karya-karyanya”.

Imam Adz-Dzahabi mengatakan, “Jika Al-Baihaqi menginginkan madzhab sendiri dengan jalan berijtihad, maka ia mampu untuk itu karena ilmunya yang luas dan pengetahuannya yang mendalam mengenai masalah-masalah khilaf. Oleh karena itulah, kamu lihat ia membela pendapat ulama yang didukung oleh hadis yang shahih”.

Hadis No. 70 Sunan At-Tirmidzi

0
Sunan At-Tirmidzi
Sunan At-Tirmidzi

Hadispedia.id – Al-Imam At-Tirmidzi berkata di dalam Sunannya pada kitab bersuci bab peringatan keras masalah kencing,

حَدَّثَنَا هَنَّادٌ وَقُتَيْبَةُ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالُوا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنِ الأَعْمَشِ قَال سَمِعْتُ مُجَاهِدًا يُحَدِّثُ عَنْ طَاوُوسٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى قَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا يُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا هَذَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ وَأَمَّا هَذَا فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ
وَفِي البَابِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَأَبِي مُوسَى وَعَبْدِ الرَّحْمَنِ ابْنِ حَسَنَةَ وَزَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ وَأَبِي بَكْرَةَ
هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
وَرَوَى مَنْصُورٌ هَذَا الحَدِيثَ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ وَلَمْ يَذْكُرْ فِيهِ عَنْ طَاوُوسٍ وَرِوَايَةُ الأَعْمَشِ أَصَحُّ
وَسَمِعْتُ أَبَا بَكْرٍ مُحَمَّدَ بْنَ أَبَانَ البَلْخِيَّ مُسْتَمْلِي وَكِيعٍ يَقُولُ سَمِعْتُ وَكِيعًا يَقُولُ الأَعْمَشُ أَحْفَظُ لِإِسْنَادِ إِبْرَاهِيمَ مِنْ مَنْصُورٍ

Hannad, Qutaibah, dan Abu Kuraib telah menceritakan kepada kami, mereka berkata, Waki’ telah menceritakan kepada kami, dari Al-A’masy, ia berkata, aku mendengar Mujahid bercerita dari Thawus, dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi saw. pernah melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda, “Keduanya sedang disiksa dan mereka disiksa bukan karena dosa besar. Yang ini disiksa karena tidak menutup diri ketika kencing, dan yang satu lagi karena mengadu domba.”

Pada bab ini juga ada riwayat dari Abu Hurairah, Abu Musa, Abdurrahman bin Hasanah, Zaid bin Tsabit, dan Abu Bakrah.

Abu Isa berkata, “Ini hadis berderajat hasan shahih.”

Manshur meriwayatkan hadis ini dari Mujahid, dari Ibnu Abbas, namun ia tidak menyebutkan dari Thawus. Sedangkan hadis riwayat Al-A’masy lebih shahih. Ia berkata, “Aku mendengar Abu Bakr bin Aban Al-Balkhi -orang yang minta dibacakan oleh Waki’- berkata, ‘Al-A’masy lebih hafal dengan sanad Ibrahim dari pada Manshur.'”

Hadis No. 69 Sunan At-Tirmidzi

0
Sunan At-Tirmidzi
Sunan At-Tirmidzi

Hadispedia.id – Al-Imam At-Tirmidzi berkata di dalam Sunannya pada kitab bersuci bab air laut adalah suci,

