Beranda blog Halaman 76

Motivasi Nabi untuk Pelajar dan Pengajar Al-Qur’an

0
Motivasi Nabi untuk Pelajar dan Pengajar Al-Qur'an
Motivasi Nabi untuk Pelajar dan Pengajar Al-Qur'an

Hadispedia.id – Al-Qur’an memiliki kekayaan ilmu luar biasa di dalamnya. Oleh karena itu, Allah swt. menyuruh orang-orang mukmin untuk memikirkan dan mentadabburi ayat-ayatnya. Hal ini juga didukung oleh adanya hadis Nabi saw. yang memberikan motivasi bagi para pelajar dan pengajar Al-Qur’an.

حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مِنْهَالٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ أَخْبَرَنِي عَلْقَمَةُ بْنُ مَرْثَدٍ سَمِعْتُ سَعْدَ بْنَ عُبَيْدَةَ عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّلَمِيِّ عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ وَأَقْرَأَ أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ فِي إِمْرَةِ عُثْمَانَ حَتَّى كَانَ الْحَجَّاجُ قَالَ وَذَاكَ الَّذِي أَقْعَدَنِي مَقْعَدِي هَذَا

Telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Minhal, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, ia berkata, telah mengabarkan kepadaku ‘Alqamah bin Martsad, Aku mendengar Sa’d bin Ubaidah dar Abu Abdurrahman Al-Sulami dari Utsman ra. dari Nabi saw., beliau bersabda, “Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” Abu Abdirrahman membacakan (Al-Qur’an) pada masa Utsman hingga Hajjaj pun berkata, ‘Dan hal itulah yang menjadikanku duduk di tempat dudukku ini.’

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari (w. 256 H.) dengan dua jalur periwayatan. Jalur pertama dari Syu‘bah dari ‘Alqamah, sedangkan yang kedua dari jalur Sufyan dari ‘Alqamah dengan redaksi matan sebagai berikut:

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَفْضَلَكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

Nabi saw. bersabda, “Orang yang paling utama di antara kalian adalah seorang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”

Imam Al-Bukhari meriwayatkan hadis tersebut dalam al-Jami’ al-Musnad al-Shahih al-Mukhtasar min Umuri Rasulillahi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam wa Sunanihi wa Ayyamihi, pada pembahasan ‘Keutamaan Al-Qur’an (كتاب فضائل القرآن)’, bab ‘Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya (باب خَيْرُكُم مَنْ تَعَلّمَ القُرآن وَعَلَّمَه).

Dari segi sanad, hadis ini termasuk dalam derajat hadis shahih karena selain diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari juga tidak ditemukan rawi yang dhaif pada sanad lain. Sanad-sanad lain tersebut antara lain terdapat dalam: Sunan At-Tirmidzi dan As-Sunan Al-Kubra, pada bab ‘Keutamaan Mengajarkan Al-Qur’an (باب فَضْل مَن عَلّم القرآن)’.

Dengan jalur yang sama dari Syu’ban dari ‘Alqamah, hadis ini juga ditemukan dalam Sunan Abi Daud, pada pembahasan ‘Shalat (كتاب الصلاة)’, bab ‘Pahala Membaca Al-Qur’an (باب فِي ثَوابِ قراءة القرآن).’ Hadis ini juga memiliki periwayatan lain dari jalur Yahya bin Sa’id dari Sufyan Al-Tsauri, yang ditemukan pada Sunan Ibnu Majah, Sunan At-Tirmidzi dan As-Sunan Al-Kubra.

Pada Sunan Ibnu Majah, Sunan At-Tirmidzi, As-Sunan Al-Kubra, dan Shahih Al-Bukhari, jalur periwayatan dari Sufyan dari ‘Alqamah tidak menyebutkan Sa’ad bin Ubaidah di dalamnya. Hal ini yang menyebabkan hadis tersebut menjadi Hadis Hasan Shahih, menurut Abu ‘Isa At-Tirmidzi.

Baca juga: Hadis Pahala Membaca Satu Huruf Al-Qur’an

Dari segi matan hadis, Syekh Kholil Ahmad Al-Sahar Nafuri menjelaskannya dalam Badzlul Majhud fi Halli Abi Daud. Menurutnya, orang yang paling utama adalah mereka yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an dengan sebaik-baiknya. Artinya, ia berhasil mengetahui dengan baik ilmu-ilmu syariat yang pokok dan bagian-bagiannya, serta pengetahuan ilmu-ilmu Al-Qur’an lainnya.

