Mengenal Seorang Panglima Hadis Syekh Nuruddin ‘Itr

Hadispedia.id- Syekh Nuruddin ‘Itr, begitulah akrab dikenal. Kedalaman ilmunya, ketenangannya dan kewibawaanya menjadikan beliau masyhur hingga penjuru negeri. Bukan hanya di Syira, hampir seluruh umat Rasulullah di belahan bumi lainya merasakan dalam nan luasnya ilmu yang dimiliki. Beliau layak saya sebut sebagai panglima hadis. Bagaimana tidak,  parau dan lemah karna usia yang semakin redup tak sedikitpun melahap kobar semangatnya untuk meneruskan perjuangan mendampingi umat.

Memang, tidak ada yang abadi didunia ini, tepat pada Rabu 23 September 2020 kemarin, merupakan batas perjananan hidup beliau di bumi ini, pada usianya yang ke-83 tahun al-‘allamah benar-benar memecahkan tangis duka bagi seluruh umat. kini Islam telah kehilangan salah satu panglima keilmuannya.

Mari kita mengenang kembali perjalanan beliau semasa hidup, Ulama’ hadis bernama lengkap Nuruddin Muhammad Hasan ‘Itr dengan ribuan pemikiran yang menemani dunia keilmuan Islam hingga abad ini dilahirkan di Kota kuno Aleppo, Suriah pada tahun 1937 M/ 1256 H. Marga al-Hasani dengan akidah Asy’ariyah dan bermazhab Hanafi rupanya membentuk didikan serta tradisi keagamaan yang saleh dengan keilmuan yang kuat.

Baca juga: Unsur-Unsur Dasar Sebuah Hadis

Sejak kecil, sang ayah Al-Hajj Muhammad Itr yang termasuk salah satu murid dari Asy-Syekh Al-alllamah Muhammad Najib Sirajuddin, gemar mengajak putranya untuk menghadiri  majelis-majelis pengajian para Ulama. Tentu, latar belakang keluarga yang demikian kini menjadikan beliau seorang sufi yang produktif menulis, gemar mengamalkan ilmu, dengan kepakaran disiplin ilmu hadis yang tidak diragukan lagi.

Sesuai harapan ayahnya yang mendamba seorang putra bertekad kokoh untuk berkhidmat kepada agama, di masa mudanya Syekh Nuruddin memilih menghabiskan waktunya untuk meraup ilmu dari banyak ulama’. Kecerdasan dan ketekunan yang dimiliki menjadikan  beliau lulus dengan predikat cumlaude di jenjang pendidikan menengah di Madrasah Tsanawiyah Syar’iyah al-Khasrawiyah. Kelebihan yang dimiliki menggiring beliau untuk menjejakkan studinya ke kota padang pasir, Universitas Al-Azhar Mesir yang konon menjadi tempat kiprah intelektualnya.

Gelar license pada tahun 1958 berhasil diraih selama empat tahun, gelar doktoral dari jurusan tafsir dan hadis dengan predikat cumlaude mumtaz ma’a syaraf, berhasil diraih pada tahun 1964 dan melanjutkan disertasi dengan kategori muatan isi dan metodologi yang baik sehingga tidak jarang menjadi rujukan para pengkaji metodologi ulama hadis.

Baca juga: Apa itu Hadis Mutawatir?

Guru-guru Syekh Nuruddin ‘Itr

Kecerdasan dan kesalehan pribadinya membuat kalangan masyayikh ulama-ulama besar Azhar terpukau kala itu, di antara guru-guru beliau adalah:

Syekh Abdul Wahab Al-Buhairi, Syekh Mustafa Mujahid, Syekh Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid dan Syekh Abdullah Sirajuddin Al-Husaini yang sekaligus merupakan paman beliau. Di antara guru-guru beliau Syekh Abdullah Sirajuddinlah yang berpengaruh dalam membentuk kecerdasan ilmunya.

Syahdan, usai menimba ilmu di Azhar beliau menjadi dosen hadis dan tafsir di dua Fakultas sekaligus, Fakultas Syariah Universitas Damaskus dan Fakultas Sastra di Universitas Aleppo. Selain menjadi pengajar di Madinah dan Damaskus, beliau juga mengajar di sejumlah Universitas Arab dan Islam tapi  dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Tidak hanya itu, beliau juga menjadi dosen pembimbing tesis dan disertasi, karena beliau sangat teliti dan detail dalam memberikan penilaian. Di sisi lain, Syekh Nuruddin ‘Itr juga mengisi pengajian majelis di beberapa masjid.

Baca juga: Mengenal Sosok Usman bin Affan: Perawi Hadis yang Penuh kehati-hatian

Karya-karya Syekh Nuruddin ‘Itr

Syekh Nuruddin ‘Itr sudah banyak menulis karyanya lebih dari 50 kitab. Di antara kitab-kitab beliau yang paling masyhur adalah Manhaj An-Naqd fi ‘Ulum Al-Hadits, dalam ilmu Musthalah Hadis kitab ini dikenal sebagai fase sejarah baru setelah fase Syekh Islam Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani.

Ada satu kitab karangan beliau yang dianggap sebagai hadiah istimewa bagi metodologi Hadis Tahlili yaitu kitab beliau yang berjudul I’Ilam Al-Anam Syarh Bulugh Al-Maram. Karya beliau identik dengan kategorisasi bab per bab serta berisikan informasi yang padat dan jelas. Kebanyakan karangan beliau dijadikan sebagai buku pegangan mata kuliah di kalangan Universitas seperti Universitas Damaskus dan Universitas Al-Azhar.

Karya-karyanya abadi meski beliau kini telah pergi. Di antara karangan beliau adalah: Syarah ‘Ilal At-Tirmidzi, Al-Imam at-Tirmidzi wa Al-Muwazanah bayna Jami’ahu wa Sholihin, I’lam Anam (Kitab penjelasan hadis-hadis dalam kitab Bulughul Maram), Al-Mughni fi Ad-Dlu’afa li Al-Imam Adz-Dzahabi, dan Manhaj An-Naqd fi ulum Al-Hadis. Wallahu a’lam.

Zubaida
Zubaida
Alumni PP. Salafiyah Putri, Pasuruan dan Mahasiswi IKHAC,Mojokerto

Artikel Terkait

spot_img

Artikel Terbaru