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ عَنْ مَالِكٍ ح وحَدَّثَنَا الأَنْصَارِيُّ إِسْحَاقُ بْنُ مُوسَى قَالَ حَدَّثَنَا مَعْنٌ قَالَ حَدَّثَنَا مَالِكٌ عَنْ صَفْوَانَ بْنِ سُلَيْمٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ سَلَمَةَ مِنْ آلِ ابْنِ الأَزْرَقِ أَنَّ الْمُغِيرَةَ بْنَ أَبِي بُرْدَةَ وَهُوَ مِنْ بَنِي عَبْدِ الدَّارِ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ سَأَلَ رَجُلٌ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّا نَرْكَبُ البَحْرَ وَنَحْمِلُ مَعَنَا القَلِيلَ مِنَ الْمَاءِ فَإِنْ تَوَضَّأْنَا بِهِ عَطِشْنَا أَفَنَتَوَضَّأُ مِنَ الْبَحْرِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هُوَ الطَّهُورُ مَاؤُهُ الحِلُّ مَيْتَتُهُ
وَفِي البَابِ عَنْ جَابِرٍ وَالفِرَاسِيِّ
هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
وَهُوَ قَوْلُ أَكْثَرِ الفُقَهَاءِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْهُمْ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَابْنُ عَبَّاسٍ لَمْ يَرَوْا بَأْسًا بِمَاءِ البَحْرِ
وَقَدْ كَرِهَ بَعْضُ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الوُضُوءَ بِمَاءِ البَحْرِ مِنْهُمْ ابْنُ عُمَرَ وَعَبْدُ اللهِ بْنُ عَمْرٍو وَقَالَ عَبْدُ اللهِ بْنُ عَمْرٍو هُوَ نَارٌ

Qutaibah telah menceritakan kepada kami, dari Malik, ha’ (at-tahwil/percabangan sanad), dan Al-Anshari; Ishaq bin Musa telah menceritakan kepada kami (Al-Imam At-Tirmidzi), ia berkata, Ma’n telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Malik telah menceritakan kepada kami, dari Shafwan bin Sulaim, dari Sa’id bin Salamah keluarga Ibnu Al-Azraq, bahwa Al-Mughirah bin Abu Burdah yakni dari Bani Abdud Dar telah mengabarkan kepadanya, bahwasannya ia pernah mendengar Abu Hurairah berkata, Ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami mengarungi lautan dan kami hanya membawa sedikit air, jika kami gunakan air itu untuk wudhu, maka kami akan kehausan. Apakah kami boleh berwudhu dengan air laut?” Maka Rasulullah saw. pun menjawab, “Laut itu suci airnya dan halal bangkainya.”

Dalam bab ini juga ada riwayat dari Jabir dan Al-Firasi.

Abu Isa berkata, “Ini derajatnya hadis hasan shahih.”

“Ini adalah pendapat yang diambil oleh kebanyakan fuqaha’ dari kalangan sahabat Nabi saw. Di antaranya adalah Abu Bakar, Umar, dan Ibnu Abbas. Mereka berpendapat bahwa bersuci dengan air laut itu dibolehkan. Namun ada juga sebagian sahabat Nabi saw. yang memakruhkan hal itu, di antara mereka adalah Ibnu Umar dan Abdullah bin Amr. Abdullah bin Amr berkata, “Itu adalah api.”

Hadis No. 68 Sunan At-Tirmidzi

0
Sunan At-Tirmidzi
Sunan At-Tirmidzi

Hadispedia.id – Al-Imam At-Tirmidzi berkata di dalam Sunannya pada kitab bersuci bab makruh kencing di air keruh,

حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلاَنَ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ هَمَّامِ بْنِ مُنَبِّهٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لاَ يَبُولَنَّ أَحَدُكُمْ فِي الْمَاءِ الدَّائِمِ ثُمَّ يَتَوَضَّأُ مِنْهُ
هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
وَفِي البَابِ عَنْ جَابِرٍ

Mahmud bin Ghailan telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Abdurrazzaq telah menceritakan kepada kami, dari Ma’mar, dari Hammam bin Munabbih, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi saw. beliau bersabda, “Janganlah sekali-kali salah seorang dari kalian kecing di air yang diam (tidak mengalir) kemudian berwudhu darinya.”

Ini hadis hasan shahih.

Pada bab ini juga terdapat riwayat dari Jabir.

Hadis No. 99 Sunan Abi Daud

0
Sunan Abu Daud
Sunan Abu Daud

Hadispedia.id – ِAl-Imam Abu Daud; Sulaiman bin Al-Asy’ats berkata di dalam Sunan-nya pada kitab bersuci bab sifat wudhu Nabi saw.,