Inilah yang dimaksud mukmin sempurna, dan Nabi Muhammad saw. lah yang menduduki posisi tersebut. Meskipun demikian, khitab hadis ini bersifat umum, bukan ditujukan hanya kepada Rasulullah saw. maupun sahabatnya saja. Hadis ini juga ditujukan kepada setiap orang mukmin, dengan syarat harus disertai keikhlasan di dalamnya.

Lebih lanjut lagi, Abu Al-Hasan Al-Sindi menerangkan dalam Fathul Wadud fi Syarh Sunan Abi Daud. Ia menjelaskan bahwa, kalimat dalam matan hadis menunjukkan orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an memang golongan orang yang terbaik, namun bukan orang yang paling baik secara mutlak. Ia menjadi ‘baik’ karena telah menyibukkan dirinya bersama Al-Qur’an. Hal ini berarti orang yang berkriteria demikian namun melakukan perbuatan-perbuatan tercela, maka otomatis tidak termasuk dalam golongan orang-orang terbaik.

Baca juga: Motivasi Nabi untuk Mereka yang Terbata-bata Membaca Al-Qur’an

Dengan demikian, hadis yang telah masyhur di kalangan masyarakat ini menjadi pengingat bahwa Al-Qur’an merupakan sebaik-baiknya kalam. Oleh karenanya, para pelajar dan pengajar Al-Qur’an termasuk dalam golongan orang-orang terbaik. Namun, tidak hanya sebatas mempelajari maupun mengajarkannya, melainkan harus disertai pengamalan nilai-nilai Al-Qur’an dalam setiap tindak-tanduknya di kehidupan sehari-hari. Wallahu A’lam.

 

 

Hadis No. 16 Shahih Al-Bukhari

0
Shahih Al-Bukhari
Shahih Al-Bukhari

قَالَ الْاِمَامُ الْبُخَارِيُّ فِيْ صَحِيْحِهِ فِيْ بَابِ عَلَامَةُ الْإِيْمَانِ حُبُّ الْأَنْصَارِ
حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ أَخْبَرَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جَبْرٍ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسًا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ آيَةُ الْإِيمَانِ حُبُّ الْأَنْصَارِ وَآيَةُ النِّفَاقِ بُغْضُ الْأَنْصَارِ

Al-Imam Al-Bukhari berkata di dalam kitab Shahihnya pada bab tanda keimanan adalah mencintai sahabat Anshar,

Abu Al-Walid telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Syu’bah telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Abdullah bin Abdullah bin Jabr telah mengabarkan kepadaku, ia berkata, aku mendengar dari Anas dari Nabi saw. beliau bersabda, “Tanda iman adalah mencintai (kaum) Anshar dan tanda kemunafikan adalah membenci kaum Anshar.”

Hadis No. 15 Shahih Al-Bukhari

0
Shahih Al-Bukhari
Shahih Al-Bukhari

قَالَ الْاِمَامُ الْبُخَارِيُّ فِيْ صَحِيْحِهِ فِيْ بَاب حَلَاوَةِ الْإِيمَانِ
 حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ الثَّقَفِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَنَسِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

Al-Imam Al-Bukhari berkata di dalam kitab Shahihnya pada bab manisnya iman,

Muhammad bin Al-Mutsanna telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Ayyub telah menceritakan kepada kami, dari Abu Qilabah dari Anas dari Nabi saw., beliau bersabda, “Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman; (1) Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari pada selain keduanya, (2) Ketika ia mencintai seseorang, ia tidak mencintainya kecuali karena Allah, (3) Ia enggan kembali kepada kekufuran sebagaimana ia enggan jika dilempar ke dalam neraka.”

Hadis No. 14 Shahih Al-Bukhari

0
Shahih Al-Bukhari
Shahih Al-Bukhari

قَالَ الْاِمَامُ الْبُخَارِيُّ فِيْ صَحِيْحِهِ فِيْ بَاب حُبِّ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ الْإِيمَانِ

حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ عُلَيَّةَ عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ صُهَيْبٍ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ح و حَدَّثَنَا آدَمُ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

Al-Imam Al-Bukhari berkata di dalam kitab Shahihnya pada bab cinta Rasulullah saw. adalah bagian dari iman,

Ya’qub bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Ibnu ‘Ulayyah telah menceritakan kepada kami, dari Abdul Aziz bin Shuhaib dari Anas dari Nabi saw. ha’ (at-tahwil) dan Adam telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Syu’bah telah menceritakan kepada kami, dari Qatadah dari Anas, ia berkata, Nabi saw. bersabda, “Salah seorang dari kalian tidak sempurna imannya hingga aku lebih ia cintai dari pada orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia.”

