Hadispedia.id – Al-Imam At-Tirmidzi berkata di dalam Sunan-nya pada kitab bersuci bab menyebut nama Allah (membaca basmalah) ketika berwudhu,
حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ وَبِشْرُ بْنُ مُعَاذٍ الْعَقَدِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ حَرْمَلَةَ عَنْ أَبِي ثِفَالٍ الْمُرِّيِّ عَنْ رَبَاحِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي سُفْيَانَ بْنِ حُوَيْطِبٍ عَنْ جَدَّتِهِ عَنْ أَبِيهَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا وُضُوءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرْ اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ
قَالَ: وَفِي الْبَاب عَنْ عَائِشَةَ وَأَبِي سَعِيدٍ وَأَبِي هُرَيْرَةَ وَسَهْلِ بْنِ سَعْدٍ وَأَنَسٍ
قَالَ أَبُوْ عِيْسَى: قَالَ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ لَا أَعْلَمُ فِي هَذَا الْبَابِ حَدِيثًا لَهُ إِسْنَادٌ جَيِّدٌ
وقَالَ إِسْحَقُ إِنْ تَرَكَ التَّسْمِيَةَ عَامِدًا أَعَادَ الْوُضُوءَ وَإِنْ كَانَ نَاسِيًا أَوْ مُتَأَوِّلًا أَجْزَأَهُ
قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَعِيلَ أَحْسَنُ شَيْءٍ فِي هَذَا الْبَابِ حَدِيثُ رَبَاحِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
قَالَ أَبُوْ عِيْسَى: وَرَبَاحُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ جَدَّتِهِ عَنْ أَبِيهَا وَأَبُوهَا سَعِيدُ بْنُ زَيْدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ نُفَيْلٍ
وَأَبُو ثِفَالٍ الْمُرِّيُّ اسْمُهُ ثُمَامَةُ بْنُ حُصَيْنٍ
وَرَبَاحُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ هُوَ أَبُو بَكْرِ بْنُ حُوَيْطِبٍ مِنْهُمْ مَنْ رَوَى هَذَا الْحَدِيثَ فَقَالَ عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ حُوَيْطِبٍ فَنَسَبَهُ إِلَى جَدِّهِ
Nashr bin Ali Al-Jahdhami dan Bisyr bin Mu’adz Al-‘Aqadi telah menceritakan kepada kami, mereka berkata, Bisyr bin Al-Mufadhdhal telah menceritakan kepada kami dari Abdurrahman bin Harmalah dari Abu Tsifal Al-Murri, dari Rabah bin Abdurrahman bin Abu Sufyan bin Huwaithib dari neneknya dari bapaknya, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Tidak (sempurna) wudhu’ bagi seseorang yang tidak menyebut nama Allah.'”
Dia (Al-Imam At-Tirmidzi) berkata, “Dalam bab ini terdapat riwayat dari Aisyah r.a., Abu Sa’id r.a., Abu Hurairah r.a., Sahl bin Sa’d r.a., dan Anas r.a.“
Abu Isa (Al-Imam At-Tirmidzi) berkata, “Ahmad bin Hanbal berkata, ‘Aku tidak mengetahui dalam bab ini hadis yang memiliki sanad yang bagus.”
Abu Ishaq berkata, “Jika ia meninggalkan bacaan basmalah dengan sengaja maka harus mengulang wudhunya, namun jika lupa atau karena mentakwil maka wudhunya tetap sah.”
Muhammad bin Isma’il berkata, “Hadis yang paling baik dalam bab ini adalah hadis Rabah bin Abdurrahman.”
Abu Isa berkata, “Rabah bin Abdurrahman menceritaka dari neneknya, dari bapaknya. Sedangkan nama bapaknya adalah Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail.
Abu Tsifal Al-Murri namanya adalah Tsumamah bin Hushain.
Rabah bin Abdurrahman namanya adalah Abu Bakr bin Huwaithib. Di antara mereka ada yang meriwayatkan hadis ini. Lalu ia berkata, ‘Dari Abu Bakr bin Huwaithib’. Lalu, ia menisbatkannya kepada kakeknya.”
Penjelasan:
Dalam madzhab Syafi’i, membaca basmalah ketika wudhu tidaklah menjadi bagian dari rukun-rukun wudhu’. Sehingga, jika seseorang meninggalkan bacaan basmalah, wudhunya tidak batal alias tetap sah.
Meskipun begitu, dalam madzhab Syafi’i membaca basmalah masuk dalam kategori sunnah-sunnahnya wudhu’. Sehingga, orang yang melakukannya akan mendapatkan pahala, sementara orang yang meninggalkannya tidak mendapat siksa. Oleh sebab itu, agar wudhu yang kita lakukan semakin sempurna, maka hendaknya mengawalinya dengan basmalah.