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ خَالِدِ بْنِ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ خَيْرٍ قَالَ أَتَانَا عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَقَدْ صَلَّى فَدَعَا بِطَهُورٍ فَقُلْنَا مَا يَصْنَعُ بِالطَّهُورِ وَقَدْ صَلَّى مَا يُرِيدُ إِلَّا لِيُعَلِّمَنَا فَأُتِيَ بِإِنَاءٍ فِيهِ مَاءٌ وَطَسْتٍ فَأَفْرَغَ مِنَ الْإِنَاءِ عَلَى يَمِينِهِ فَغَسَلَ يَدَيْهِ ثَلَاثًا ثُمَّ تَمَضْمَضَ وَاسْتَنْثَرَ ثَلَاثًا فَمَضْمَضَ وَنَثَرَ مِنَ الْكَفِّ الَّذِي يَأْخُذُ فِيهِ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثًا ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى ثَلَاثًا وَغَسَلَ يَدَهُ الشِّمَالَ ثَلَاثًا ثُمَّ جَعَلَ يَدَهُ فِي الْإِنَاءِ فَمَسَحَ بِرَأْسِهِ مَرَّةً وَاحِدَةً ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى ثَلَاثًا وَرِجْلَهُ الشِّمَالَ ثَلَاثًا ثُمَّ قَالَ مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَعْلَمَ وُضُوءَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَهُوَ هَذَا

حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْحُلْوَانِيُّ، حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ الْجُعْفِيُّ عَنْ زَائِدَةَ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ عَلْقَمَةَ الْهَمْدَانِيُّ عَنْ عَبْدِ خَيْرٍ قَالَ صَلَّى عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ الْغَدَاةَ ثُمَّ دَخَلَ الرَّحْبَةَ فَدَعَا بِمَاءٍ فَأَتَاهُ الْغُلَامُ بِإِنَاءٍ فِيهِ مَاءٌ وَطَسْتٍ قَالَ فَأَخَذَ الْإِنَاءَ بِيَدِهِ الْيُمْنَى فَأَفْرَغَ عَلَى يَدِهِ الْيُسْرَى وَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلَاثًا ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى فِي الْإِنَاءِ فَمَضْمَضَ ثَلَاثًا وَاسْتَنْشَقَ ثَلَاثًا ثُمَّ سَاقَ قَرِيبًا مِنْ حَدِيثِ أَبِي عَوَانَةَ قَالَ ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ مُقَدَّمَهُ وَمُؤَخِّرَهُ مَرَّةً ثُمَّ سَاقَ الْحَدِيثَ نَحْوَهُ

 حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنِي شُعْبَةُ قَالَ سَمِعْتُ مَالِكَ بْنَ عُرْفُطَةَ سَمِعْتُ عَبْدَ خَيْرٍ رَأَيْتُ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أُتِيَ بِكُرْسِيٍّ فَقَعَدَ عَلَيْهِ ثُمَّ أُتِيَ بِكُوزٍ مِنْ مَاءٍ فَغَسَلَ يَدَيْهِ ثَلَاثًا ثُمَّ تَمَضْمَضَ مَعَ الِاسْتِنْشَاقِ بِمَاءٍ وَاحِدٍ وَذَكَرَ الْحَدِيثَ

حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا رَبِيعَةُ الْكِنَانِيُّ عَنِ الْمِنْهَالِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ زِرِّ بْنِ حُبَيْشٍ أَنَّهُ سَمِعَ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَسُئِلَ عَنْ وُضُوءِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ الْحَدِيثَ وَقَالَ وَمَسَحَ عَلَى رَأْسِهِ حَتَّى لَمَّا يَقْطُرْ وَغَسَلَ رِجْلَيْهِ ثَلَاثًا ثَلَاثًا ثُمَّ قَالَ هَكَذَا كَانَ وُضُوءُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Musaddad telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Abu Awanah telah menceritakan kepada kami, dari Khalid bin Alqamah, dari Abdu Khair, ia berkata, Ali r.a. pernah menemui kami sedangkan ia telah shalat, lalu ia meminta untuk didatangkan air suci, maka kami katakan, “Apa yang akan ia lakukan dengan air suci, sedangkan ia sudah shalat? Ia tidak berkehendak kecuali untuk mengajari kita.” Lalu, didatangkan bejana berisi air, kemudian ia menuangkan air dari bejana tersebut pada tangan kanannya, ia membasuh kedua tangannya tiga kali, lalu berkumur dan beristinsyaq tiga kali, ia berkumur dan beristinsyaq dari telapak tangan yang ia gunakan untuk mengambil air, lalu ia membasuh wajahnya tiga kali, kemudian membasuh tangan kanannya tiga kali dan membasuh tangan kirinya tiga kali, kemudian ia memasukkan tangannya ke dalam bejana, lalu ia mengusap kepalanya satu kali, kemudian ia membasuh kaki kanannya tiga kali dan kaki kirinya tiga kali,  kemudian berkata, “Siapa yang ingin mengetahui wudhu Rasulullah saw., maka ia adalah seperti ini.”