Hadis No. 13 Shahih Al-Bukhari

0
Shahih Al-Bukhari
Shahih Al-Bukhari

قَالَ الْاِمَامُ الْبُخَارِيُّ فِيْ صَحِيْحِهِ فِيْ بَاب حُبِّ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ الْإِيمَانِ

 حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ عَنِ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ

Al-Imam Al-Bukhari berkata di dalam kitab Shahihnya pada bab cinta Rasulullah saw. adalah bagian dari iman,

Abu Al-Yaman telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Syu’aib telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Abu Az-Zinad telah menceritakan kepada kami, dari Al-A’raj dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangannnya, salah seorang dari kalian tidak sempurna imannya hingga aku lebih dicintai dari pada orang tua dan anaknya.

Hadis No. 12 Shahih Al-Bukhari

0
Shahih Al-Bukhari
Shahih Al-Bukhari

قَالَ الْاِمَامُ الْبُخَارِيُّ فِيْ صَحِيْحِهِ فِيْ بَاب مِنَ الْإِيمَانِ أَنْ يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ شُعْبَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَنْ حُسَيْنٍ الْمُعَلِّمِ قَالَ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

Al-Imam Al-Bukhari berkata di dalam kitab Shahihnya pada bab bagian dari iman adalah hendaknya mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri,

Musaddad telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Yahya telah menceritakan kepada kami, dari Syu’bah dari Qatadah dari Anas r.a. dari Nabi saw. dan dari Husan Al-Mu’allim, ia berkata, Qatadah telah menceritakan kepada kami dari Anas dari Nabi saw., beliau bersabda, “Salah seorang dari kalian tidaklah sempurna imannya hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”

Hadis No. 11 Shahih Al-Bukhari

0
Shahih Al-Bukhari
Shahih Al-Bukhari

قَالَ الْاِمَامُ الْبُخَارِيُّ فِيْ صَحِيْحِهِ فِيْ بَابِ إِطْعَامِ الطَّعَامِ مِنَ الْإِسْلَامِ

 حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ خَالِدٍ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ يَزِيدَ عَنْ أَبِي الْخَيْرِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ

Al-Imam Al-Bukhari berkata di dalam kitab Shahihnya pada bab memberi makan bagian dari Islam,

Amr bin Khalid telah meceritakan kepada kami, ia berkata, Al-Laits telah menceritakan kepada kami, dari Yazid dari Abu Al-Khair dari Abdullah bin Amr r.a. Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi saw., “Islam manakah yang paling baik?” Beliau menjawab, “Engkau memberi makan, mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal.

Hadis Pahala Membaca Satu Huruf Al-Qur’an

0
Pahala Membaca Satu Huruf Al-Qur'an
Pahala Membaca Satu Huruf Al-Qur'an

Hadispedia.id – Al-Qur’an tersusun dari huruf-huruf hijaiyyah yang membentuk kesatuan ayat-ayat di dalamnya. Namun tidak hanya sekedar ‘bacaan’ yang diperintahkan untuk dibaca dan diamalkan, Al-Qur’an sebagai mukjizat Nabi saw. juga memiliki keistimewaan dan ciri khusus yang membedakannya dengan bacaan lain, bahkan dengan sekelas hadis qudsi yang isinya langsung dari Allah sedangkan lafadznya dari Rasulullah saw. sendiri. Ciri khas tersebut berupa adanya pahala dan kebaikan yang dilipatgandakan bagi siapapun yang membaca tiap hurufnya. Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw. bersabda:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ الْحَنَفِىُّ حَدَّثَنَا الضَّحَّاكُ بْنُ عُثْمَانَ عَنْ أَيُّوبَ بْنِ مُوسَى قَالَ سَمِعْتُ مُحَمَّدَ بْنَ كَعْبٍ الْقُرَظِىَّ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلّم: مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم َرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ.

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar al-Hanafi, telah menceritakan kepada kami al-Dhahak bin Utsman dari Ayyub bin Musa ia berkata: Aku mendengar Muhammad bin Ka’ab al-Quradzi berkata: Aku mendengar Abdullah bin Mas’ud berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa membaca satu huruf dari kitabullah, maka baginya satu pahala kebaikan dan satu pahala kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf.”

