Hadispedia.id- Abu Hurairah r.a. merupakan salah seorang sahabat Nabi Muhammad saw. yang mungkin sering kita dengar namanya. Terlebih saat membaca atau mendengarkan hadis, seringkali nama Abu Hurairah disebut sebagai sahabat yang meriwayatkannya. Oleh karenanya kita perlu mengenal lebih jauh sosok Abu Hurairah dan peranannya dalam penyebaran hadis sehingga bisa kita pelajari hingga sekarang.
Mengenal Abu Hurairah r.a.
Nama Abu Hurairah merupakan julukan bagi seseorang yang bernama Abd Rahman bin Shakhr. Di sebutkan dalam kitab Tabaqat al-Kubra karya Ibnu Sa’ad bahwa nama asli Abu Hurairah cukup beragam . Ia lahir di tahun 1598 M atau 9 tahun sebelum Hijriah. Ia berasal dari kabilah al-Dausi yang bermukim di Yaman. Ia memeluk agama Islam pada tahun 7 Hijriayah melalui Thufail bin ‘Amir ad-Dausi, salah satu pimpinan sukunya.
Nama Abu Hurairah merupakan kunyah (julukan) karena ia menemukan seekor kucing yang kemudian ia masukkan ke dalam lengan bajunya. Perhatiannya terhadap kucing itulah yang menjadikan ia dijuluki Abu Hurairah. Penjelasan ini setidaknya bisa ditemukan dalam Tahdzib al-kamal karya Yusuf al-Mizzi.
Baca juga: Pembelajar Hadis Wajib Kuasai Tiga Ilmu Ini
Setelah ia masuk Islam, ia bergegas menemui Rasulullah saw. di Madinah berniat untuk belajar sepenuh hati. Ia tinggal bersama ahlu as-Shuffah di Masjid Nabawi sehingga tiap waktu selepas shalat, ia mendengarkan pelajaran yang berharga dari-Nya melalui Nabi Muhammad saw.
Karena ia termasuk ahlu as-Shuffah, Abu Hurairah r.a. dalam kesehariannya termasuk pribadi yang sederhana, bahkan dapat disebut fakir miskin. Namun meski demikian, ia terlihat sangat sabar dalam menghadapinya, bahkan hal itu menimbulkan sikap penyantun dan pemurah.
Peranannya dalam Penyebaran Hadis
Tekadnya yang kuat untuk belajar Islam membuat Abu Hurairah r.a. selalu menyertai Rasulullah saw. selama kurang lebih empat tahun. Waktu tesebut terbagi menjadi tiga tahun bersama Rasul dan satahun pergi untuk berdakwah ke Bahrain atas perintah Rasulullah saw.
Dalam Siyar al-a’lam al-Nubala, Imam adz-Dzahabi menyebutkan bahwa Abu Hurairah merupakan seorang imam, ahli fiqih, mujtahid dan salah satu pengahafal hadis. Ini senada dengan pendapat Mustafa al-A’zami dalam kitabnya yang berjudul Dirāsāt fī al-Hadīts al-Nabawī wa Tārīkh Tadwīnihi yang menyatakan demikian.
Abu Hurairah r.a. pada awalnya nampak tidak memiliki buku-buku hadis karena ia pernah berkata bahwa tidak seorang pun yang lebih tahu tentang Hadis Nabi dari Abdullah Ibn ‘Amr, sebab ia menghafal dan menulisnya, sedang Abu Hurairah r.a. hanya menghafalnya saja. Ini diperkuat dengan ungkapan Abdullah bin ‘Amr yang mengatakan bahwa Abu Hurairah tidak menyimpan buku-buku hadis.
Baca juga: Apa Itu Ilmu Musthalah Hadis?
Namun, lebih lanjut al-‘Azami menyatakan bahwa pada masa belakangan, Abu Hurairah r.a. mempunyai kitab-kitab hadis. Ini diperkuat dengan berbagai riwayat yang membuktikan akan hal itu. Hal ini bisa disimpulkan bahwa di masa Awal Abu Hurairah r.a. cukup mengandalkan hafalannya dalam menghimpun hadis, tidak seperti Abdullah ibn ‘Amr yang tiap mendengarkan hadis selalu ia tulis. Namun Abu Hurairah r.a. baru menulis hadis pada masa belakangan kemudian disimpannya.
Orang-orang yang Menerima Hadis dari Abu Hurairah
Abu Hurairah r.a. merupakan sosok sahabat yang bisa dibilang paling banyak meriwayatkan hadis dari Rasulullah saw. Salah seorang yang pernah menulis kitab hadis dari Abu Hurairah r.a. adalah Basyir bin Nahik. Basyir mengatakan bahwa ia menulis sebuah kitab hadis dari Abu Hurairah r.a. Ketika hendak berpisah dari Abu Hurairah, ia bertanya, “Apakah saya boleh meriwayatkan isi kitab itu?”, maka Abu Hurairah r.a. membolehkannya.
Ada juga Abdul Aziz bin Hurmuz yang menulis surat kepada Tamim al-Jasyani dengan mencantumkan hadis-hadis yang diterima dari Abu Hurairah. Muhammad bin Sirrin juga memiliki kitab yang berisi hadis-hadis riwayat Abu Hurairah. Kitab tersebut diawali dengan kalimat “inilah hadis-hadis yang saya terima dari Abu Hurairah”.
Selain itu, masih banyak yang meriwayatkan hadis dari Abu Hurairah ra, baik dari kalangan sahabat maupun golongan tabi’in. Di antaranya yang disebutkan oleh adz-Zahabi adalah Ibrahim bin Ismail, Aswad bin Hilal, Anas bin Hakim, Anas bin Malik, Tsabit bin ‘Iyyash, Jabir bin Abdullah dan masih banyak lagi yang meriwayatkan darinya. Wallahu A’lam.