Al-Hasan bin Ali Al-Hulwani telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Al-Husain bin Ali Al-Ju’fi telah menceritakan kepada kami, dari Zaidah, ia berkata, Khalid bin Alqamah Al-Hamdani telah menceritakan kepada kami, dari Abdu Khair, ia berkata, “Ali r.a. shalat Shubuh, lalu ia masuk ke Rahbah (Sebuah tempat di Kufah) dan meminta air, maka seorang pemuda membawakannya bejana berisi air.” Ia berkata, “Kemudian beliau mengambil bejana dengan tangan kanannya, lalu menuangkan ke tangan kirinya dan membasuh kedua telapak tangannya tiga kali, lalu ia memasukkan tangan kanannya ke bejana, kemudian ia berkumur tiga kali, lalu beristinsyaq tiga kali.” Kemudian, ia (Zaidah bin Qudamah) menyebutkan hadis Abu Awanah yang baru saja disebutkan dan meneruskannya dengan mengatakan, “Kemudian ia mengusap kepalanya, bagian depan dan belakangnya satu kali.” Lalu, ia menyebutkan hadis semisalnya.

Muhammad bin Al-Mutsanna telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Muhammad bin Ja’far telah menceritakan kepadaku, ia berkata, Syu’bah telah menceritakan kepadaku, ia berkata, aku mendengar Malik bin Urthufah, ia berkata, aku mendengar Abdu Khair, ia berkata, “Aku pernah melihat Ali r.a. didatangkan kursi, lalu ia duduk di atasnya, kemudian ia didatangkan gayung berisi air kepadanya, lalu ia membasuh kedua tangannya tiga kali, kemudian berkumur bersamaan dengan beristinsyaq dengan air yang sama.” Lalu, Syu’bah menyebutkan hadis ini.

Usman bin Abi Syaibah telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Abu Nu’aim telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Rabi’ah Al-Kinani telah menceritakan kepada kami, dari Al-Minhal bin Amr, dari Zir bin Hubaisy, bahwa ia pernah mendengar Ali r.a. ditanya tentang wudhu Rasulullah saw., lalu Zir menyebutkan hadis itu dan ia berkata, “Ia mengusap kepalanya hingga air tidak menetes darinya, lalu membasuh kedua kakinya tiga kali tiga kali, kemudian berkata, “Demikianlah wudhu Rasulullah saw.”

Hadis No. 98 Sunan Abi Daud

0
Sunan Abu Daud
Sunan Abu Daud

Hadispedia.id – ِAl-Imam Abu Daud; Sulaiman bin Al-Asy’ats berkata di dalam Sunan-nya pada kitab bersuci bab sifat wudhu Nabi saw.,

حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ آدَمَ حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ عَنْ عَامِرِ بْنِ شَقِيقِ بْنِ جَمْرَةَ عَنْ شَقِيقِ بْنِ سَلَمَةَ قَالَ رَأَيْتُ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ غَسَلَ ذِرَاعَيْهِ ثَلَاثًا ثَلَاثًا وَمَسَحَ رَأْسَهُ ثَلَاثًا ثُمَّ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَلَ هَذَا

قَالَ أَبُو دَاوُدَ: رَوَاهُ وَكِيعٌ عَنْ إِسْرَائِيلَ قَالَ تَوَضَّأَ ثَلَاثًا فَقَطْ

Harun bin Abdullah telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Yahya bin Adam telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Israil telah menceritakan kepada kami, dari Amir bin Syaqiq bin Jamrah, dari Syaqiq bin Salamah, ia berkata, “Aku pernah melihat Usman bin Affan membasuh kedua lengannya tiga kali-tiga kali dan mengusap kepalanya tiga kali, kemudian ia berkata, ‘Aku pernah melihat Rasulullah saw. melakukan ini.'”