Hadis ini diriwayatkan oleh Muhammad bin ‘Isa At-Tirmidzi (w. 279 H) dalam Sunan At-Tirmidzi, pada pembahasan ‘Keutamaan Al-Qur’an (كتاب فضائل القرآن)’, bab ‘Membaca Satu Huruf Al-Qur’an dan Pahalanya (باب ما جاء فِيْمَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنَ القُرآن ما لهُ مِنَ الأَجْر)’.  Setelah menyebutkan hadis, Imam At-Tirmidzi juga memberikan komentar mengenai kondisi rawi serta status hadis tersebut. Menurutnya, hadis yang sama juga ditemukan dalam periwayatan jalur lain, yang menurut sebagian ulama di-marfu’-kan dan menurut sebagian lainnya di-mauquf-kan kepada Abdullah bin Mas‘ud (w. 32 H). Berdasarkan penelusuran penulis, jalur lain yang dimaksud tersebut ditemukan dalam Sunan Ad-Darimi dengan rawi dan redaksi matan sebagai berikut:

حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ قَبِيصَةُ، أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنْ أَبِي الْأَحْوَصِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ:  ” تَعَلَّمُوا هَذَا الْقُرْآنَ فَإِنَّكُمْ تُؤْجَرُونَ بِتِلَاوَتِهِ بِكُلِّ حَرْفٍ عَشْرَ حَسَنَاتٍ، أَمَا إِنِّي لَا أَقُولُ بِ {الم} [البقرة: 1]، وَلَكِنْ بِأَلِفٍ، وَلَامٍ، وَمِيمٍ، بِكُلِّ حَرْفٍ عَشْرُ حَسَنَاتٍ

Telah menceritakan kepada kami Abu Amir Qabishah, telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari ‘Atha bin al-Saib, dari Abu al-Ahwash dari Abdullah bin Mas’ud ia berkata, “Pelajarilah Al-Qur’an sebab kalian akan diberi pahala dengan membacanya, setiap huruf dengan sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim (Al-Baqarah: 1) satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf, setiap hurufnya diberi pahala sebuah kebaikan.”

Dalam Sunan Ad-Darimi, hadis ini terdapat pada pembahasan ‘Keutamaan-Keutamaan Al-Qur’an (مِن كِتاب فَضَائِل القُرآن)’, bab ‘Keutamaan Orang yang Membaca Al-Qur’an (بابُ فَضْلِ مَنْ قَرَأَ القُرْآن)’.

Adapun dari segi kualitas sanad hadis, Imam At-Tirmidzi (w. 279 H) menyebutkan, bahwa kualitas hadis dengan jalur periwayatan dari Muhammad bin Ka’ab Al-Quradzi dari Abdullah bin Mas’ud adalah Hadis Hasan Shahih Gharib, yang berarti hadis tersebut memiliki banyak jalur periwayatan, dimana terdapat sebagian perawinya yang memenuhi syarat-syarat perawi hadis shahih, namun pada sebagian sanadnya terdapat penyendirian rawi dalam meriwayatkan hadis.

Imam At-Tirmidzi menambahkan, ia mendengar dari Quthaibah bin Sa’id bahwa Muhammad bin Ka’ab Al-Quradzi lahir pada masa Nabi Muhammad saw dan diberi kunyah Abu Hamzah. Sedangkan Husain Salim Asad al-Darani yang me-nahqiq Sunan Ad-Darimi menjelaskan, bahwa hadis dari jalur Abu Al-Ahwash dari Ibnu Mas’ud adalah hadis mauquf dengan kualitas sanad yang shahih.

Dari segi syarh hadis, Abul ‘Ala Muhammad bin Abdul Rahman Al-Mubarakfuri (w. 1353 H) dalam Tuhfat Al-Ahwadzi bi Syarh Jami’ At-Tirmidzi menjelaskan, maksud dari ‘satu pahala kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali’ merupakan paling minimalnya kelipatan kebaikan atau pahala yang dijanjikan Allah swt bagi mereka yang membaca tiap huruf Al-Qur’an. Hal ini sesuai dengan Firman-Nya dalam surah Al-Baqarah ayat 261 dan Al-An’am ayat 160:

وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ ٢٦١

Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. 

مَن جَآءَ بِٱلۡحَسَنَةِ فَلَهُۥ عَشۡرُ أَمۡثَالِهَاۖ

Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya.

