Hadispedia.id – Shalahuddin al-Idlabi adalah salah satu pakar hadis yang patut kita kenal. Ulama yang mempunyai nama lengkap Shalahuddin ibn Ahmad al-Idlabi ini dilahirkan di kota Madinah pada tahun 1367 H/ 1948 M. Meski menganut mazhab syafi’iyah, beliau dikenal sebagai ulama yang tidak menonjolkan kefanatikan terhadap mazhabnya, sehingga haluan yang telah dianut, tidak mempengaruhi pemikiran Shalahuddin dalam karya hadisnya.
Tiada menyangka, perjalanan menimba ilmu yang panjang telah ditempuhnya hingga mengantarkan Shalahuddin meraih gelar doktor di bidang Ulum al-Islamiyah wa al-Hadis di Dar al-Hadis pada tahun 1401 H/ 1980 M. Ketekunan dan kecerdasan yang dimiliki menjadikan beliau lulus dengan predikat Hasan Jiddan.
Dibalik predikat membanggakan yang diberhasil diraihnya, terdapat para guru murobbi yang cukup berpengaruh dalam perjalanan Shalahuddin. Di antaranya adalah al Allamah Syaikh Abd al-Fatah, yang masyhur sebagai ulama yang membandingkan metode ulama mutaqaddimin dan ulama mutaakhirin.
Baca juga: Mengenal Seorang Panglima Hadis, Nuruddin ‘Itr
Usai menamatkan kuliahnya, beliau aktif mengamalkan ilmu dengan menjadi dosen di beberapa tempat. Di antaranya adalah Fakultas Dirasah al-Islamiyah wa al-Arabiyah Dubai, Universitas Imam Muhammad Su’ud al-Islamiyah Riyadh, dan Fakultas al-Lughah al-Arabiyah Marakisy.
Ketekunan dan pengalaman di bidang hadis telah mengantarkan Shalahuddin untuk lebih banyak berkonsentrasi pada hadis yang kaitannya dengan matan, sehingga beliau dikenal sebagai ulama pemberi kontribusi akbar dalam hal kritik matan hadis. Tak ayal, beliau menjadi tersohor dengan sebutan bapak kritik matan, karyanya pun yang tak asing lagi kita dengar dan tetap dikaji hingga pelosok negeri.
Mengenal Magnum Opus: Manhaj Naqd al-Matan Inda Ulama al-Hadis an-Nabawi
Kitab monumental karya Shalahuddin, bertajuk Manhaj Naqd al-Matan Inda Ulama al-Hadis an-Nabawi, berhasil mengulas tuntas kritik matan secara detail dibanding kitab sebelumnya. Bisa dikatakan bahwa karya ini menjadi angin segar bagi pemikiran kritik matan. Mengapa tidak, kitab ini menjadi pembaharu metode kritik matan yang tergolong relatif dan lengkap. Tidak salah jika dalam perkembangan ulama hadis, Shalahuddin al-Idlabi dikatakan ulama yang menempuh jalan modern (khalaf).
Tentu, dalam gagasan pemikirannya yang kritis terdapat suatu alasan yang menjadi motivasi Shalahuddin dalam menulis kitab ini. Adapun alasan mendasar beliau adalah beredarnya motif-motif pemalusan hadis sepeninggal Rasulullah saw. Bagi Shalahuddin, hal semacam itu telah meduduki bentuk kedustaan yang lebih berat.
Dalam kitabnya, Shalahuddin menyebutkan beberapa aspek utama yang dapat menjadi acuan dalam mempraktekkan kritik matan. Pertama, matan tersebut tidak bertentangan dengan Al-Qur’an. Kedua, tidak pula bertentangan dengan hadis dan historitas Nabi atau sirah nabawiyyah yang telah diterima secara luas validitasnya atau kesahihannya. Ketiga, matan tersebut tidak bertentangan dengan rasio, indra, dan sejarah. Keempat, tidak keluar jauh dari konteks sebagaimana sabda Rasulullah saw.
Keberhasilan Shalahuddin menuangkan pemikirannya tentang kritik matan dalam Manhaj Naqd al-Matan Inda Ulama al-Hadis an-Nabawi, nampaknya membuat banyak karya-karya hadis terlahir dengan topik yang tidak jauh berbeda di masa setelahnya. Jamak dikenal seperti kitab yang berjudul Maqayis Naqd Mutun as-Sunnah karya Dr. Musfir Azmullah ad-Damini dan kitab Juhud al-Muhaddisin fi Naqd Matn al-Hadis an-Nabawi as-Syarif karya Dr. Muhammad Thahir al-Jawabi. Wallahu a’lam bis sowab.