Abu Daud berkata, “Waki’ telah meriwayatkannya dari Israil, ia hanya berkata “Ia wudhu (dengan basuhan) tiga kali”. 

Penjelasan:

Riwayat Waki’ dari Israil hanya mengatakan dengan redaksi “tawadha’a tsalatsan (wudhu dengan basuhan tiga kali)”, tidak menggunakan redaksi yang rinci sebagaimana riwayat Yahya bin Adam dari Israil sebagaimana teks hadis di atas “Ghasala dziraihi tsalatsan tsalan wa masaha ra’sahu tsalatsan (membasuh kedua lengannya tiga kali-tiga kali dan mengusap kepalanya tiga kali). Wa Allahu a’lam bis shawab.

Hadis No. 59 Shahih Al-Bukhari

0
Shahih Al-Bukhari
Shahih Al-Bukhari

Hadispedia.id – Al-Imam Al-Bukhari berkata di dalam Shahih-nya pada Kitab Al-Ilmu bab ucapan ahli hadis, “Haddatsana, akhbarana, dan anbaana”,

وَقَالَ لَنَا الحُمَيْدِيُّ  كَانَ عِنْدَ ابْنِ عُيَيْنَةَ حَدَّثَنَا وَأَخْبَرَنَا وَأَنْبَأَنَا وَسَمِعْتُ وَاحِدًا وَقَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ الصَّادِقُ المَصْدُوقُ وَقَالَ شَقِيقٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلِمَةً وَقَالَ حُذَيْفَةُ حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدِيثَيْنِ وَقَالَ أَبُو العَالِيَةِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فِيمَا يَرْوِي عَنْ رَبِّهِ وَقَالَ أَنَسٌ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فِيمَا يَرْوِيهِ عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَرْوِيهِ عَنْ رَبِّكُمْ عَزَّ وَجَلَّ

Al-Humaidi telah berkata kepada kami, “Redaksi yang digunakan Ibnu Uyainah adalah haddatsana, akhbarana, anbaana, dan sami’tu wahidan.” Ibnu Mas’ud berkata, ‘Rasulullah saw. telah menceritakan kepada kami. Dia adalah orang yang jujur lagi dipercaya.” Syaqiq berkata dari Abdullah, “Aku mendengar Nabi saw. sebuah kalimat.” Hudzaifah berkata, “Rasulullah saw. telah menceritakan kepada kami dua hadis.” Abu Al-Aliyah berkata dari Ibnu Abbas dari Nabi saw. yang meriwayatkan dari tuhan-Nya. Anas berkata dari Nabi saw. yang meriwayatkan dari tuhan-Nya Azza wa Jalla. Abu Hurairah berkata dari Nabi saw. yang meriwayatkan dari tuhan kalian Azza wa Jalla.

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنَ الشَّجَرِ شَجَرَةً لاَ يَسْقُطُ وَرَقُهَا وَإِنَّهَا مَثَلُ المُسْلِمِ فَحَدِّثُونِي مَا هِيَ فَوَقَعَ النَّاسُ فِي شَجَرِ البَوَادِي قَالَ عَبْدُ اللَّهِ وَوَقَعَ فِي نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ فَاسْتَحْيَيْتُ ثُمَّ قَالُوا حَدِّثْنَا مَا هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ هِيَ النَّخْلَةُ

Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Ismail bin Ja’far telah menceritakan kepada kami, dari Abdullah bin Dinar, dari Ibnu Umar, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya di antara pohon, ada satu pohon yang tidak jatuh daunnya. Itu adalah perumpamaan bagi seorang muslim. Katakanlah kepadaku, pohon apakah itu?” Maka para sahabat beranggapan bahwa yang dimaksud adalah pohon yang ada di lembah. Abdullah berkata, “Aku berpikir dalam hati bahwa pohon itu adalah pohon kurma, tapi aku malu mengungkapkannya.” Kemudian para sahabat bertanya, “Beritahu kami, pohon apakah itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Pohon kurma.”