Sedangkan yang dimaksud huruf di sini adalah setiap huruf hijaiyyah yang membentuk sebuah kata dan kalimat yang bermacam-macam. Oleh karenanya, dalam hadis riwayat Imam Al-Baihaqi (w. 458 H) juga dijelaskan, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Saya tidak membaca Bismillah (satu kata), tetapi Ba Sin dan Mim. Begitu pula Aliflammim, tetapi Alif, Lam dan Mim”. Bahkan, disebutkan dalam Ithaf Al-Sadah Al-Mutqin bi Syarh ‘Ulum Ad-Din karya Murtadha Al-Zabidi, bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a. menjelaskan:

Siapa yang membaca Al-Qur’an dalam keadaan berdiri saat shalat, maka bagi tiap huruf (yang dibacanya) terdapat 100 kebaikan. Lalu siapa yang membaca Al-Qur’an dalam keadaan duduk saat shalat, maka baginya 50 kebaikan. Siapa yang membaca Al-Qur’an di luar shalat dalam keadaan berwudhu, maka baginya terdapat 25 kebaikan. Sedangkan jika dia dalam keadaan tidak berwudhu, maka baginya 10 kebaikan. Dan jika dibaca di waktu malam, maka itu lebih utama karena pada saat hati merasa tenang.”

Dengan demikian, hadis di atas seharusnya menjadi motivasi bagi umat Islam untuk memperbanyak bacaan Al-Qur’an yang mendatangkan pahala berlipat dalam setiap ayat bahkan tiap huruf yang merangkai ayat-ayatnya. Setiap satu huruf tersebut bernilai satu kebaikan yang akan dilipatgandakan minimal menjadi sepuluh kebaikan.

Jika membaca ‘Alif Lam Mim’ di awal surah Al-Baqarah saja mendapat tiga puluh kebaikan, maka bagaimana jika kita membaca sepuluh ayat, atau bahkan keseluruhan ayat dalam surah Al-Baqarah?. Lalu bagaimana pula pahala yang diperoleh jika kita membaca Ayat Kursi, yang statusnya sebagai ayat paling mulia dalam Al-Qur’an? Inilah jaminan yang Allah dan Rasul-Nya berikan bagi umat muslim yang giat melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an, sehingga pada akhirnya ia juga mampu mengamalkan nilai-nilai kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Wallahu A’lam.

Tanda Kenabian Rasulullah Familiar di Kalangan Sahabat. Kajian Kitab As-Syamail Al-Muhammadiyah Ke-18.

0
Tanda Kenabian
Tanda Kenabian

Hadispedia.id- Tanda kenabian Rasulullah familiar di kalangan sahabat. Sahabat ‘Ali bin Abi Thalib juga menjelaskan tanda kenabian Rasulullah saw. Hadis riwayat Ali ini sudah dibahas pada artikel sebelumnya, tepatnya pada pembahasan postur tubuh Rasulullah saw. Namun ada prihal lain yang penting dalam hadis ini, yakni beliau adalah penutup para Nabi.

Hadis dan Syarahnya

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ الضَّبِّيُّ، وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ، وَغَيْرُ وَاحِدٍ، قَالُوا: حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ، عَنْ عُمَرَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ مَوْلَى غُفْرَةَ قَالَ: حَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدٍ، مِنْ وَلَدِ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ: كَانَ عَلِيٌّ، إِذَا وَصَفَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – فَذَكَرَ الْحَدِيثَ  بِطُولِهِ – وَقَالَ: «بَيْنَ كَتِفَيْهِ خَاتَمُ النُّبُوَّةِ، وَهُوَ خَاتَمُ النَّبِيِّينَ

Ibrahim bin Muhammad, salah satu putra Ali bin Abi Thalib berkata, “Apabila Ali menceritakan sifat Rasulullah saw., maka ia akan bercerita panjang lebar.” Dia berkata, “Di antara kedua bahu beliau terdapat khatam kenabian, yaitu khatam para Nabi”.

Tanda Kenabian Rasulullah Familiar di Kalangan Sahabat

Beberapa kejadian yang mensinyalir familiarnya tanda kenabian Rasulullah saw. termasuk semua kejadian yang dialami oleh para sahabat. Ada sahabat yang melihat langsung dan ada yang menceritakan tanda kenabian beliau. Namun sudah diketahui bahwa mereka tidak akan berbohong mengenai hal ini, sebagaimana sering dikatakan, kulluhum ‘uduul (semua sahabat dapat dipercaya).

Sahabat-sahabat yang mengalami kejadian itu, antara lain: Saib bin Zayid pada waktu Rasulullah saw. mengobatinya, Jabir bin Samurah yang menggambarkan tanda kenabian beliau berupa kelenjar merah, Rumaitsah pada saat Rasulullah saw. menyampaikan pesan agung terkait wafatnya Sa’d bin Mu’adz, Ali dalam hadis di atas, Abu Zaid saat melaksanakan perintah Rasulullah untuk mengecek punggung beliau, serta Sulaiman al-Farisi saat memberikan hadiah kepada beliau, Abu Sa’id al-Khudri dan Abdullah bin Sarjis.

Daftar para sahabat tersebut berdasarkan hadis-hadis yang ada di dalam kitab As-Syamail Al-Muhammadiyah yang menjadi sumber utama kajian ini.

Rasulullah saw. Sebagai Penutup Para Nabi

Gelar Rasulullah saw. sebagai penutup para Nabi ini, memberikan pemahaman tidak akan ada kenabian yang muncul setelah beliau. Apabila ada seorang yang mengaku sebagai Nabi pada zaman ini, maka sudah pasti dia berbohong atas nama Allah, seperti banyak kasus beberapa tahun silam.

Menurut Ibrahim bin Muhammad al-Bajury dalam kitab al-Mawaahib al-Ladunniyah ‘alaa al-Syamaail al-Muhammadiyah. Maksud dari khatam annabiyyin adalah Rasulullah saw. sebagai penutup dari para Nabi yang mendahuluinya, maka tidak ada lagi kenabian yang dimulai setelah beliau. Sehingga kenabian Isa tidak datang setelah beliau, karena kenabian Isa a.s dimulai sebelum kenabian Rasulullah saw.

Dengan artikel ini dapat dipahami bahwa tanda kenabian Rasulullah saw. sudah tidak asing lagi pada kalangan sahabat, terbukti banyak sahabat yang melihat langsung tanda itu. Hal penting lainnya yang harus diperhatikan bahwa Rasulullah saw. sebagai Nabi terkhir, yang mengakhiri rentetan para Nabi sebelumnya. Wallahu a’lam bis shawab.

Status Hadis Keutamaan Puasa di Bulan Rajab

0
Status Hadis Keutamaan Puasa di Bulan Rajab
Status Hadis Keutamaan Puasa di Bulan Rajab

Hadispedia.id – Memasuki bulan Rajab, selalu ada sebaran informasi tentang hadis-hadis keutamaan puasa di bulan Rajab. Berbagai redaksi bermunculan seputar pahala yang akan didapat jika melaksanakan puasa di bulan Rajab. Dikatakan jika berpuasa sehari maka sama saja puasa setahun. Jika berpuasa seminggu maka pintu neraka akan ditutup untuknya dan begitu seterusnya.

Hadis tersebut terdapat di dalam kitab Syu’ab Al-Iman karya imam Al-Baihaqi.

أَخْبَرَنَا أَبُو الْحُسَيْنِ بْنُ بِشْرانَ، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ سَلْمَانَ، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ دَلَّانَ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ شُجَاعٍ، حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ مَطَرٍ، عَنْ عَبْدِ الْغَفُورِ، عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ سَعِيدٍ، عَنْ أبيه، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

  مَنْ صَامَ يَوْمًا مِنْ رَجَبٍ كَانَ كَصِيَامِ سَنَةٍ، وَمَنْ صَامَ سَبْعَةَ أَيَّامٍ غُلِّقَتْ عَنْهُ سَبْعَةُ أَبْوَابِ جَهَنَّمَ، وَمَنْ صَامَ ثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ فُتِحَتْ لَهُ ثَمَانِيَةُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ، وَمَنْ صَامَ عَشَرَةَ أَيَّامٍ لَمْ يَسْأَلِ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ، وَمَنْ صَامَ خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمًا نَادَى مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ: قَدْ غَفَرْتُ لَكَ مَا سَلَفَ فَاسْتَأْنِفِ الْعَمَلَ قَدْ بَدَّلْتُ سَيِّئَاتِكُمْ حَسَنَاتٍ، وَمَنْ زَادَ زَادَهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ، وَفِي شَهْرِ رَجَبٍ حُمِلَ نُوحٌ فِي السَّفِينَةِ، فَصَامَ نُوحٌ، وَأَمَرَ مَنْ مَعَهُ أَنْ يَصُومُوا، وَجَرَتْ بِهِمُ السَّفِينَةُ سِتَّةَ أَشْهُرٍ إِلَى آخِرِ ذَلِكَ لِعَشْرٍ خَلَوْنَ مِنَ الْمُحَرَّمِ