Hadis No. 58 Shahih Al-Bukhari

0
Shahih Al-Bukhari
Shahih Al-Bukhari

Hadispedia.id – Al-Imam Al-Bukhari berkata di dalam Shahih-nya pada Kitab Al-Ilmu bab seseorang yang mengangkat suaranya ketika mengajarkan ilmunya,

حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ عَارِمُ بْنُ الفَضْلِ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ أَبِي بِشْرٍ عَنْ يُوسُفَ بْنِ مَاهَكَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ تَخَلَّفَ عَنَّا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفْرَةٍ سَافَرْنَاهَا فَأَدْرَكَنَا – وَقَدْ أَرْهَقَتْنَا الصَّلاَةُ – وَنَحْنُ نَتَوَضَّأُ فَجَعَلْنَا نَمْسَحُ عَلَى أَرْجُلِنَا فَنَادَى بِأَعْلَى صَوْتِهِ وَيْلٌ لِلْأَعْقَابِ مِنَ النَّارِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا

Abu An-Nu’man; Arim bin Al-Fadhl telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Abu Awanah telah menceritakan kepada kami, dari Abu Bisyr, dari Yusuf bin Mahak, dari Abdullah bin Amr, ia berkata, Nabi saw. pernah tertinggal dari kami dalam suatu perjalanan yang kami lakukan hingga beliau mendapatkan kami sementara waktu shalat sudah hampir habis, kami berwudhu dengan hanya mengusap kaki kami. Maka, beliau berseru dengan suara yang keras, “Celakalah bagi tumit-tumit (yang tidak basah), akan masuk neraka” hingga dua atau tiga kali (seruan).

Hadis No. 57 Shahih Al-Bukhari

0
Shahih Al-Bukhari
Shahih Al-Bukhari

Hadispedia.id – Al-Imam Al-Bukhari berkata di dalam Shahih-nya pada Kitab Al-Ilmu bab orang yang ditanya tentang suatu ilmu dalam keadaan sibuk sedang berbicara, maka ia menyempurnakan pembicaraannya, kemudian menjawab pertanyaan tersebut,

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سِنَانٍ قَالَ حَدَّثَنَا فُلَيْحٌ ح وحَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ المُنْذِرِ قَالَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُلَيْحٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي قَالَ حَدَّثَنِي هِلاَلُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ بَيْنَمَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ القَوْمَ جَاءَهُ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ مَتَى السَّاعَةُ؟ فَمَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ فَقَالَ بَعْضُ القَوْمِ سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ مَا قَالَ. وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ لَمْ يَسْمَعْ حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيثَهُ قَالَ أَيْنَ – أُرَاهُ – السَّائِلُ عَنِ السَّاعَةِ قَالَ هَا أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِذَا ضُيِّعَتِ الأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا؟ قَالَ إِذَا وُسِّدَ الأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ

Muhammad bin Sinan telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Fulaih telah menceritakan kepada kami, ha’ (at-tahwil), dan Ibrahim bin Al-Mundzir telah menceritakan kepadaku (Al-Imam Al-Bukhari), ia berkata, Muhammad bin Fulaih telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ayahku telah menceritakan kepadaku, ia berkata, Hilal bin Ali telah menceritakan kepadaku, dari Atha’ bin Yasar, dari Abu Hurairah, ia berkata, Ketika Nabi saw. sedang berbicara dengan suatu kaum di suatu majelis, tiba-tiba seorang Arab Badui datang lalu bertanya, “Kapan hari kiamat datang?” Namun Rasulullah saw. tetap melanjutkan pembicaraannya. Sementara itu, sebagian kaum ada yang berkata, “Beliau mendengar perkataannya akan tetapi beliau tidak menyukai apa yang dikatakannya itu.” Ada pula sebagian yang mengatakan, “Bahkan beliau tidak mendengar perkataannya.” Hingga akhirnya beliau menyelesaikan pembicaraannya lalu berkata, “Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi?” Orang itu berkata, “Saya wahai Rasulullah.” Maka, beliau bersabda, “Apabila sudah hilang amanah, maka tunggulah terjadinya kiamat.” Orang itu bertanya, “Bagaimana hilangnya amanah itu?” Beliau menjawab, “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah terjadinya kiamat.”