Telah mengabarkan kepada kami, Abul Husain bin Bisyran, ia berkata, Ahmab bin Salman telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Ahmad bin Muhammad bin Dallan telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Al-Walid bin Syuja’ telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Usman bin Mathar telah menceritakan kepada kami, dari Abdul Ghafur dari Abdul Aziz bin Said dari ayahnya, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda,

Siapa berpuasa sehari di bulan Rajab, maka ia seperti puasa setahun. Siapa berpuasa tujuh hari, maka tujuh pintu neraka Jahanam ditutup baginya. Siapa puasa delapan hari, maka delapan pintu surga dibuka untuknya. Siapa puasa sepuluh hari, maka segala sesuatu yang diminta, Allah akan memberikannya. Siapa puasa lima belas hari, maka seruan Allah dari langit kepadanya, ‘Sungguh Aku telah mengampuni dosamu yang telah lalu, maka mulailah untuk mengerjakannya. Sungguh Aku telah mengganti kesalahan-kesalahanmu dengan kebaikan-kebaikan. Siapa yang menambahnya, maka Allah pun akan menambahnya. Pada bulan Rajab Nuh diangkut di dalam perahu, maka Nuh pun berpuasa dan ia memerintahkan orang bersamanya untuk berpuasa. Perahu itu berlayar selama enam hingga tanggal sepuluh Muharram.”

Kualitas Hadis

Hadis ini juga diriwayatkan oleh imam Al-Baihaqi dalam kitabnya Fadhailul Auqat. Menurut imam Ibnu Hajar Al-Asqalani di dalam kitab Tabyinul ‘Ajab bi ma warada fi fadhl Rajab, imam Abdul Aziz Al-Kattani juga meriwayatkan hadis tersebut dalam kitab Fadhailu Rajab. Begitu pula dengan imam Abul Qasim At-Taimi di dalam kitabnya At-Targhib wat Tarhib.

Imam Ibnu Hajar mengatakan bahwa hadis tersebut bermasalah disebabkan karena rawi yang bernama Usman bin Mathar. Hal ini berdasarkan penilaian imam Ibnu Hibban yang menilai ia adalah seorang pendusta. Bahkan para ulama sepakat menilainya dhaif.

Menariknya, imam Al-Baihaqi pun meragukan riwayatnya sendiri pada kitab Syu’abul Imannya. Keraguannya itu berdasarkan pada pernyataan imam Ahmad bin Hanbal yang ia kutip.

وَعِنْدِي حَدِيثٌ آخَرُ فِي ذِكْرِ كُلِّ يَوْمٍ مِنْ رَجَبٍ، وَهُوَ حَدِيثٌ مَوْضُوعٌ لَمْ أُخَرِّجْهُ

Aku memiliki hadis lain yang menyebutkan keutamaan setiap hari bulan Rajab. Namun itu adalah hadis palsu yang tidak aku sampaikan.”

Riwayat lain yang memiliki redaksi yang hampir sama dengan riwayat imam Al-Baihaqi ini juga terdapat dalam kitab Al-Mu’jam Al-Kabir karya imam At-Thabrani. Hanya saja, menurut penelitian imam Al-Haitsami dalam kitab Majma’ al-Zawaid hadis tersebut matruk (semi palsu), karena seorang perawi yang bernama Abdul Ghafur bin Said. Oleh karena itu, maka riwayat imam At-Thabrani tidak dapat menguatkan riwayat imam Al-Baihaqi.

Imam Ibnu Al-Jauzi di dalam kitab Al-Muadhu’atnya juga telah menyinggung tiga riwayat seputar keutamaan puasa di bulan Rajab. Tiga riwayat tersebut adalah dari Anas bin Malik r.a., Ali bin Abi Thalib r.a., dan Abi Dzar r.a. Menurut penelitiannya, riwayat yang dari Anas bin Malik bukanlah hadis, karena terdapat rawi bernama Aban. Imam Ahmad, An-Nasa’i, dan Ad-Daruquthi menilainya matruk. Ada juga rawi yang bernama Amru bin Azhar yang dinilai oleh imam Ahmad, imam Ad-Daruquthni, dan imam Ibnu Hibban sebagai pemalsu hadis

Sementara riwayat yang dari Ali bin Abi Thalib, Imam Ibnu Al-Jauzi mengatakan hadis ini tidak shahih dari Rasulullah saw. Riwayat dari Abi Dzar pun dinilai tidak shahih oleh Ibn Al-Jauzi karena terdapat rawi bernama Al-Furat bin As-Saib yang dinilai matruk oleh Imam Al-Bukhari.

Menariknya, Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani di dalam kitab Tabyīn al-Ajab bimā Warad fi Faḍl Rajab mengatakan bahwa tidak ada satu pun hadis yang shahih (valid) serta dapat dijadikan hujjah baik tentang keutamaan bulan Rajab, puasa di dalamnya, maupun shalat pada malam tertentu di dalamnya.

Oleh sebab itu, maka tidak heran jika hadis-hadis terkait keutamaan puasa di bulan Rajab dimuat dalam kitab-kitab khusus hadis palsu. Di antaranya disampaikan oleh imam As-Syaukani dalam kitab Al-Fawaid Al-Majmu’ah fi Al-Ahadits Al-Maudhu’ah, Imam As-Suyuthi dalam kitab Al-La’ali Al-Mashnu’ah fi al-Ahadits Al-Maudhu’ah, dan imam Al-Kannani dalam kitab Tanzihus Syariah Al-Marfu’ah an Al-Ahadits As-Syani’ah Al-Maudhu’ah.

Kesunnahan Puasa Bulan Rajab

Meskipun hadis keutamaan puasa di bulan Rajab palsu (maudhu’) atau sekurang-kurangnya matruk (semi palsu), bukan berarti tidak boleh puasa di bulan Rajab. Bahkan puasa di bulan Rajab disunnahkan karena Rasulullah saw. memerintahkan salah seorang sahabatnya untuk berpuasa di bulan-bulan mulia (Al-Asyhur Al-Hurum). Yakni bulan Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharram, dan Rajab.

Dijelaskan dalam sebuah hadis riwayat imam Ibnu Majah dalam kitab Sunannya, seorang sahabat menemui Rasulullah saw. Satu tahun kemudian, orang itu datang lagi menemui Rasulullah saw. dengan penampilan yang telah berubah. Awalnya, badannya gemuk, berubah menjadi kurus. Hingga Rasulullah saw. tidak mengenalinya. Ia pun bertanya kepada Rasulullah saw.

“Wahai Rasulullah, engkau tidak mengenalku?”

“Siapa kamu?” Jawab Rasulullah saw. balik bertanya.

Orang itu menjelaskan bahwa tahun sebelumnya ia pernah menemui Rasulullah saw. Setelah diingat-ingat, Rasulullah saw. mengenali orang itu. Namun, beliau kaget karena kondisinya sudah berubah dari tahun sebelumnya. Rasulullah saw. pun bersabda,

“Siapa yang menyuruh kamu menyiksa diri kamu sehingga menjadi kurus seperti itu?” Tanya Rasulullah saw.

“Saya puasa terus, wahai Rasulullah.”

Mendengar jawaban itu, Rasulullah saw. pun memerintahkan orang itu agar berpuasa di bulan Ramadhan dan sehari setelahnya saja. Namun, orang itu malah mengelak, “Saya kuat, selama-lamanya saya kuat.”

“Puasa Ramadhan dan dua hari setelahnya.”

“Saya kuat ya Rasulullah.” Jawab orang itu menolak.

“Puasa Ramadhan dan tiga hari setelahnya saja.” Rasulullah saw. kembali memberi solusi.

Namun orang itu tetap menolak. Rasulullah saw. akhirnya mengakhiri sabdanya dengan memerintahkan orang itu untuk berpuasa di bulan-bulan yang mulia saja (Al-Asyhur Al-Hurum). Beliau bersabda,

صم أشهر الحرم

Berpuasalah kamu di bulan-bulan yang haram (mulia)”.

Hadis ini juga diriwayatkan oleh imam Abu Daud dalam kitab Sunannya dengan redaksi Shum minal hurum. Maka berdasarkan hadis tersebut puasa di bulan Rajab sunnah. Sesungguhnya yang dilarang dalam Islam adalah menyebarkan hadis palsu dan beribadah dengan berlandaskan hadis palsu tersebut. Wa Allahu a’lam bis shawab.